Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

57 dengan irigasi non teknis sebesar 49 petani. Pemilihan sampel dari populasi digunakan daftar Tabel Bilangan Acak sebagaimana dilampirkan pada lampiran 4.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani melalui survei dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi penelitian, seperti Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor Kepala Desa Tualang dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian 1, yaitu mengetahui harga input produksi pupuk, pestisida, lahan, air, benih dan tenaga kerja padi sawah di Kecamatan Perbanguan, Kabupaten Serdang Berdagai tahun 2014, digunakan metode deskriptif dengan menjelaskan harga input produksi padi sawah. Untuk tujuan penelitian 2, yaitu mengetahui biaya produksi padi sawah dengan irigasi semi teknis dan non teknis di Kecamatan Perbanguan, Kabupaten Serdang Berdagai tahun 2014, digunakan metode deskriptif dengan menjelaskan biaya produksi padi sawah. Untuk tujuan penelitian 3 dan 4, yaitu menganalisis daya saing keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif usahatani komoditi padi sawah dengan Universitas Sumatera Utara 58 irigasi teknis dan non teknis di Kabupaten Serdang Berdagai dan menganalisis dampak kebijakan pemerintah pada harga input subsidi pupuk-output harga dasar gabah terhadap usahatani padi sawah di Kabupaten Serdang Berdagai, menggunakan Policy Analysis Matrix PAM. Data disajikan dalam bentuk tabulasi deskriptif kemudian dimasukkan dalam perhitungan PAM pada Tabel 7 yang diolah dengan program komputer Microsoft Excel. Tabel 7. Policy Anaysis Matrix PAM Sumber : Monke and Pearson, 1989 Keterangan : A : Pendapatan Privat G : Biaya Non Tradable Input Sosial B : Biaya Tradable Input Privat H : Keuntungan Sosial C : Biaya Non tradable Input Privat I : Transfer Output D : Keuntungan Privat J : Transfer Tradable Input E : Pendapatan Sosial K : Transfer Non tradable Input F : Biaya Tradable Input Sosial L : Transfer Bersih Berdasarkan pada Tabel 7 menurut Monke and Pearson 1989 dalam Rachman dkk 2001 , beberapa indikator hasil analisis dari matrix PAM sebagai berikut. Analisis Keuntungan a Private Provitability Keuntungan Privat yaitu D = A - B+C Keuntungan privat merupakan indikator daya saing competitiveness dari sistem komoditas berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan transfer Uraian Penerimaan Output Biaya Input Keuntungan Tradable Non Tradable Harga Privat A B C D Harga Sosial E F G H Dampak Kebijakan I J K L Universitas Sumatera Utara 59 kebijaksanaan. Apabila D 0, berarti sistem komoditas memperoleh laba atas biaya normal yang mempunyai implikasi bahwa komoditas tersebut mampu ekspansi, kecuali apabila sumberdaya terbatas atau adanya komoditas alternatif yang lebih menguntungkan. b Social Profitability Keuntungan Sosial yaitu H = E – F+G Keuntungan sosial merupakan indikator keuntungan komparatif comparative advantage dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada divergensi, baik akibat kebijaksanaan pemerintah maupun distorsi pasar. Apabila H 0, berarti sistem komoditas memperoleh laba atas biaya normal dalam harga sosial dan mempunyai keunggulan komparatif. Efisiensi Finansial dan Efisiensi Ekonomi

a Private Cost Ratio yaitu PCR = CA-B

Private Cost Ratio PCR yaitu indikator profitabilitas privat yang menunjukkan kemampuan sistem untuk membayar biaya domestik dan tetap kompetitif. Sistem bersifat kompetitif jika PCR 1. Semakin kecil nilai PCR berarti semakin kompetitif. b Domestic Resource Cost Ratio yaitu DRCR = GE-F Domestic Resource Cost Ratio yaitu DRCR yaitu indikator keunggulan komparatif, yang menunjukkan jumlah sumberdaya domestik yang dapat dihemat untuk dapat menghasilkan satu unit devisa. Sistem mempunyai keunggulan komparatif jika DRCR 1. Semakin kecil nilai DRCR berarti sistem semakin efisien dan mempunyai keunggulan komparatif makin tinggi. Universitas Sumatera Utara 60 Dampak Kebijakan Pemerintah a Kebijakan Output - Transfer Output, I = A-E Transfer Output merupakan selisih antara penerimaan yang dihitung atas dasar harga privat financial dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga sosial. Jika I 0 menunjukkan adanya transfer dari masyarakat konsumen ke produsen, demikian juga sebaliknya. - Nominal Protection Coefficient on Output : NPCO = AE Nominal Protection Coefficient on Output atau koefisien proteksi output nominal NPCO yaitu indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap output pertanian domestik. Kebijakan bersifat protektif terhadap output jika nilai NPCO 1. Semakin besar nilai NPCO berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap output. b Kebijakan Input - Transfer Input , J = B – F Transfer input adalah selisish antara biaya input yang dapat diperdagangkan dengan harga privat dengan biaya yang dapat diperdagangkan dengan harga sosial. Jika nilai TI 0, menunjukkan adanya transfer dari petani ke produsen input tradable . - Nominal Protection Coefficient on Input, NPCI = BF Nominal Protection Coefficient on Input yaitu indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap harga input pertanian domestik. Kebijakan bersifat protektif terhadap input jika nilai NPCI 1, berarti ada kebijakan subsidi Universitas Sumatera Utara 61 input tradale . Sebaliknya jika NPCI 1 maka pemerintah menaikkan harga input asing dipasar domestik diatas harga efisiensinya harga dunia. Akibatnya biaya produksi menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. - Transfer Faktor, K = C - G Factor Transfer atau transfer faktor K merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan harga privat dengan harga sosialnya yang diterima produsen untuk pembayaran faktor-faktor produksi yang tidak diperdagangkan. Nilai TF 0, berarti ada transfer dari petani produsen kepada produsen input non tradable, demikian sebaliknya. c Kebijaksanaan Input-Output - Effective Protection Cofficient, EPC = A-BE-F Effective Protection Cofficient atau koefisien proteksi efektif EPC yaitu indikator yang menunjukkan tingkat proteksi simultan terhadap output dan input tradable . Kebijakan masih bersifat protektif jika nilai EPC 1. Semakin besar nilai EPC berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap komoditas pertanian domestik. - Net Transfer, L = D - H Net Transfer atau transfer bersih Lmerupakan selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen privat dengan keuntungan bersih sosialnya. Nilai NT 0, menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input-output, demikian sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 62 - Profitability Coeffisien, PC = DH Profitability Coeffisiens atau koefisien keuntungan L adalah perbandingan antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih sosialnya. Jika PC 0, berarti secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan intensif kepada produsen, demikian sebaliknya. - Subsidy Ratio to Producer, SRP = LE Subsidy Ratio to Producer atau rasio subsidi bagi produsen SRP diperoleh dari hasil pembagian antara keuntungan pada harga privat D dikurangi keuntungan pada harga sosial H dengan penerimaan output pada harga privat E. Jika SRP 1 menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen atau petani padi sawah mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosialnya. Beberapa indikator hasil analisis dari matrix PAM, dapat dirangkum dalam Tabel 8 sebagai berikut. Tabel 8. Indikator Hasil Analisis dari Matrix PAM INDIKATOR HASIL ANALISIS KETERANGAN MATRIX PAM I ANALISIS KEUNTUNGAN a Private Provitability PP Keuntungan Privat, yaitu D = A-B+C - PP 0 Sistem produksi padi sawah memperoleh profit diatas normal yang artinya usahatani tersebut layak untuk diteruskan. - PP 0 Usahatani mengalami kerugian. - PP= 0 Dalam jangka pendek usahatani dapat diteruskan namun tidak dapat dilakukan ekspansi untuk jangka panjang. b Social Profitability SP Keuntungan Sosial, yaitu H = E-F+G - SP 0 Sistem produksi padi sawah telah berjalan secara efisien dan memiliki keunggulan Universitas Sumatera Utara 63 komparatif, sehingga layak untuk dikembangkan. - SP 0 Sistem produksi padi sawah tidak mampu hidup tanpa bantuan dari pemerintah. II EFISIENSI FINANSIAL DAN EFISIENSI EKONOMI a Private Cost Ratio PCR = CA-B Indikator keunggulan kompetitif - PCR 1 Sistem usahatani padi sawah mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan semakin kompetitif. - PCR 1 Sistem usahatani padi sawah tidak mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan tidak kompetitif. b Domestic Resource Cost Ratio DRCR Indikator keunggulan komparatif DRCR = GE-F - DRCR 1 Sistem komoditi semakin efisien dan memiliki komparatif. - DRCR 1 Sistem komoditi dinilai tidak mampu bertahan tanpa bantuan pemerintah, sehingga lebih baik melakukan impor beras dibandingkan harus menanam padi sendiri. III DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH a Kebijakan Output 1 Transfer Output I = A-E - I 0 Besarnya transfer dari konsumen ke produsen, artinya produsen menerima harga jual yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya, sehingga konsumen dirugikan. - I 0 Besarnya transfer dari Produsen ke konsumen, artinya konsumen menerima insentif dari produsen, dan petani dirugikan. 2 Nominal Protection Coefficient on Output NPCO = AE Indikator tingkat proteksi pemerintah terhadap output pertanian domestik. - NPCO 1 Proteksi pemerintah terhadap output dari pemerintah. - NPCO 1 Pengurangan penerimaan petani padi sawah akibat kebijakan output seperti pajak. Universitas Sumatera Utara 64 b Kebijakan Input 1 Transfer Input J = B-F - TI 0 Harga sosial input Tradable yang lebih rendah karena terdapat pajaktarif impor atas input tersebut dan petani harus membayar lebih mahal. - TI 0 Adanya subsidi pemerintah terhadap input tradable, sehingga petani tidak membayar penuh biaya sosial yang seharusnya dibayarkan. 2 Nominal Protection Coefficient on Tradable Input NPCI = BF - NPCI 1 Pemerintah menaikkan harga input asing di pasar domestik diatas harga efisiensinya harga dunia. Akibatnya biaya produksi menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. - NPCI 1 Kebijakan bersifat protektif terhadap input karena ada kebijakan subsidi input tradale. 3 Transfer Faktor K = C-G - TF 0 Ada transfer dari petani produsen kepada produsen input non tradable. - TF 0 Tidak transfer dari petani produsen kepada produsen input non tradable dengan pemberian subsidi. c Kebijaksanaan Input-Output 1 Effective Protection Cofficient EPC Indikator tingkat proteksi simultan EPC = A-BE-F terhadap output dan input tradable. - EPC 1 Kebijakan pemerintah masih bersifat Protektif. - EPC 1 Kebijakan pemerintah tidak berjalan secara efektif 2 Net Transfer L = D-H - NT 0 Tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input- output. - NT 0 Tidak ada tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input- output. 3 Profitability Coeffisien PC PC = DH - PC 1 Keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan intensif kepada produsen. Universitas Sumatera Utara 65 - PC 1 Kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen atau petani lebih kecil dibandingkan tanpa ada kebijakan. 4 Subsidy Ratio to Producer SRP SRP = LE - SRP Positif Kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen atau petani padi sawah mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari biaya sosialnya. - SRP Negatif Kebijakan pemerintah yang selama ini selama ini menyebabkan produsen atau petani padi sawah mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosialnya. Untuk menentukan harga sosial harga internasional yang terdiri dari harga CIF untuk komoditi yang di impor dan harga FOB untuk komoditi yang di ekspor, maka dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Cara Menentukan Harga Paritas Impor dan Ekspor Tahap Harga Paritas Impor Harga Paritas Ekspor Data Proses Data Proses Harga Internasional International Price Harga f.o.b di negara pengekspor Harga c.i.f di negara pengekspor Pengapalan freight ke negara pengimpor Pengapalan freight dari negara pengekspor Asuransi Asuransi Harga c.i.f di negara pengimpor F.o.b + pengapalan freight + asuransi Harga f.o.b di negara pengekspor C.i.f - pengapalan freight - asuransi Konversi mata uang currency conversion Nilai tukar exchange rate ER Nilai tukar exchange rate ER Premium nilai tukar exchange rate premium ERP Premium nilai tukar exchange rate premium ERP Nilai tukar keseimbangan ER1+ERP Nilai tukar keseimbangan ER1+ERP Universitas Sumatera Utara 66 equilibrium exchange rate EER equilibrium exchange rate EER Harga c.i.f dalam mata uang domestik EERc.i.f di negara pengimpor Harga f.o.b dalam mata uang domestik EERf.o.b di negara pengekspor Konversi berat weight conversion Faktor konversi berat weight conversion factor Faktor konversi berat weight conversion factor C.i.f dalam mata uang domestik C.i.f dalam mata uang domestikkonversi berat F.ob dalam mata uang domestic F.ob dalam mata uang domestikkonversi berat Distribusi dari pelabuhan ke pasar pedagang besar Biaya transport dan marketing ke pasar pedagang besar, dalam harga sosial Biaya transport dan marketing ke pasar pedagang besar, dalam harga sosial Nilai sebelum pengolahan C.i.f dalam mata uang domestik dan berat + biaya dst. Nilai sebelum pengolahan F.o.b dalam mata uang domestik dan berat + biaya dst. Faktor konversi pengolahan Faktor konversi pengolahan Harga paritas impor di pedagang besar Nilai sebelum pengolahan faktor konversi Harga paritas ekspor di pedagang besar Nilai sebelum pengolahan faktor konversi Distribusi Pedagang Transport, Marketing, penyimpanan, dalam harga sosial Transport, Marketing, penyimpanan, dalam harga sosial Hasil Harga paritas impor di tingkat petani Harga paritas impor di tingkat pedagang besar +- biaya distribusi ke petani - bila output; + bila input Harga paritas ekspor di tingkat petani Harga paritas ekspor di tingkat pedagang besar - biaya distribusi ke petani Sumber: Pearson., dkk, 2005 Universitas Sumatera Utara 67

3.5 Definisi dan Batasan Operasional Definisi