Employee Engagement Telaah pustaka

Dengan demikian religiusitas adalah internalisasi dan penghayatan seorang individu terhadap nilai –nilai agama yang diyakini dalam bentuk ketaatan dan pemahaman nilai-nilai tersebut untuk kemudian diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari. Tingkat religiusitas seseorang dapat dilihat dari tingkah laku, sikap dan perkataan, serta kesesuaian hidup yang dijalani dengan ajaran agama yang dianut.

2.2.6. Employee Engagement

Konsep employee engagement menjadi penting dalam mengkonsepsualiasikan dan menentukan peranan modal manusia terhadap kinerja organisasi . Engagement selama ini dikenal luas sebagai konsep yang dapat memberikan informasi mengenai tingkat keterikatan karyawan terhadap faktor organisasi. Faktor ini mendorong karyawan untuk melakukan usaha yang maksimal melebihi yang diharapkan. Bahkan faktor keterikatan ini juga mempengaruhi keputusan karyawan untuk bertahan atau meninggalkan perusahaan. Employee engagement pertama kali diperkenalkan oleh kelompok peneliti Gallup pada tahun 2004. Employee engagement telah diklaim dapat memprediksikan peningkatan produktivitas pada karyawan, profitabilitas, mempertahankan karyawan, kepuasan konsumen serta keberhasilan untuk organisasi. Engagement karyawan kadang-kadang disebut sebagai engagement Crawford, Lepine Rich, 2010, engagement pribadi Kahn, 1990, engagement kerja Saks, 2006; Schaufeli Bakker, 2004, engagement pekerjaan, dan engagement organisasi Saks, 2006. E ngagemen t karyawan adalah “anggur lama dalam botol baru” Macey Schneider, 2008 karena engagement terdiri dari komitmen organisasi, keterlibatan kerja, kepuasan kerja, kesejahteraan, perilaku ekstra peran, dan atau pemberdayaan psikologis Little Little, 2006, Harter et al, 2002, Saks, 2006. Engagement karyawan melibatkan konstruk kepribadian, suasana hati dan tindakan-tindakan mereka di tempat kerja dan ada hubungan positif antara engagement karyawan dan hasil kinerja organisasi Macey dan Schneider 2008. Konsep employee engagement sendiri merupakan pengembangan dari konsep pemahaman perilaku individu dalam organisasi. Dalam organisasi, terdapat tiga hal yang mempengaruhi perilaku individu dan prestasi Gibson, Ivancevich, Donnely: Organization Behaviour yaitu : a. variabel individu berupa kemampuan dan keterampilan b. variabel keorganisasian c. variabel psikologis berupa persepsi, sikap dan perilaku. Employee engagement termasuk dalam variabel psikologis, komponen utama dalam employee engagement terdiri atas 3 yaitu : a. Komponen kognitif, berisi hal-hal yang dipikirkan karyawan tentang perusahaan tempat mereka bekerja. Dari komponen ini dapat dilihat apakah karyawan dan perusahaan memiliki kecocokan level pemikiran ,artinya apakah karyawan mempercayai tujuan organisasi serta mendukung nilai-nilai yang dianut perusahaan. b. Komponen Afektif, merupakan hal-hal yang dirasakan karyawan terhadap perusahaan, yang memperlihatkan ikatan emosional antara karyawan dan perusahaannya, seperti rasa bangga menjadi bagian dari organisasi. c. Komponen perilaku, yang merujuk pada dua hal yaitu pertama apakah seorang karyawan berusaha maksimal dalam bekerja, dan kedua, apakah karyawan tersebut bersedia bertahan dalam perusahaan. Engagement karyawan berfungsi sebagai konstruk payung, termasuk berbagai komponen tindakan , sikap dan perilaku karyawan. Kahn 1990 pertama kali mendefinisikan engagement sebagai memanfaatkan diri dari anggota organisasi untuk peran pekerjaan mereka, di mana orang menggunakan dan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif, dan emosional dalam peran. Schaufeli et al 2002 mendefinisikan engagement pekerjaan sebagai kondisi positif, melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan keadaan pikiran yang ditandai dengan semangat, dedikasi dan penyerapan. Pada tahun 2003, Towers P errin Talent Report mendefinisikan engagement sebagai kesediaan karyawan dan kemampuan untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan. Robinson, Perryman, dan Hayday 2004 menjelaskan bahwa engagement sebagai hubungan dua arah antara majikan dan karyawan, sikap positif terhadap organisasi dan nilai-nilainya. Seorang karyawan engaged menyadari konteks bisnis dan bekerja dengan rekan-rekan untuk meningkatkan kinerja dalam pekerjaan untuk kepentingan organisasi. Organisasi juga harus bekerja untuk memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan engagement . Research Group Gallup mendefinisikan engagement karyawan sebagai kombinasi dari variabel anteseden kognitif dan emosional di tempat kerja Harter et al., 2002. Unsur-unsur yang dikenal sebagai engagement karyawan, adalah tindakan dalam organisasi yang mendukung harapan hasil yang jelas, memberikan dukungan material dasar, mendorong kontribusi individu, memberikan rasa memiliki, dan menawarkan kesempatan untuk maju dan belajar terus menerus. Engagement dikelompokkan menjadi tiga subkategori Schaufeli et al 2002 semangat, dedikasi, dan penyerapan, dan pengukuran engagement menggunakan UWES Utrecht Work Engagement Scale. Dengan kata lain, kekuatan ditandai oleh tingginya tingkat energi dan ketahanan mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam pekerjaan seseorang, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi didefinisikan sebagai sangat terlibat dalam pekerjaan seseorang dan mengalami rasa maknarasa penting, semangat antusiasme, inspirasi, kebanggaan, tantangan. Penyerapan ini ditandai dengan sepenuhnya terkonsentrasi dan bahagia dalam pekerjaan, dimana waktu berlalu dengan cepat dan memiliki kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan. Vigor semangat mengacu pada energi tingkat tinggi dan ketahanan mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam satu pekerjaan, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Penggerak employee engagement akan berbeda di tiap jenis pekerjaan dan organisasi. Secara umum terdapat 3 tiga kluster utama yang menjadi penggerak employee engagement , yaitu: a Organisasi.  Hal-hal terkait organisasi yang dapat menjadi penggerak employee engagement adalah budaya organisasi, visi dan nilai yang dianut, brand organisasi. Budaya organisasi yang dimaksud adalah budaya organisasi yang memiliki keterbukaan dan sikap supportive serta komunikasi yang baik antara rekan kerja. Keadilan dan kepercayaan sebagai nilai organisasi juga memberikan dampak positif bagi terciptanya employee engagement . Hal-hal ini akan memberikan persepsi bagi karyawan bahwa mereka mendapat dukungan dari organisasi. b Manajemen dan Kepemimpinan.  Engagement dibangun melalui proses, butuh waktu yang panjang serta komitmen yang tinggi dari pemimpin. Untuk itu, dibutuhkan kekonsistenan pemimpin dalam mementoring karyawan Dalam menciptakan employee engagement , pimpinan organisasi diharapkan memiliki beberapa keterampilan. Beberapa diantaranya adalah teknik berkomunikasi, teknik memberikan feedback dan teknik penilaian kinerja McBain, 2007. Hal-hal ini menjadi jalan bagi manajer untuk menciptakan employee engagement sehingga secara khusus hal-hal ini disebut sebagai penggerak employee engagement . c. Working life .  Kenyamanan kondisi lingkungan kerja menjadi pemicu terciptanya employee engagement . Ada beberapa kondisi lingkungan kerja yang diharapkan dapat menciptakan employee engagement . Pertama, lingkungan kerja yang memiliki keadilan distributif dan prosedural. Hal ini terjadi karena karyawan yang memiliki persepsi bahwa ia mendapat keadilan istributif dan prosedural akan berlaku adil pada organisasi dengan cara membangun ikatan emosi yang lebih dalam pada organisasi. Kedua, lingkungan kerja yang melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan. Kondisi ini mempengaruhi karyawan secara psikologis, mereka menganggap bahwa mereka berharga bagi organisasi. Hal ini membuat karyawan akan semakin terikat dengan organisasi. Ketiga, organisasi yang memperhatikan keseimbangan kehidupan kerja dan keluarga karyawan. Dalam banyak penelitian dijelaskan bahwa ketika konflik antara pekerjaan dan keluarga terjadi, karyawan akan cenderung memutuskan keluar dari pekerjaan. Oleh karena itu manajer harus menjaga keseimbangan keduanya sehingga karyawan merasa bahwa pekerjaan tidak mengancam kehidupan keluarganya. Karyawan umumnya melakukan kontak harian dengan supervisor dan rekan kerja, oleh karena itu dukungan tempat kerja merupakan prediktor dari berbagai sikap kerja, terutama kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan engagement kerja Cropanzano, et al 1997. Supervisor yang menghargai kontribusi karyawan berpengaruh pada bagaimana karyawan melihat perannya pada organisasi Eisenberger, et al, 2002. Dukungan rekan kerja mempengaruhi lingkungan sosial di tempat kerja dan perilaku kerja Chiaburu Harrison, 2008. Tindakan rekan kerja memprediksi hasil persepsi, sikap, dan perilaku rekan-rekan. Ini berarti bahwa hubungan kuat antara tindakan rekan kerja dan persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja, langsung mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, komitmen organisasi dan engagement kerja. Dalam hal dukungan kepemimpinan dan supervisor, Eisenberger et al 2002 menemukan bahwa karyawan yang percaya bahwa supervisor yang menghargai kontribusi karyawan dan peduli terhadap kesejahteraan karyawan memiliki hubungan terbalik dengan hasil turnover, dukungan pengawas yang besar , turnover lebih kecil. Jadi perilaku engagement dipupuk oleh tindakan orang lain di tempat kerja. Perilaku Engagement dipengaruhi oleh bagaimana seorang rekan berperilaku, bagaimana karyawan dan rekan berfungsi sebagai sebuah tim, dan bagaimana organisasi dan supervisor memperlakukan pekerja. Engagement karyawan mengacu pada, kondisi positif yang berhubungan dengan pikiran yang mengarahkan karyawan untuk secara aktif mengekspresikan diri mereka dan berinvestasi secara emosional, kognitif, dan fisik dalam kinerja peran Catlette Hadden, 2001, Rurkhum, 2010, Schaufeli, Salanova, Gonzalez - Roma, Bakker, 2002. Engagement karyawan dari segi psikologisnya meliputi energi, antusiasme, dan diskresioner usaha Gruman Saks, 2010, Macey Schneider, 2008. Engagement karyawan berarti individu yang bersemangat dan ulet dalam melakukan pekerjaan, menaruh hati ke pekerjaan dengan kegigihan dan kemauan untuk menginvestasikan usaha, pemeran yang kuat dalam keterlibatan kerja bersamaan dengan perasaan, antusiasme, gairah, kebanggaan, inspirasi, kegembiraan, tantangan dari pekerjaan, berkonsentrasi penuh dan membenamkan diri dalam pekerjaan tanpa menyadari bahwa waktu berlalu Bakker Demerouti, 2008; Schaufeli Bakker, 2004. Engagement karyawan sebagai strategi core organisasi memahami bahwa engagement mendorong performance . Engagement mempertemukan tenaga kerja trampil dan berpendidikan Zanoni dan Janssesns, 2007, kompetensi dan sikap dinilai secara sosial agar berperilaku tertentu. Harapan tentang perilaku dan kinerja karyawan adalah bagian dari budaya tempat kerja budaya organisasi. Seorang karyawan engaged adalah menyadari konteks bisnis, dan bekerja dengan rekan-rekan untuk meningkatkan kinerja dalam pekerjaan untuk manfaat organisasi. Ini adalah sikap positif yang dimiliki oleh karyawan terhadap organisasi dan nilai-nilainya. Karyawan diharapkan dapat bekerjasama dengan perusahaan dalam jangka panjang. Sumberdaya manusia sebagai modal intelektual organisasi berperan sangat penting dalam membangun dan meningkatkan nilai organisasi. Kesuksesan organisasi dapat dilihat melalui partnership yang baik antara sumberdaya manusia dan perencanaan strategis yang dilakukan oleh organisasi Paul F.B,1995. Beberapa faktor yang mempengaruhi integrasi dalam organisasi yaitu lingkungan environment , strategi tingkat corporate, bisnis dan sumberdaya manusia, karakteristik organisasi meliputi ukuran, sejarah, budaya dan struktur organisasi proses dan system organisasi meliputi human resource control , informasi, pengambilan keputusan dan komunikasi, tugas dan teknologi, praktik dan falsafah manajemen skill dan nilai karyawan serta politik organisasi, kegiatan membangun hubungan tim, serta engagement yang mempengaruhi kinerja.

2.2.7. Konsep Syariah