Prinsip-prinsip Penangan Gelandangan dan Pengemis

Ada kenikmatan tersendiri bagi sebagian besar gelandangan pengemis yang hidup menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh peraturan dan noma yang kadang- kadang membebani mereka, sehingga mengemis adalah salah satu mata pencaharian. h. Masalah Kesehatan Dari segi kesehatan, gelandangan dan pengemis termasuk kategori warga Negara dengan tingkat kesehatan fisik yang rendah akibatnya rendahnya gizi makanan dan terbatasnya akses pelayanan kesehatan. Selain permasalahn diatas ada berbagai dampak yang ditimbulkan oleh permasalahn gelandanganan dan pengemis antara lain : a. Masalah Lingkungan Gelandangan dan Pengemis pada ummumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah yang sebenarnya dilarang dijadikan tempat tinggal, seperti : taman-taman, bawah jembatan dan pinggiran kali. Oleh karena itu kehadiran mereka di kota-kota besar sangat mengganggu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan kota. b. Masalah Kependudukan Gelandangan dan Pengemis yang hidupnya berkeliaran dijalan-jalan dan tempat umum, kebanyak tidak memiliki kartu identitas KTPKK yang tercatat dikelurahan RTRW setempat dan sebagian besar mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan pernikahan yang sah. c. Masalah keamanan dan ketertiban Maraknya gelandangan dan pengemis disuatu wilayah dapat menimbulkan kerawaan sosial, serta mengurangi keamanan dan ketertiban di daerah tersebut.

3. Prinsip-prinsip Penangan Gelandangan dan Pengemis

A. Prinsip-prinsip Umum 2. Pengharapan terhadap harkat dan martabat manusia, dimana gelandangan dan pengemis diterima dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam kehidupan masyarakat bersosialisasi kembali kemasyarakat. 3. Pengakuan terhadap hak gelandangan dan pengemis dalam menentukan nasipnya sendiri melalui pemberian kesempatan turut dalam merencanakan kehidupanpekerjaan yang dipilih sesuai dengan kemampuannya. 4. Pemberian kesempatan yang sama bagi gelandangan dan pengemis dalam mengembangkan diri dan berperan serta dalam berbagai aktifitas kehidupan, tanpa membedakan suku, agama, rasa atau golongan. 5. Penumbuhan tanggung jawab social yang melekat pada setiap gelandangan dan pengemis yang dilayani. B. Prinsip-prinsip Khusus 1. Prinsip penerimaan gelandangan dan pengemis secara apa adanya. 2. Prinsip tidak menghakimi non judgemental gelandangan dan pengemis. 3. Prinsip Individualisasi, dimana setiap gelandangan dan pengemis tidak disamaratakan begitu saja, tetapi harus dipahami secara khusus sesuai dengan keunikan pribadi dan masalah mereka masing-masing. 4. Prinsip kerahasiaan, dimana setiap informasi yang diperoleh dari gelandangan dan pengemis dapat dijaga kerahasiaannya sebaik mungkin, terkecuali digunakan untuk kepentingan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis itu sendiri. 5. Prinsip partisipasi, dimana gelandangan beserta orang-orang terdekat dengan dirinya diikut sertakan dan dapat berperan optimal dalam upaya pelayanan dan rehabiltasinya kembali kemasyarakat. 6. Prinsip komunikasi, dimana kualitas dan intensitas komunikasi antara gelandangan dan pengemis dengan keluarga dan lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga berdampak positif terhadap upaya rehabilitasi gelandangan dan pengemis. 7. Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis secara sadar wajib menjaga kualitas hubungan profesionalnya dengan gelandangan dan pengemis, sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional yang menyulitkan dan menghambat keberhasilan pelayanan.

4. Masalah Penanganan dan Indikator Keberhasilan