6. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, tehnik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu : a.
Data Primer Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di panti
pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. b.
Data Sekunder Data sekunder ialah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak
langsung, seperti dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, departemen dan sebagainya. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
7. Teknik Pencatatan Data
Dalam teknik pencatan data, peneliti menggunakan catatan lapangan data lapangan. Catatan lapangan data dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan
pengamatan, wawancara atau menyaksikan kejadian tertentu selama di lapangan dengan menggunakan bahasa objektif. Alat bantu yang peneliti gunakan dalam proses pencatatan
data berupa alat tulis, tape recorder dan kekuatan daya ingat. Pada waktu wawancara dan melakukan pencatatan data, keberadaan peneliti diketahui oleh peksos. Pencatatan data
tersebut dinamakan dengan transkip wawancara. Kemudian dari hasil wawancara tersebut dicatat, dan direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan apabila peneliti
telah berada ditempat tinggal.
8. Analisa Data
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan
proses layanan sosial bagi gelandangan dan pengemis serta hambatan-hambatannya.
b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan sosial bagi gelandangan dan
pengemis serta hambatan-hambatannya diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain
sebagainya. c.
Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik
kesimpulan.
9. Keabsahan Data
a. Kredibilitas derajat kepercayaan dengan menggunakan teknik tringulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu
dapat dicapai dengan jalan; a. membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui pelayanan sosial bagi gelandangan dan
pengemis yang diberikan oleh PSBK tersebut. b. membandingkan keadaan dan prespektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya
dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau peksos. c.
membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat dokumen dan data sebagai bahan
perbandingan. b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan bermaksud
menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-
hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman sesorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan
objektif.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas 5 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori, a. Pengertian Pelayanan Sosial, b. Pengertian Panti
Sosial, c. Pengertian Gelandangan dan Pengemis, b. Faktor-Faktor Penyebab adanya Gepeng, c. Macam-Macam Gepeng, d. Masalah Umum
Gepeng.
BAB III : Gambaran Umum PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi di Bekasi Jawa
Barat, terdiri dari : Profil PSBK Pangudi Luhur, yang membahas tentang: sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, prosedur kerja PSBK,
mekanisme kerja, kerja sama, komposisi pegawai, landasan hukum, sasaran dan pelayanan, persyaratan calon wbs, pembiyaan operasional,
waktu dan kapasitas pelayanan, proses rehabilitasi Gepeng, sarana dan prasarana, alur tahapan rehabilitasi sosial, daftar nama pembimbing
pondok, jumlah wbs tahun 2009.
BAB IV : Temuan dan Analisa Data, bab ini akan menguraikan analisa hasil
penelitian mengenai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi
Jawa Barat.
BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran
Daftar Pusaka dan Lampiran-Lampiran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Pelayanan Sosial
Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai usaha, aktifitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian bantuan atau
pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri
13
. The Social Work Dictionary
1999, menyebutkan sebagai berikut: “pelayanan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang
agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat”
14
. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, menjelaskan Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis adalah :
1. Pelayanan Sosial adalah semua bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang yang disebut
sebagai pekerja sosial untuk menangani masalah sosial individu, kelompok masyarakat, gelandangan dan pengemis. Artinya pelayanan dan rehabilitasi sosial adalah bentuk
kegiatan yang diwujudkan dalam program kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sendiri yang bertujuan
untuk mengatasi masalah sosial gelandangan dan pengemis. Pelayanan sosial dapat dilihat dari dua sisi yaitu pelayanan yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pelayanan
sosial yang bersifat langsung adalah pelayanan yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis sesuai dengan permasalahannya. Sedangkan pelayanan sosial yang bersifat
13
Departemen Sosial R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 1997, h.179
14
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial, Jakarta:1997, h.119
tidak langsung adalah berupa kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk mengatasi masalah gelandagan dan pengemis
15
. 2.
Tujuan Pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis ditujukan untuk memulihkan
fungsi sosial dan gelandangan dan pengemis, antara lain dapat dilihat dari : a.
Gelandangan dan pengemis mampu merubah cara hidup dan cara menghasilkan penghasilan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
b. Gelandangan dan pengemis dapat dijangkau dan mau mengikuti program pelayanan dan
rehabilitasi sosial. c.
Gelandangan dan pengemis mampu menjalankan fungsi dan peran sosialnya di masyarakat secara wajar.
3. Fungsi
a. Menumbuhkan kesadaran gelandangan dan pengemis tentang pentingnya program
pelayanan dan rehabilitasi sosial. b.
Membantu gelandangan dan pengemis untuk mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.
c. Membantu gelandangan dan pengemis agar mampu memenuhi kebutuhan dasar.
d. Membantu gelandangan dan pengemis untuk mengembangkan potensinya.
e. Membantu gelandangan dan pengemis untuk berperilaku normatif.
4. Pendekatan
15
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI 2007. Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, hal 13
a. Integratif, adalah pendekatan yang dilakukan secara terpadu antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya. b.
Komprehensif, adalah pendekatan yang dilakukan untuk kemajuan dan pengembangan gelandangan dan pengemis secara menyeluruh.
c. Interdisipliner, adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat masalah gelandangan
dan pengemis dari sudut berbagai disiplin ilmu. d.
Lintas sektoral, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menangani masalah gelandangan dan pengemis dengan melibatkan berbagai sektor terkait.
5. Komponen
a. Organisasikelembagaan
Dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial, keberadaan organisasi adalah sangat penting terutama untuk menunjukan kesungguhan terhadap pelaksanaan dilapangan
secara sistematis dan terencana. Organisai ini akan mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan pekerja sosial dilapangan maupun dimasyarakat. Organisasi ini juga menjadi
penanggung jawab semua proses kegiatan pelayanan. b.
Sumber Daya Manusia SDM Sumber daya manusia yang dimaksud adalah semua orang yang memiliki kontribusi
terhadap proses pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dilihat dari tingkat pendidikan, disiplin ilmu maupun pengalaman praktis.
c. Pelayan dan Rehabilitasi Sosial
Semua proses pelayanan dan rehabilitasi yang ditujukan untuk kepentingan gelandangan dan pengemis mulai dari pendekatan awal sampai terminasi.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah semua bentuk penunjang pelayanan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis,
baik dalam bentuk fisik, seperti halnya gedung, asrama, kamar mandi, transportasi, ruang keterampilan, dan perlengkapan keterampilan, maupun non fisik, seperti antara lain peraturan
perundangan-undangan dan buku panduan.
16
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa pelayanan sosial adalah proses kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun
pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial. Dalam kegiatannya
terdapat beberapa tahapan dalam pelayanan sosial adalah
17
: 1.
Tahapan pendekatan awal yaitu suatu proses kegiatan penjajagan awal, konsultasi dengan pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerimaan
pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, dan penempatan calon penerima pelayanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan.
2. Pengungkapan dan pemahaman masalah assessment adalah suatu proses kegiatan
pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan dan sistem sumber penerimaan klien.
16
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI 2007. Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan
Pengemis, hal 13-15
17
Departemen Sosial RI . Buku Saku Pekerja Sosial, Jakarta: Depsos, 2004 h. 3
3. Perencanaan pemecahan masalah Planning adalah suatu proses perumusan tujuan
dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya manusia, biaya, metode-teknik, peralatan, sarana-prasarana, dan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan tersebut. 4.
Pelaksanaan pemecahan masalah intervention yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah
yang dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan dan bimbingan
pembinaan lanjut. a.
Bimbingan yaitu suatu proses kegiatan pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si klien. Bimbingan ini
terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, pengembangan masyarakat dan advokasi.
b. Bimbingan dan pembinaan lanjut adalah suatu proses pemberdayaan dan
pengembangan agar penerima pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosial.
5. Evaluasi, terminasi dan rujukan
a. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah dan atau indikator-indikator keberhasilan pemecahan masalah.
b. Terminasi adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan
pelayananpertolongan antara lembaga dan penerima pelayanan klien.
c. Rujukan adalah suatu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan program pelayanan kesejahteraan sosial.
B. Definisi Panti Sosial
Secara etimologi panti sosial berarti rumah, tempat kediaman yang diberlakukan untuk kemasyarakatan. Secara konseptual dapat dikemukakan bahwa panti sosial adalah
suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial.
Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Departemen Sosial yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial sehari-hari secara fungsional dibina oleh para Direktur terkait sesuai dengan bidang tugasnya. Panti Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Panti. Panti sosial
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan
regional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, panti sosial menyelenggarakan fungsinya antara lain
sebagai berikut : 1.
Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan 2.
Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan 3.
Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental, sosial, phisik dan keterampilan
4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut
5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi
6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi sosial
7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
Panti Sosial Bina Karya mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan
fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi para gelandangan dan pengemis agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan
18
. C.
Pelayanan Sosial Berbasis Panti
Dari definisi diatas mengenai istilah pelayanan sosial dan panti dapat peneliti rumuskan bahwa pelayanan sosial berbasis panti merupakan jenis pelayanan yang bersifat
rehabilitatif, dalam arti bahwa gelandangan dan pengemis dipandang sebagai orang yang berada dalam kondisi ketidakmampuan, ditelantarkan, dirugikan sehingga intervensi yang
dilakukan adalah dengan melindungi dan merehabilitasi. Di dalam kalangan pekerja sosial istilah ini lebih dikenal dengan center based program penanganan yang berbasis panti.
Secara empirik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud organisasi pelayanan manusia, mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada
kliennya. Jenis pelayanan yang diberikan dalam pelayanan berbasis panti bagi gelandangan dan pengemis sebagai berikut :
1. Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara
kepada klien. 2.
Pelayanan kebutuhan pangan yaitu pelayanan pemberian makan minum dengan berbagai menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
18
Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial
. Jakrta 2003
3. Pelayanan konseling yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peran sosial, memenuhi kebutuhan, dan memecahkan masalah.
4. Pelayanan kesehatan yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien
oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien. 5.
Pelayanan pendidikan yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti pendidikan formal.
6. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan pendidikan keterampilan kerja, seperti
pertukangan, perbengkelan, kerajinan tangan, komputer dan sebagainya. 7.
Pelayanan bimbingan mental yaitu pelayanan bimbingan keagamaan dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah
keagamaan. 8.
Pelayanan rekreasi dan hiburan yaitu pelayanan yang ditunjukan untuk memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media, dan kunjungan ke suatu
tempat rekreasi. Tidak semua jenis pelayanan yang diatas tersebut mampu diberikan oleh lembaga
pelayanan sosial, hal tersebut disebabkan oleh faktor keuangan, kekurangan pegawai dan faktor lainnya yang menghambat pelayanan sosial.
D. Gelandangan dan Pengemis gepeng
1. Pengertian Gepeng
Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Depertemen Sosial R.I 1992, gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup
mengembara di tempat umum.
19
“Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta di muka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas
kasihan dari orang lain.
20
Gelandangan pengemis adalah seseorang yang hidup menggelandang dan sekaligus mengemis.
21
Ali, dkk,. 1990 menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana lelana. Dengan strata demikian maka gelandangan
merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang
tempat.
22
Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali,dkk.,1990 diberikan tiga gambaran umum gelandangan, yaitu :
a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat,
b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai,
c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan
keterasingan.
23
2. Permasalahan Sosial Gelandangan dan Pengemis