Penerapan Problem posing dalam Kegiatan Belajar Mengajar

9 mengkomunikasikan hasil pemahamannya tersebut ke dalam bentuk soal yang disertai pemecahannya.

b. Penerapan Problem posing dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, problem posing merupakan salah satu teknik dalam metode pemberian tugas kepada siswa untuk merumuskan, membuat soal, atau mengajukan soal. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing umumnya dicirikan dengan perumusan kembali soal yang telah diberikan guru. Oleh karena itu, penerapan problem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara individual maupun kelompok di sekolah, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup. 14 Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pokok Pembelajaran dengan Problem posing Langkah Kegiatan guru Pendahuluan 1. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran 2. Mengarahkan siswa pada pembuatan masalah 3. Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka Pengembangan 1. Memberikan informasi tentang konsep yang dipelajari 2. Memberikan sebuah contoh soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan cara membuat soal yang identik berdasarkan soal yang ada. Penerapan 1. Menguji pemahaman siswa atas konsep yang diajarkan dengan memberikan beberapa soal. 2. Mengarahkan siswa mengerjakan soal tersebut dan untuk membuat soal-soal yang identik berdasarkan soal-soal yang dibuat siswa. 3. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah 14 Nyimas Aisyah, Problem posing, Jurnal Forum MIPA UNSRI, Vol. 5, 2000, hal. 61-62 10 Langkah Kegiatan guru Penutup 1. Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah 2. Menyimpulkan hasil pembelajaran Jadi, penerapan problem posing dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan empat tahap yaitu, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup. Dalam sumber lain dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan problem posing terdapat tujuh langkah, yaitu: 15 1 Mengembangkan isu-isu dalam masyarakat survey Survey merupakan bagian terpenting dari seluruh proses, karena pada langkah ini siswa diminta untuk mencari bahan atau materi tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat. Para siswa bebas berbicara tentang hal- hal yang mereka ketahui, disini guru hanya mendengar percakapan mereka dengan seksama sehingga suasana pada saat itu seperti pasar. 2 Menganalisis bahan atau materi hasil survey Analysis of survey material 3 Menyiapkan materi problem posing Preparing of problem posing materials Langkah ini menjelaskan bahwa guru menyiapkan rangkaian materi yang dapat merangsang diskusi dalam belajar kelompok baik berupa gambar, poster, slide dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibicarakan. Pada saat itu tiap kelompok memilih dan mempresentasikan sesuai dengan tema yang mereka pilih. 4 Belajar berkelompok The learning group Pada langkah ini, tiap kelompok aktif dalam diskusi, semua diperbolehkan berbicara sesuai dengan pemikiran mereka, sehingga menuntut adanya kesadaran berpikir kritis dan kreatif. 15 Donal Mc. Ananey, dkk, Teaching and Learning in Further and Higher Education: A handbook by The Education for Employment Project, Eropa: The ESF EQUAL Community Initiative, 2007, hal. 82-84 11 5 Peran pemain The role of the animator Peran utama guru adalah membantu para siswa. Dalam hal ini guru tidak banyak berbicara, tetapi terlibat dalam diskusi melalui pembenaran jawaban dari pertanyaan yang ada. Siswa akan mengingat lebih baik tentang apa yang mereka katakan dan temukan. 6 Mengarahkan diskusi The direction of discussion Sesekali siswa diminta untuk duduk diam oleh guru pada saat guru memberikan materi problem posing kepada semua kelompok. Dalam diskusi terdapat lima langkah dasar yaitu deskripsi, analisis, menghidupkan dengan kehidupan, analisis lebih dalam dan perencanaan tindakan. Seluruh proses ini dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran berpikir kritis terhadap situasi yang ada dan merangsang mereka untuk mencari solusi dari permasalahan. 7 Refleksi-Tindakan Reflection-Action Ketika suatu kelompok mampu menyarankan sesuatu yang konkrit yang dapat mereka lakukan dari permasalahan yang ada, pada saat itulah guru mendorong siswa untuk mengambil tindakan. Guru berperan aktif membantu kelompok siswa kemudian mengevaluasinya bersama. Hasil tugas pembuatan soal perlu dilakukan analisis, yaitu pemeriksaan secara teliti batasan-batasan yang ditetapkan. Dalam menganalisis diperlukan beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu: 16 1 Solvabilitas soal, soal tidak dapat diselesaikan apabila soal tersebut kurang informasi atau soal-soal tersebut menimbulkan makna baru tidak ada kaitannya dengan informasi yang diberikan. Sedangkan soal yang dapat diselesaikan apabila soal tersebut mempunyai cukup informasi dan pertanyaan yang diminta sesuai dengan maknanya. 2 Kaitan soal dengan materi yang disampaikan, pemberian tugas yang berhubungan dengan materi yang baru diajarkan. 16 Nyimas Aisyah, Op. Cit., hal. 63-64 12 3 Penyelesaian soal yang dibuat siswa, dilihat pada tahap perencanaan kalimat, pelaksanaan perencanaan dan penyimpulan apakah penyelesaian yang dibuatnya benar atau salah. 4 Struktur bahasa kalimat soal. 5 Tingkat kesulitan soal. Mudah untuk menyelesaikan langsung menggunakan data yang ada. Sedang untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan satu konsep saja. Sulit untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data atau informasi yang ada, tetapi mencarinya dengan beberapa konsep. Selain dilakukan analisis seperti pembahasan di atas, pembelajaran problem posing juga perlu dilakukan penilaian ranah afektifnya. Jadi, dari beberapa pertanyaan yang diajukan siswa, kemudian dibahas dalam forum diskusi, untuk dikomentari baik dari segi pertanyaan maupun menyangkut jawaban dari pertanyaan tersebut. Beberapa aspek dalam penilaian ranah afektif problem posing yaitu: 17 1 Aspek menerima atau memperhatikan. 2 Aspek merespon. 3 Aspek menghargai. 4 Aspek Mengorganisasikan nilai. 5 Aspek mewatak. Kegiatan belajar yang dapat menyediakan lingkungan belajar adalah kegiatan yang memberikan para siswa untuk menyusun, mengembangkan dan mengusahakan cara-cara penyelesaian menurut pemikirannya sendiri. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik dalam pembelajaran dengan problem posing, Suryanto yang dikutip Ketut memberikan beberapa saran dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing sebagai berikut: 18 17 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hal. 210-211 18 Ketut Sukarma, Op. Cit., hal. 53 13 1 Berkaitan dengan guru yang meliputi: a Guru hendaknya membiasakan untuk merumuskan soal baru atau memperluas soal yang ada di buku pelajaran b Guru menyediakan beberapa situasi berupa informasi tertulis, benda manipulatif atau gambar kemudian melatih siswa merumuskan soal dengan situasi yang ada c Guru memberikan soal terbuka dalam tes d Guru memberikan contoh perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran baik isi maupun bahasanya e Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai sebagian isi buku teks yang dilakukan dengan menggilir siswa berperan sebagai guru. 2 Berkaitan dengan siswa, meliputi: a Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak- banyaknya terhadap situasi yang diberikan b Siswa dibiasakan merubah soal yang ada menjadi soal baru sebelum menyelesaikan soal tersebut c Siswa dibiasakan membuat soal serupa setelah menyelesaikan suatu soal d Siswa dibiasakan berani menyelesaikan soal buatan temannya e Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin

c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posing

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bandar Lampung)

3 22 35

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

2 12 51

BAB Ix

0 2 2

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 2 KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK

0 11 267

PENERAPAN PENDEKATAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BERBAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

0 5 12

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN BALOK Pengaruh Pendekatan Problem Posing Pada Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pokok Bahasan Balok Kelas Viii Smp Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 12

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN BALOK Pengaruh Pendekatan Problem Posing Pada Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pokok Bahasan Balok Kelas Viii Smp Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pendekatan Problem Posing Pada Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pokok Bahasan Balok Kelas Viii Smp Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 6

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM KONSEP BANGUN RUANG PADA SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN 2 Kota Serang Kecamatan Serang.

1 3 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS IX IPA SMA NEGERI PATIKRAJA

0 0 16