2.2 Typology Desa Bunga Bondar
Bunga Bondar terletak pada areal seluas 542 ha dengan perbatasan : -
Sebelah Utara dengan Bunga Bondar Sepuluh Aek Pinagar -
Sebelah Barat dengan Desa Sumpean -
Sebelah Timur dengan pegunungan Sumatera Utara -
Sebelah Selatan dengan Desa pangkal Dolok Aek Garut -
Sebelah Barat Daya dengan Desa Hasang Marsada Aek Siguti Secara garis besar keadaan alam desa Bunga Bondar adalah luas perumahan: 15
ha, sawah setengah teknis: 80 ha, sawah sederhana: 180 ha, perkebunan: 50 ha, danaurawa: 2,7 ha dan lain-lain: 204,3 ha.
10
10
Sumber: Kantor Lurah Bunga Bondar Tahun 2010.
Desa Bunga Bondar berada di sebelah timur dari kecamatan Sipirok. Desa ini merupakan dataran tinggi yang masih berada di bawah pegunungan Bukit Barisan yang
berada di sebelah timur desa Bunga Bondar. Sebelah barat desa ini merupakan daerah sawah dan beberapa lahan untuk berkebun. Karena berada di bawah pegunungan Bukit
Barisan terdapat beberapa aliran sungai kecil yang akhirnya bermuara menuju Danau Marsabut yang terdapat di sebelah timur.
Wilayah Angkola di Kotamadya Tapanuli Selatan terdiri dari tiga bagian yaitu: Angkola Julu Angkola Hulu, Angkola Jae Angkola Hilir, dan Angkola Dolok
Angkola Pegunungan, Padang Bolak dan Mandailing Siregar 1977:113.
2.3 Komposisi Penduduk Desa Bunga Bondar
Penduduk asli desa Bunga Bondar adalah masyarakat suku Angkola yang sering disebut Angkola-Sipirok. Penduduknya berjumlah 1.242 jiwa dan mayoritas
beragama Islam. Warga yang tinggal di desa ini mayoritas bermarga Siregar, hal ini disebabkan karena desa Bunga Bondar didirikan oleh marga Siregar dan orang yang
menjadi raja adalah yang bermarga Siregar. Hal ini mengakibatkan bahwa marga Siregar dihormati masyarakat oleh karena keturunan raja. Meskipun suku Angkola
telah tersebar di seluruh wilayah di Sumatera Utara namun warga Angkola yang berasal dari Bunga Bondar tetap menjaga norma-norma adat yang diajarkan kepada
mereka. Dan hal ini juga terlihat dari kepedulian masyarakat Bunga Bondar kepada warganya begitu juga kepada warga yang berasal dari suku atau daerah lain.
Keharmonisan masyarakat mengakibatkan budaya Angkola- Sipirok tetap terjaga.
2.3.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Tabel berikut akan memaparkan secara terperinci tentang jumlah dan komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin:
Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Umur
Jenis kelamin Jumlah
Pria Wanita
0-4 46
47 93
5-9 44
43 87
10-14 45
47 92
15-19 55
57 112
20-24 62
64 126
25-29 54
58 112
30-34 40
41 81
35-39 38
40 78
40-44 36
35 71
45-49 35
32 67
50-ke atas 179
144 323
Jumlah 634
608 1242
Sumber: Kantor Kepala Lurah Bunga Bondar, 2010 Dari data di atas yang paling banyak mendiami wilayah Bunga Bondar ditinjau
dari umur dan jenis kelamin adalah penduduk dengan usia 50 tahun keatas dengan jumlah 323 jiwa. Dari pemantauan penulis kemungkinan yang menyebabkan hal ini
adalah karena banyak penduduk Bunga Bondar yang merantau dan berpindah tempat ke daerah Sipirok, Padangsidimuan, dan bahkan di luar kota dan pulau.
2.3.2 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Dilihat dari segi pendidikan, penduduk Bunga Bondar hanya mengikuti pendidikan formil. Sementara pendidikan non formil seperti pendidikan keterampilan
khusus tidak didirikan oleh pemerintah setempat. Meskipun dari segi pendidikan masyarakat Bunga Bondar belum mendapatkan
fasilitas yang memadai seperti di daerah kecamatan Sipirok, namun mereka tetap bergiat untuk mengikuti pengajaran dan penduduk Bunga Bondar tetap menomor
satukan pendidikan kepada anak-anak mereka. Hal ini terlihat dengan jarak sekolah yang berada di daerah Sipirok dan juga di desa yang lain tidak menyurutkan semangat
mereka untuk belajar dan bersekolah. Jenjang perguruan tinggi adalah impian setiap orang tua terhadap anak-anak mereka. Hal ini menyebabkan tidak sedikit yang
melanjut ke perguruan tinggi dan merantau untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang memadai dan tidak sedikit pula para pejabat negeri yang berasal dari
daerah Bunga Bondar seperti Raja Inal Siregar, Dr. Bajora dan bebebapa pejabat lainnya wawancara dengan Bpk. Mangaraja Tunggal.
Table berikut akan menunjukkan komposisi pendidikan formil desa Bunga Bondar:
Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Jenis pendidikan
Jumlah jiwa
Belum sekolah 127 jiwa
Belum tamat SD 148 jiwa
Tamat SD 148 jiwa
Tamat SLTP 337 jiwa
Tamat SMU 435 jiwa
Tamat Akademi 26 jiwa
Tamat Perguruan Tinggi 21 jiwa
Buta aksara 10-55 thn -
Jumlah 1242 jiwa
Sumber: Kantor Kepala Lurah Bunga Bondar, 2010
2.3.3 Komposisi Penduduk Menurut Agama
Mayoritas penduduk Bunga Bondar adalah pemeluk agama Islam. Sebelum masuknya agama ke desa ini, dahulu mereka mengabut kepercayaan pele begu
menyembah roh-roh nenek moyang. Dan ketika masuknya penyebar agama Islam dan Kristen maka mereka mulai memeluk agama tersebut dan penduduk tersebut lebih
dominan kepada ajaran agama Islam. Perbedaan agama di desa ini tidaklah menjadi penghalang kekerabatan mereka.
Masyarakat Bunga Bondar sendiri adalah masyarakat yang memiliki hubungan darah meskipun dalam kepercayaan mereka memilih agama yang mereka yakini. Oleh karena
itu kehidupan beragama juga sangatlah erat, perbedaan agama tersebut dijadikan
menjadi keunikan dan keberagaman mereka. Kedekatan kekerabatan ini dapat dilihat dengan terlibatnya seluruh warga pada saat upacara adat nagodang sekalipun yang
mengadakan pernikahan adalah yang berbeda agama dengan agama mereka. Masyarakat Bunga Bondar mengatakan hal ini dengan istilah “mudar do na
mangkatai” artinya, mereka masih dalam satu garis keturunan dan tidak dapat membeda-bedakan hanya karena agama.
Berdasarkan komposisi agama, jumlah penduduk Bunga Bondar dapat dilihat melalui table berikut:
Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Agama Agama
Jumlah Penduduk
Islam 810 jiwa
Kristen Protestan 432 jiwa
Jumlah 1242 jiwa
Sumber: Kantor Kepala Lurah Bunga Bondar, 2010
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Desa
Masyarakat Bunga Bondar dominan bekerja sebagai petani dan pekerja kebun. Hampir 80 masyarakat Bunga Bondar memperoleh penghasilan berdasarkan hasil
panen padi yang sudah ditanam selama 6 bulan. Selain itu mereka juga bertanam coklat, menjual kayu bakar. Setiap hari mereka akan mempersiapkan diri terlebih
dahulu baik sarapan pagi, memberangkatkan anak-anak mereka ke sekolah dan mulai ke sawah sambil membawa bekal makan siang karena pada sore menjelang magrib
mereka berhenti bekerja. Dan pekerjaan itu mereka kerjakan setiap hari dan setelah mereka panen maka mereka dapat mengerjakan pekerjaan lain nisalnya mengadakan
horja atau pesta karena disaat itulah waktu yang paling tepat untuk mereka kerjakan.
Mata pencarian lain yang terdapat di desa ini adalah adanya orang yang berjualan kopi, sebagai guru, pegawai negeri, tukang kayu, tukang jahit, dan angkutan.
Jikalau diperhatikan, kehidupan masyarakat Bunga Bondar tidak terpengaruh dengan berkembangnya beberapa daerah dengan memasukkan kemajuan yang ada di perkotaan
seperti hal yang berhubungan dengan teknologi. Hal ini memang diterima oleh masyarakat Bunga Bondar namun mereka tidak begitu memusatkan perhatian pada
kehidupan yang modern. Hal ini dikarenakan mereka dapat hidup rukun satu dengan yang lain dalam satu kelurahan dan mereka lebih menekankan anak-anak mereka untuk
lebih mengutamakan kehidupan yang beragama dan beradat agar tidak terpengaruh kepada perkembangan dunia meskipun sesungguhnya mereka tetap memberikan
kepercayaan kepada anak-anak mereka untuk mengikuti perkembangan tersebut demi perkembangan pendidikan mereka.
Berikut akan dipaparkan tabel mata pencarian masyarakat Bunga Bondar dilihat dari faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan desa:
2.4.1 Penduduk Yang Bermata Pencarian Pertanian:
Tabel berikut akan memaparkan secara terperinci tentang penduduk yang bermata pencarian pertanian:
Tabel 4. Penduduk Yang Bermata Pencarian Pertanian: Jenis Mata Pencarian
Jumlah jiwa
Petani pemilik tanah 145 jiwa
Petani penggarap tanah 29 jiwa
Peternakan 3 jiwa
Jumlah 177 jiwa
Dengan melihat tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari 1.242 jiwa yang terdapat di desa Bunga Bondar terdapat 81, 9 jiwa penduduk yang bermata pencarian
sebagai petani. Namun jika diperhatikan berdasarkan tabel tidak semua memiliki lahan sendiri, masih ada yang mengusahakan dengan menggarap tanah. Sementara dilihat
dari usaha beternak, hanya sekitar 1,6 dan ini tidak mendominasi di desa Bunga Bondar.
2.4.2 Penduduk Yang Bermata Pencarian Perdagangan:
Tabel berikut akan memaparkan secara terperinci tentang penduduk yang bermata pencarian perdagangan:
Tabel 5. Penduduk Yang Bermata Pencarian Perdagangan: Jenis Mata Pencarian
Jumlah jiwa
Toko 2 jiwa
Warung kopi 7 jiwa
Jumlah 9 jiwa
Sumber: Kantor Kepala Lurah Bunga Bondar, 2010
Berdasarkan data yang tertera di atas terdapat 9 jiwa yang memiliki usaha berdagang dan jika dilihat dengan persentase, hanya sekitar 0,72 dari jumlah
keseluruhan penduduk Bunga Bondar. Kondisi jarak yang tidak begitu jauh dari kecamatan Sipirok dan memadainya angkutan kota mengakibatkan tidak banyak
penduduk Bunga Bondar yang menekuni usaha berdagang ini. Penulis mengamati bahwa penduduk Bunga Bondar sudah mempersiapkan
bahan pokok makanan seperti cabe, bawang dan bahan rempah-rempah yang akan
mereka pergunakan selama seminggu. Setiap seminggu sekali pada hari Selasa subuh diadakan pasar poken yang khusus menjual bahan-bahan pokok lauk pauk, sayur
mayor dan beberapa keperluan rumah tangga yang senantiasa dibutuhkan. Untuk beras mereka tidak lagi membelinya karena mereka sendiri adalah petani.
Penduduk Bunga Bondar juga memanfaatkan tanah yang ada disekitar rumah mereka dengan menanam bahan pokok makanan seperti cabe, daun bawang, sayur. Hal
inilah yang membuat mereka lebih sehat karena mengkonsumsi makanan hasil tanaman sendiri dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat kimia.
Apabila mereka kekurangan persediaan, mereka dapat berbelanja ke Sipirok dan hanya memakan waktu selama 30 menit dengan angkutan kota dan sekitar 15-20
menit dengan mengendarai sepeda motor.
2.4.3 Penduduk Yang Bermata Pencarian Industri kerajinan
Tabel berikut akan memaparkan secara terperinci tentang penduduk yang bermata pencarian dalam industri :
Tabel 6. Penduduk Yang Bermata Pencarian Industri kerajinan Jenis Mata Pencarian
Jumlah jiwa
Kerajinan tangan -
Industri kecil 1
Pandai besi -
Jumlah 1 Jiwa
Sumber: Kantor Kepala Lurah Bunga Bondar, 2010 Jikalau dilihat berdasarkan tabel di atas hanya 1 jiwa yang mempunyai usaha
dalam industri kecil. Kemungkinan hal ini dikarenakan kurangnya penyuluhan yang
datang ke desa ini untuk mengajarkan dan membantu masyarakat untuk membuka usaha baru. Dari data yang diperoleh oleh penulis, beberapa penyuluhan yang sering
dibuka di daerah ini adalah penyuluhan terhadap bercocok tanam dan pemberian pupuk. Namun pada tahun 2010, perencanaan yang mereka adakan adalah bagian
perhubungan dan gotong royong untuk prasarana produksi.
2.4.4 Penduduk Yang Bermata Pencarian Jasa
Dengan melihat tabel di bawah ini akan terlihat jelas persentase penduduk yang bermata pencarian dalam bidang jasa seperti pegawai swasta yang berjumlah sekitar
42, 6 dan guru dengan persentase 31, 2 dari jumlah keseluruhan penduduk yang bermata pencarian jasa. Namun dengan melihat keseluruhan jumlah penduduk Bunga
Bondar maka penduduk dalam bidang jasa hanya berjumlah 4, 9. Sebagai daerah kelurahan seharusnya terdapat dokter di desa ini. Namun hal ini
belum diperhatikan oleh kepala kelurahan karena penduduk yang juga tidak pernah mengeluh akan keberadaan dokter. Hal ini juga didukung dengan jarak Rumah Sakit
Katolik yang berada di desa Hasang yang berjarak sekitar 1 km dari Bunga Bondar dan ditempuh hanya sekitar 10-15 menit dengan kenderaan umum. Sementara di desa
Bunga Bondar sendiri hanya tersedia Puskesmas dan dilayani oleh bidan dan tidak setiap hari dapat melayani karena bidan yang melayani juga tidak semua berasal dari
Bunga Bondar tetapi datang dari daerah Sipirok yang memiliki jadwal ke desa ini. Namun hanya 3 orang bidan yang merupakan penduduk Bunga Bondar.
Berikut akan dipaparkan secara terperinci tentang penduduk yang bermata pencarian dalam jasa:
Tabel 7. Penduduk Yang Bermata Pencarian Jasa Jenis Mata Pencarian
Jumlah jiwa
Dokter - jiwa
Bidan 3 jiwa
Mantri - jiwa
Guru 19 jiwa
Pegawai Negeri 21 jiwa
Pegawai Swasta 26 jiwa
Dukun bayi 1 jiwa
Tukang cukur tukang pangkas 1 jiwa
Tukang jahit 1 jiwa
Tukang kayu 4 jiwa
Pensiunan 23 jiwa
Tukang batu 5 jiwa
Angkutan 7 jiwa
Jumlah 61 jiwa
Sumber: Kantor Kepala Lurah Bunga Bondar, 2010
2.5 Bahasa
Masyarakat Bunga Bondar umumnya mempergunakan bahasa Angkola- Sipirok. Bahasa ini tidak hanya digunakan oleh warga asli Bunga Bondar saja namun
juga sudah digunakan oleh warga pendatang. Bahasa Angkola-Sipirok memiliki sedikit perbedaan dengan bahasa Angkola
yang sering didengar di kota Padangsidempuan atau diseluruh wilayah Tapanuli Selatan. Selain dari bahasa, cara berbicara masyarakat Bunga Bondar juga berbeda.
Misalnya tante dalam bahasa Angkola di kota Padangsidempuan disebut etek. Namun jika di wilayah Bunga Bondar ini disebut dengan bujing .
Bahasa Angkola dituliskan dalam Surat Tulak-tulak yang dibaca dengan ejaan latin yaitu A, HA, MA, NA, RA, TA, BA, WA, SA, NYA, I, YA, JA, LA, PA, DA,
NGA, KA, GA, U, CA sebagai konsonan ina ni surat dan vokal E, I, U, O, dan U yang disebut juga sebagai Anak ni surat. Untuk menandakan bunyi vokal pada Surat Tulak-
tulak maka disisipkan simbol sebagai penanda bunyi vokal antara lain: 1.
Lingkaran kecil hauluan atau haluaan dengan simbol ○ dipakai untuk bunyi i, Contoh: mi =
α
○
2. Tanda lebih besar haboritan atau haboruan dengan simbol dipakai untuk
bunyi u, Contoh: mu =
α
3. Tanda silang hasialan atau sikora dengan simbol x dipakai untuk bunyi o, Contoh: mo =
α
x
4. Tanda penghubung sebelah kiri atas hatadingan atau hatalingan dengan simbol - dipakai untuk bunyi e,
Contoh: me = ‾
α
5. Tanda penghubung sebelah kanan atas hamisaran atau paninggil dengan simbol - dipakai untuk bunyi ng,
Contoh: mang =
α
‾ 6. Tanda garis miring ke kanan pangolat dengan simbol \ dipakai untuk
menghilangkan atau mamatikan bunyi a, Contoh: mam =
α\
Bahasa yang dipakai masyarakat Angkola-Sipirok pada kegiatan sehari-hari berbeda dengan bahasa yang dipakai dalam upacara-upacara adat dikarenakan dalam
upacara- upacara banyak hal yang diumpamakan dan merupakan perlambangan yang memiliki arti tersendiri. Demikian juga hal ini dikemukakan oleh Matondang
11
1. Bahasa sehari-hari
, mengatakan bahwa ada empat ragam bahasa etnik Angkola yakni :
2. Bahasa pantun
3. Bahasa ratapan andung
4. Bahasa adat
2.6 Transportasi