Panaek Gondang Manyingko-nyingkoi Patuaekkon Tu Tapian Raya Bangunan

Dalam pembicaraan ini mereka akan saling bertukar pendapat terhadap pelaksanaan adat yang akan dikerjakan. Dan setelah pelaksanaan adat disetujui oleh semua raja-raja sidang adat, maka selanjutnya ditentukan pekerjaan yang akan dilakukan di Mata Ni Harejo itu. Dalam alok-alok ini setiap bagian yang akan bekerja telah mengetahui bagian masing-masing sehingga diharapkan tidak ada yang tertinggal dan kurang pada saat mata ni harejo sampai ke parujung ni harejo akhir adat.

3.4 Mata Ni Harejo

3.4.1 Panaek Gondang

Panaek gondang dimainkan pada pagi hari untuk membuka mata ni harejo. Panaek gondang ini dimainkan untuk membuka galanggang panortoran. Yang membuka galanggang panortoran adalah; - Hasuhutan bagian ama - Anakboru - Pisangraut - Hatobangan-Harajaon Bonabulu - Hasuhutan bagian ina - Ina ni hahutaon

3.4.2 Manyingko-nyingkoi

Acara manyingko-nyingkoi adalah acara untuk memberi gelar kepada kahanggi, anak boru yang belum mendapat gelar. Pangoli akan mendapatkan gelar yang diberikan oleh tokoh adat. Gelar ini akan menjadi panggilan penting bagi bayo pangoli dan boru na nioli karena gelar inilah yang akan menjadikan mereka menjadi bagian dari keturunan raja. Nama-nama gelar biasanya disebut dengan Baginda…., Mangaraja…, Raja…, Sultan… Nama gelar ini akan diberikan sebagai tanda kebesaran seorang raja. Setelah acara manyingko-nyingko i selesai maka dilanjukan dengan acara manortor yang disebut dengan tortor mangido telapak tangan menghadap ke atas. Gbr6. Manyingko-nyingkoi

3.4.3 Patuaekkon Tu Tapian Raya Bangunan

Pada upacara Patuaekkon diikuti oleh beberapa pihak dan menyusun barisan menuju tempat yang dituju. Barisan tersebut adalah; pada bagian depan membawa tombak dan pedang, sitondi maguluhon dan ina na matobang, suhut ina na marompa, anakboru ina na marompa dan pisangraut ina na marompa. Dikatakan patuaekkon adalah untuk membasuh mereka dan membersihkan diri. Dahulu upacara patuaekkon dilaksanakan di sungai, namun karena sungai cukup jauh dan tidak semua tempat terdapat sungai maka mereka hanya dibasuh dengan air meskipun tidak di sungai. Upacara ini diadakan bermaksud untuk melepaskan mereka dari masa lajang naposo bulung menjadi matua bulung berumah tangga. Mereka diingatkan untuk tidak lagi bersikap sama ketika mereka masih naposo bulung. Mereka harus meninggalkan sikap dan perilaku yang buruk dan harus menerima kekurangan maupun kelebihan dari pasangan mereka. Nasehat- nasehat yang telah disampaikan oleh tokoh adat tersebut diharapkan dapat diingat dan diterapkan dalam kehidupan berumah tangga. . Gbr7. Patuaekkon

3.4.4 Mangupa