Perkawinan Marlojong Jenis Perkawianan Adat Angkola Sipirok

2. Dipabuat 3. Marhabuatan Untuk mengikuti undang-undang perkawinan seperti di Negara Indonesia, maka sahnya pernikahan seseorang adalah dengan mengikuti ajaran agama yang dianut oleh mereka. Namun pernikahan ini tidak terasa sempurna bagi kedua belah pihak karena tidak disertai oleh adat, karena adat merupakan salah satu jati diri orang Batak terutama masyarakat Angkola-Sipirok. Seperti terdapat istilah bagi masyarakat Angkola-Sipirok “Hombar do adat i dohot ugamo.”

3.1.1 Perkawinan Marlojong

Secara etimologi, kata lojong berarti “lari” dan mar berarti “ber”. Jadi kata marlojong berarti berlari dan jika diartikan perkawinan marlojong adalah “kawin lari. Perkawinan marlojong ini dilakukan oleh laki-laki dn perempuan karena tidak mendapat persetujuan dari kedua orang tua oleh kedua belah pihak atau orangtua dari salah satu pihak. Ahmad Samin Siregar dalam tulisannya pada Waspada Online tanggal 8 Agustus 2007 mengatakan secara umum terjadinya perkawinan marlojong disebabkan karena status sosial dan juga karena melangkahi kakak yang belum kawin dan tidak sesuai dengan adat istiadat. Ahmad Samin Siregar juga mengatakan bahwa jikalau seorang anak gadis marlojong dengan seorang pemuda hal itu disebabkan karena keadaan terpaksa. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang anak gadis ketika mereka hendak melakukan perkawinan marlojong atau kawin lari yaitu: 1. Meninggalkan abit partading kain pertinggal 2. Si anak gadis harus menuliskan surat kepada orangtuanya yang berisikan bahwa dia benar akan menikah dengan pemuda yang dipilihnya dan menyebutkan nama pemuda tersebut. 3. Meninggalkan tanda pandok-dok atau pemberitahuan. Tanda ini berupa surat, kain sarung dan uang. Semua tanda ini dimasukkan dalam satu tempat dan ditinggalkan di dalam kamar si anak gadis. Perkawinan Dipabuaton Secara etimologi dipabuaton berarti “diambil” atau “dibawa”. Jadi, perkawinan dipabuaton adalah perkawinan yang dilakukan dengan persetujuan keluarga. Laki-laki dan perempuan yang saling menyukai berencana untuk menikah dan menyampaikannya kepada kedua orangtua mereka. Dengan mendapatkan persetujuan dari orangtua maka mereka merencanakan akan menikah dengan mengadakan adat yang sederhana. Pada hari yang telah ditentukan, pihak laki-laki akan datang menjemput perempuan dan pihak perempuan telah menunggu kedatangan pihak laki-laki. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk melamar dan juga untuk mengadakan rencana perkawinan. Pada perkawinan ini ditentukan upacara perkawinan adat pakupangi potong kambing. Pelaksanaan adat dipabuat dilaksanakan di rumah pihak perempuan.

3.1.3 Perkawinan Marhabuatan