Pembahasan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Laundry

Standar operasional prosedur saat penghitungan dan pemisahan alat pelindung diri yang harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut, masker, sarung tangan, sepatu didapatkan pekerja laundry rata-rata yang sedang bertugas di bagian penghitungan tidak menggunakan secara lengkap alat pelindung dirinya. Pekerja tidak menggunakan tutup kepala dikarenakan ketidaknyamanan saat menggunakannya dan tetap merasa aman tidak akan terjadi apa-apa. Bahaya yang timbul apabila tidak menggunakan penutup kepala apabila menyerap sisa cairan ke dalam kulit maka dimungkinkan akan terpapar bahaya potensial biologi. Lalu apabila rambut rontok ataupun saat makan menunduk jatuh bakteri ke makanan akan masuk kedalam mulut. Standar operasional prosedur saat pencucian alat pelindung diri yang harus digunakan terdiri dari masker, barakscort, sarung tangan didapatkan pekerja laundry yang sedang bertugas pencucian tidak lengkap dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur. Pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan alasannya menggunakan dikarenakan setelah meninggalkan untuk mesin bekerja pekerja pindah kearea lain sehingga lupa untuk menggunakan masker dan sarung tangan. Bahaya apabila tidak menggunakan sarung tangan akan terpapar bahaya kimia dari detergen yang digunakan. Standar operasional prosedur saat pengeringan, plat press, roll press, pelipatan alat pelindung diri yang harus digunakan terdiri dari topi penutup rambut, masker, barakscort, sarung tangan, sepatu. Pekerja pengeringan, plat press, roll press, pelipatan rata-rata pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan dengan alasan tidak nyaman. . Dari hasil wawancara merasa justru menyulitkan saat bekerja. Bahaya apabila tidak menggunakan masker akan mudah masuknya debu yang dapat membuat bersin serta batuk. Bahaya apabila tidak menggunakan sarung tangan apabila terkena alat dari platpress ataupun rollpress maka akan terjadi luka bakar. Jadi pekerja laundry yang sedang bertugas didapatkan sebagian besar menggunakan alat pelindung diri dengan tidak patuh serta tidak lengkap dengan standar operasional prosedur. Penelitian Sugianti 2005 yang berjudul study pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purbalingga dihasilkan angka kuman pada linen diperoleh angka kuman tertinggi 5,7 x 10 10 . Sedangkan terendah 1,6 x 10 10 rerata angka kuman tertinggi 2,7 x 10 10 . Berdasarkan dirjen PPM dan PLP tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesian bahwa linen bersih setelah keluar dari semua proses pengelolaan linen tidak mengandung 6 x 10 bakteri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya menggunakan alat pelindung diri pada bagian laundry. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432MENKESSKIV2007 tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bagian III Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit sub bagian “B”, bagian laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai bahaya potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial pada pekerjanya. Hal ini menguatkan bahwa pentingnya menggunakan alat pelindung diri pada bagian laundry. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Safety News Alert terhadap 290 orang pekerja Safety Officer di Amerika mengenai berbagai alasan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja didapatkan hasil sebagai berikut: karena alat pelindung diri tidak nyaman 30, karyawan tidak tahu bahwa harus menggunakan alat pelindung diri 10, karyawan merasa menggunakan alat pelindung diri hanya menghabiskan waktu 18, karyawan merasa tidak akan celaka 8, dan karyawan lupa untuk menggunakan alat pelindung diri 34 Himawari,2011. Karyawan tidak akan merasa celaka maka tidak menggunakan alat pelindung diri. Berdasarkan penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2007, mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : 6.5.1. Awareness kesadaran yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui objek terlebih dahulu. 6.5.2. Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus. 6.5.3. Evaluation yaitu orang mulai menimbang-nimbang yang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bearti sikap responden sudah lebih baik lagi. 6.5.4. Trial yaitu telah mencoba perilaku yang baru. 6.5.5. Adoption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus. Dari teori ini jelas bahwa perilaku pekerja laundry yang akan menggunakan alat pelindung diri apabila kesadaran, ketertarikan dalam menggunakan alat pelindung diri, evaluasi untuk memulai akan menggunakan alat pelindung diri mereka bahwa pengambilan linen kotor, penimbanganpenghitungan, pencucian, pengeringan, pelipatan, roll press, plat press masih terdapat banyak risiko. Setelah di trial ternyata sudah tidak lagi adanya diagnosa penyakit menular sehingga di adoption. Sehingga akan menetapkan nilai – nilai, keyakinankepercayaan bahwa masih terdapat banyak risiko yang mengharuskan menggunakan alat pelindung diri. Tidak hanya itu tetapi kenyamanan yang dirasakan pekerja bagian pelipatan, roll press, plat press saat menggunakan alat pelindung diri juga mempengaruhi seseorang berperilaku hal ini berdasarkan teori Green dalam Notoatmodjo 2007. Tidak nyaman dikarenakan susahnya bernafas apabila menggunakan masker, setelah ditelaah susahnya bernafas diakibatkan banyaknya debu-debu kapas yang banyak berterbangan. Menurut Mcsween 2013 perilaku safety dapat terbentuk berawal dari visi misi yang memang harus dikomit sejak awal, untuk itu perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laundry tergantung dari visi misi sejak awal untuk semua pekerja agar menggunakan alat pelindung diri saat berada diarea kerja.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Langkah-langkah pekerjaan laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta pertama dengan petugas ruangan memasukan linen kotor ke gentong yang telah disediakan dan mencatat jumlah dan jenis linen. Lalu membawa linen kotor dari bangsal ke sarana sandang, selanjutnya melakukan penimbangan, pemisahan dan penghitungan. Kemudian melakukan pencucian tahap satu dan pembilasan. Mengeluarkan linen bersih dari dalam mesin apabila sudah bersih lanjut untuk memasukkan ke mesin pengering setelah selesai proses pencucian lalu lanjut untuk mengerol, mengepres dan melipat, lalu disusun pada rak yang tersedia. 7.1.2. Hasil identifikasi didapatkan potensi bahaya yang terdapat di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berupa bahaya fisik, biologi, kimia dan ergonomi. Bahaya potensial fisik berasal dari debu dari serat kain. Bahaya potensial biologi berasal dari linen kotor yang telah digunakan oleh pasien. Bahaya potensial kimia berasal dari detergen dan bahan-bahan kimia alkali untuk mencuci. Bahaya potensial ergonomi berasal dari beban angkat. 7.1.3. Hasil wawancara dan observasi ketersediaan akan alat pelindung diri di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta disimpulkan mudah didapatkan. 7.1.4. Pekerja laundry yang sedang bertugas didapatkan sebagian besar menggunakan alat pelindung diri dengan tidak patuh serta tidak lengkap dengan standar operasional prosedur. Pekerja pengambilan linen kotor tidak menggunakan sarung tangan dan penggunaan masker. Pekerja penimbangan, pemisahan dan penghitungan pekerja tidak menggunakan tutup kepala. Pekerja pencucian tidak menggunakan masker dan sarung tangan. Pekerja pengeringan, plat press, roll press, pelipatan rata-rata pekerja tidak menggunakan masker dan sarung tangan. 7.2. Saran 7.2.1. Saran Untuk Pekerja Laundry 7.2.1.1. Diharapkan untuk pekerja patuh menggunakan secara benar dan lengkap alat pelindung diri sesuai dengan standar operasional prosedur di laundry Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. 7.2.1.2. Diharapkan untuk pekerja memeliharamenyimpan alat pelindung diri agar lebih bertahan lama sehingga dapat menghemat anggaran pengeluaran untuk membeli alat pelindung diri.