STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
VI- 6
6.3 UPAYA PENANGGULANGAN
Untuk meningkatkan pengamanan terhadap satw a-satw a yang dilindungi, pihak Polhut BKSDA bekerja sama dengan Dinas Kehutanan kabupatenkota meningkatkan patroli.
Peningkatan patroli dilakukan untuk mengantisipasi maraknya penyelundupan dan perburuan satw a langka. Terkait maraknya penyelundupan satw a dengan
menggunakan bus AKAP, BKSDA Provinsi Lampung melakukan pendekatan dan himbauan kepada para pimpinan PO bus AKA P agar melengkapi surat angkut dari
BKSDA setempat dan surat keterangan kesehatan dari kantor karantina hew an. Selain itu, identitas pengirim dan alamat tujuan harus dicantumkan dengan jelas.
Untuk mengurangi kepunahan satw a liar dari perburuan yang banyak dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kaw asan TNBBS, Tim Sosialisasi Undang-undang
UU tentang Kehutanan Kabupaten Tanggamus secara intensif melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat. Tim ini menyampaikan sejumlah materi UU
tentang Kehutanan, seperti UU No. 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Alam Hayati dan Ekositemnya, UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Peraturan Pemer intah PP
No. 45 tentang Fungsi Hutan, PP No. 7 Tahun 1999, serta sejumlah peraturan perundang-undangan lainnya. Selain penyampaian beragam aturan tentang
kehutanan, juga disosialisasikan fungsi TNBBS. Seperti, pentingnya menjaga TNBBS agar tetap lestari karena TNBBS sangat besar peranannya dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat akan air karena di kaw asan ini terdapat sekitar 181 aliran sungai.
Beranjak dari berbagai pendekatan tim secara persuasif, timbul kesadaran masyarakat yang memiliki senjata api senpi rakitan untuk diserahkan kepada para kepala pekon
mereka masing masing. Selama ini senpi-senpi itu diduga kerap digunakan untuk berburu satw a liar di kaw asan hutan TNBBS.
Pada tanggal 28 Juni 2007 Tim Sosialisasi Undang-undang UU tentang Kehutanan mener ima penyerahan 45 pucuk
senjata api senpi rakitan jenis locok dari para kepala pekon di Kecamatan Pematangsaw a. Penyerahan senpi rakitan ini berlangsung di halaman kantor Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan TNBBS, Kotaagung, Tanggamus. Puluhan senpi yang diserahkan kepada tim sosialisasi itu berasal dar i masyarakat yang sebelumnya telah
diberi penyuluhan dan sosialisasi UU tentang Kehutanan. Tim sosialisasi di antaranya terdiri dari unsur Polhut TNBBS, kejaksaan, pengadilan, TNI, Polri, pemerintah
kecamatan, pemer intahan pekon, dan masyarakat.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI LAMPUNG 2007
VII- 1
BAB VII. PESISIR DAN LAUT
7.1 HABITAT UTAMA
Garis pantai Lampung sangat panjang, lebih kurang 1.105 km dan beragam yang menampilkan lebih dari 15 jenis habitat yang berbeda, termasuk lingkungan yang
dibuat manusia, seperti tambak udang dan perkotaan. Pantai Barat hampir seluruhnya didominasi oleh pantai berpasir, hutan pantai tipe barringtonia, dengan sisipan tanaman
perkebunan rakyat, dan dataran rendah yang berhutan meranti Dipterocarpaceae sebagai kelanjutan dari Taman Nasional Bukit Barisan. Pantai berpasir, pantai berbatu,
dan hutan pantai mempunyai susunan tumbuhan yang didominasi oleh formasi Barringtonia, seperti ketapang Terminalia catappa , waru laut Hibiscus tiliaceus,
nyamplung Calophyllum inophyllum, cemara Casuarina equisetifolia, dan rasau putih Pandanus tectorius . Penebangan pohon, pembakaran hutan, dan pembukaan lahan
secara regular yang terjadi di masa lampau, mengakibatkan terjadinya dominasi lokal oleh pandanus sepanjang Pantai Barat atau casuarina sepanjang pantai Taman
Nasional Way Kambas. Pantai sekitar teluk Teluk Lampung dan Teluk Semangka pada dasarnya mempunyai
tipe yang sama, namun mengalami degradasi dan kohesi lebih besar lagi karena dampak urbanisasi. Kawasan yang semula merupakan hutan mangrove telah berubah
menjadi tambak udang, terutama pada beberapa teluk dan muara sungai. Yang sangat jelas terlihat di Pantai Timur adalah daerah tambak udang yang luas dan sedikit sisa
hutan mangrove. Terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut dapat dijumpai di sepanjang daratan
sempit sekitar pulau-pulau di bagian selatan dan barat. Sebagian habitat ini tumbuh dengan baik di Teluk Lampung dan di Pantai Barat. Hutan rawa di Pantai Timur sudah
banyak dikeringkan, dikonversi menjadi sawah dan tambak, dan pohonnya ditebangi sehingga fungsi rawanya telah berubah. Hutan rawa air tawar merupakan lingkungan
yang khas di Pantai Timur, namun tinggal sedikit dan dalam kondisi kritis. Sisa paya- paya, rumput, dan gelagah Saccarum spontanium yang masih ada di sepanjang Way
Mesuji, Way Tulang Bawang, dan Way Seputih merupakan kolam raksasa pengendali banjir.