STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 11
Perambahan semakin meluas karena di sekitar pesisir sepanjang 270 kilometer itu terdapat 175 desa. Sekitar 95 desa di antaranya tergolong desa tertinggal.
Masyarakat yang hidp di sekitar industri tambak udang besar tetap miskin karena tidak banyak dilibatkan. Akibatnya, kemiskinan menjadi faktor utama rusaknya hutan bakau.
2.1.2 Upaya Penanggulangan
Dalam rangka penanggulangan kerusakaan pantai timur Lampung beberapa upaya dan program kegiatan telah dilakukan, baik yang bersifat lokal maupun nasional. Upaya-
upaya ini dilakukan oleh berbagai pihak, seperti pemerintah provinsikabupaten, PT DCD dan PT CPB, masyarakat setempat, LSM, Perguruan Tingi, dan lain-lain.
Pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan Provinsi Lampung bekerjasama dengan LPM Univesitas Lampung pada tahun 2006 telah menyusun dokumen Masterplan
Rehabilitasi Hutan Mangrove Pesisir Timur Lampung. Dalam masterplan tersebut dipaparkan beberapa permasalahan, baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan lain-lain,
yang dihadapi dalam rangka merehabilitasi pesisir timur Lampung. Perbaikan ekosistem mangrove tidak hanya mencakup kegiatan merehabilitasi lahan-lahan yang
kritis saja, tetapi permasalahan lebih kompleks karena menyangkut faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam masterplan tersebut dijelaskan langkah-langkah rencana
aksi action plan, antara lain: a Penataan Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung, yang meliputi kegiatan:
• Konsultasi Publik tentang Tata Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung • Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Pesisir Timur Lampung
• Penyusunan Peraturan Daerah tentang Tata Ruang Wilayah Pesisir Timur
Lampung b Rehabilitasi Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat, yang mencakup kegiatan:
• Pengukuran dan Penetapan Kaw asan Jalur Hijau Green Belt Hutan Mangrove
• Penetapan dan Redesign Tambak-tambak Masyarakat Berbasis Konservasi • Rehabilitasi Hutan Mangrove pada Kaw asan Green Belt
• Pengaw asan dan Pemeliharaan Kaw asan Green Belt Hutan Mangrove
c Memasukkan topik ekosistem hutan mangrove sebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikan formal dan non formal.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 12
d Pembangunan dan pengembangan mangrove center e Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru regional
f Penyusunan payung hukum berbasis masyarakat untuk pengelolaan ekosistem hutan mangrove
g Pembentukan, penguatan, dan pemberdayaan kelembagaan pengelolaan ekosistem hutan mangrove.
Pada tahun 2006 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung bekerjasama dengan Universitas Lampung melakukan kajian dan demonstrasi plot tentang tambak
udang ramah lingkungan dengan model w anamina silvofisheries di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, yang
bertujuan untuk mengaplikasikan konsep budidaya perikanan sistem w anamina silvofishery di
kaw asan mangrove dalam bentuk demonstrasi pond dempond, yang mana hasilnya diupayakan dapat diterapkan kepada masyarakat. Apabila tambak udang model
w anamina ini dapat diterapkan, maka kegiatan rehabilitasi mangrove dapat berjalan seiring dengan perubahan pola budidaya yang ramah lingkungan. Kegiatan ini juga
disertai dengan penyuluhan dan pelatihan tentang pentingnya peranan ekosistem mangrove di w ilayah pesisir serta aplikasi tambak w anamina sebagai salah satu cara
budidaya ikanudang di lahan mangrove tanpa merusak ekosistem tersebut.
Gam bar 2.8 Penyadaran Masyarakat akan Pentingnya Peranan Mangrove Melalui Penyuluhan dan Dem onstrasi Pond Tam bak Wanam ina
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 13
Pada Oktober 2007 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung melaksanakan kegiatan rehabilitasi mangrove di Desa Pematang Pasir, Kecamatan Ketapang,
Lampung Selatan seluas 10 ha, yaitu sepanjang 1.000 m dengan ketebalan mangrove sekitar 100 m. Kegiatan ini dilakukan alam rangka upaya mitigasi bencana di w ilayah
pesisir yang melibatkan masyarakat setempat. Jenis mangrove yang ditanam adalah Rhizopora mucronata Gambar 2.9.
Gam bar 2.9 Penanam an Mangrove di Desa Pem atang Pasir Oktober 2007
Langkah konkrit yang ditempuh oleh pemerintah daerah dalam upaya memperbaiki kaw asan pesisir timur Lampung antara lain seperti yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. Pemkab Lampung Timur telah mengeluarkan Perda No.3 tahun 2002 yang mengatur hutan bakau di pesisir pantai setidaknya harus
memiliki ketebalan 100 meter dari garis pantai pasang tertinggi. Upaya ini ditempuh untuk memberi payung hukum pengelolaan dan perlindungan kaw asan mangrove yang
akan dilakukan di w ilayah pesisir Kabupaten Lampung Timur. Setidaknya dengan
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 14
adanya perda ini maka Pemda Kabupaten Lampung Timur memiliki kekuatan hukum untuk mencegah perusakan kaw asan mangrove lebih lanjut.
Melalui kegiatan rehabilitasi lahan pemerintah Kabupaten Lampung Timur telah melakukan penanaman mangrove di sekitar pantai timur. Pada tahun 2005 program
rehabilitasi hutan mangrove dilakukan pada areal seluas 53 hektare di Labuhanmaringgai. Selanjutnya pada tahun 2006, rehabilitasi dilakukan pada areal
seluas 150 hektare, masing-masing 75 hektare di Pasirsakti dan Labuhanmaringgai. Tahun 2007 program lanjutan direncanakan akan dilaksanakan di dua kecamatan
tersebut Pasirsakti dan Labuhanmaringgai dengan areal seluas 200 hektare. Selain kegiatan rehabilitasi lahan, penegakan hukum juga dilakukan oleh Pemkab
Lampung Timur terhadap masyarakat yang merambah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Disbunhut Lampung Timur bersama aparat kepolisian setempat akan
menutup ratusan hektare tambak liar di kaw asan pantai timur Kuala Penet, Margasari, Labuhanmaringgai dan Pasir Sakti. Pasalnya, ratusan hektare tambak itu berada di
kaw asan Register 15 Muara Sekampung. Berdasar Surat Keputusan SK Menteri Kehutanan Nomor 256Kpts-2II2000 tanggal 23 Agustus 2000 tentang Kehutanan,
kaw asan pantai timur Lampung Timur masuk kaw asan Register 15 Muara Sekampung Penutupan itu merupakan kelanjutan dari operasi pengamanan hutan Register 15
Muara Sekampung yang merupakan perairan pantai timur. Operasi pengamanan yang dilakukan selain melibatkan jajaran Disbunhut juga melibatkan sejumlah anggota Sat
Intelkam dan Satreskrim Kepolisian Resor Polres Lampung Timur. Sasaran utama operasi itu adalah pengamanan Register 15 Muara Sekampung yang merupakan
kaw asan pesisir pantai timur Lampung Timur sepanjang 30 kilometer yang memanjang dari Kuala Penet Margasari Labuhanmaringgai hingga Pasir Sakti saat ini sangat
memprihatinkan. Pada jalur itu, sedikitnya 500 hektare hutan bakau mangrove telah dikonversi w arga menjadi areal tambak.
Lembaga Sw adaya Masyarakat di Lampung juga turut berperan dalam mengkampanyekan urgensi kerusakan lahan mangrove dalam rangka menggugah
kesadaran semua pihak akan pentingnya habitat mangrove di pesisir timur Lampung. WALHI Lampung menginisiasi kegiatan tanam bakau di Dusun Bunut Selatan, Desa
Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, di sela-sela agenda South – North Consultation, 4 September 2007. Dalam kegiatan tanam bakau ini, WALHI Lampung
mengikutsertakan seluruh peserta South – North Consultation yang berasal dari
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 15
berbagai negara, seperti Indonesia, Bangladesh, India, Malaysia, Sw edia, Venezuela, Honduras, Spanyol, Senegal, Nigeria, Thailand, Srilanka, dan Afrika Selatan.
Pihak sw asta, dalam hal ini PT CPB dan PT DCD, juga berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga kaw asan green belt terkait dengan isu lingkungan eco labelling dalam
pemasaran ekspor udang produksi kedua perusahaan tersebut. Melalui program community development, PT DCD dan PT CPB telah berupaya untuk merehabilitasi
lahan green belt dengan cara memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitarnya dengan membentuk kelompok pengelola mangrove. Kelompok pengelola mangrove ini
mengelola pembibitan dan penanaman mangrove yang ditanam di areal green belt.
Gam bar 2.10 Program Konservasi Mangrove MCP PT CPB Tahun 2006
Melihat betapa penting dan bermanfaatnya penanaman mangrove bagi industri budidaya udang, manajemen PT CPB Bahar i berkomitmen untuk selalu melestarikan
mangrove yang diw ujudkan dengan adanya program konservasi mangrove atau mangrove conservation program MCP. Program ini merupakan program rehabilitasi
mangrove yang habis dirambah pada 1999-2000. Sebelumnya, yakni pada kurun w aktu 1995-1998, PT CPB telah melakukan rehabilitasi penghijauan mangrove di
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 16
pesisir timur Lampung dengan luas area mencapai 2.819 ha, sepanjang 50 km dengan ketebalan 500-1.500 meter. Program konservasi mangrove MCP ini telah dimulai
sejak tahun 2004. Hingga 2006 telah dilakukan penanaman kembali sebanyak 140.000 bibit bakau, dan jumlah tersebut akan terus bertambah. Bibit bakau disemai di bedeng
persemaian yang berada di dalam kaw asan pond site PT CPB, sehingga setiap saat dapat dipantau pertumbuhannya.
Bakau yang ditanam oleh PT CPB adalah Rhizopora apiculata yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain bibitnya mudah disemaikan, mudah tumbuh pada substrat
berlumpur dan memiliki daya ikat sedimen yang tinggi sehingga mampu mencegah terjadinya abrasi lahan. Prioritas utama penghijauan kembali tanaman bakau adalah di
bantaran kanal utama pengeluaran air main outlet dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan mangrove tersebut karena limbah budidaya udang mengandung bahan
organik yang tinggi sehingga dapat menjadi nutrisi bagi mangrove. Tujuan lainnya adalah meminimalisir pencemaran limbah budidaya di ekosistem pesisir sehingga
suplai air laut untuk keperluan budidaya udang juga terjamin kualitasnya. Kegiatan MCP merupakan suatu bentuk pelaksanaan program pengembangan
komunitas sekitar perusahaan atau community development program CDP. Perusahaan menyediakan lahan untuk dijadikan bedeng persemaian tanaman
mangrove dan pengelolaannya dilakukan oleh w arga masyarakat Dusun Sungai Burung. Demikian pula dengan proses penanaman bibit yang telah siap tanam, juga
dilakukan bersama-sama, yakni antara pihak perusahaan dan masyarakat lokal. Sebagai imbal balik, perusahaan menyediakan sejumlah dana untuk menghargai jer ih
payah masyarakat lokal sekaligus membantu menyediakan saranafasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat, seperti gedung sekolah, balai pengobatan serta pelayanan
kesehatan bagi w arga.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAE RAH PROVINSI LAMP UNG 2007
II- 17
2.2 PENCEMARAN PERAIRAN DAN KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG