Tidak peduli bagaimanapun terdidiknya perempuan kelas menengah tapi mereka tidak ada peluang di dalam masyarakat untuk menggunakan pendidikan
mereka dalam berbagai cara yang efektif. Seperti halnya, Gin yang hidup di zaman Meiji yakni zaman dimana perempuan susah untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih tinggi. Hal tersebut karena ada paham dalam masyarakat yakni paham yang menganggap bahwa wanita harus tinggal di rumah dan tugas wanita yaitu urusan
rumah tangga dan merawat anak dan suami. Sehingga Gin harus berjuang untuk bisa kuliah dan menjadi dokter wanita pertama.
2.3 Biografi Jun’ichi Watanabe
Jun’ichi Watanabe dilahirkan di Hokkaido, Jepang, pada tahu 1933. Dia mulai tertarik menulis saat menempuh sekolah menengah. Ketika menjadi
mahasiswa kedokteran di Universitas Sapporo, dia bereksperimen dengan tulis menulis dan mulai mempublikasikan tulisannya di sejumlah majalah sastra.
Setelah lulus sebagai dokter, dia membuka praktik sebagai ahli bedah ortopedi, tapi kemudian dia mengundurkan diri dan hijrah ke Tokyo untuk
menekuni dunia kepenulisan. Sejal tahun 1969, dia merintis karir sebagai penulis seutuhnya
Sejumlah karyanya berupa novel biografis dan terkadang berlatar dunia kedokteran. Selain Hanauzumi yang sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa
termasuk Indonesia yang judulnya menjadi Ginko, novelnya yang populer adalah Shitsuraken A Lost Paradise yang menjadi buku laris di Jepangdan berbagai
negara di Asia. Dia telah menulis lebih dari 50 novel dan banyak diantaranya yang telah difilmkan.
Universitas Sumatera Utara
Dia juga meraih sejumlah penghargaan dalam bidang sastra dan kepenulisan, antara lain hadiah Naoki 1970 untuk novel Hikari to kage dan hadiah
Eiji Yoshikawa tahun 1979 untuk novel Toki rakujitsu.
2.4 Pengertian Gender
2.4.1 Konsep Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan
dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Perbedaan ini sangat penting, karena selama ini sering kali mencampur adukan
ciri-ciri manusia yang bersifat kodrat dan bukan kodrat gender. Kata gender sering diartikan sebagai kelompok laki-laki, perempuan, atau
perbedaan jenis kelamin Sugiarti, 2008: 4. Untuk memahami kata gender, harus dibedakan dengan kata seks atau jenis kelamin. Secara sruktur biologis atau jenis
kelamin, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki alat dan fungsi biologis yang melekat serta tidak dapat dipertukarkan.
Laki-laki tidak dapat menstruasi, tidak dapat hamil, karena tidak memiliki organ peranakan. Sedangkan perempuan tidak bersuara berat, tidak bekumis, karena
keduanya memiliki hormon yang berbeda. Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
melekat pada jenis kelamin tertentu, 2008: 4. Seks berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi
organisme yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga
lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan Sugiarti, 2008: 5.
Konsep gender menurut Sugihastuti tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Fakih, yakni konsep gender adalah suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, 2004: 8. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang
dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain.
Dengan demikian gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dilekatkan masyarakat dalm suatu
kultur. Namun berhubung kultur dalam masyarakat mengalami perubahan dan perkembangan, maka sifat-sifat yang dilekatkan oleh masyarakat juga mengalami
perubahan dan perkembangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel : Perbedaan Gender dan Seks No Karakteristik
Seks Gender
1 Sumber Pembeda
Tuhan Manusia masyarakat
2 Visi, Misi
Kesetaraan Kebiasaan
3 Unsur Pembeda
Biologis alat reproduksi Kebudayaan tingkah
laku 4
Sifat Kodrat, tertentu, tidak
dapat dipertukarkan. Harkat, martabat dapat
dipertukarkan. 5 Dampak
Terciptanya nilai-nilai
kesempurnaan, kedamaian yang menguntungkan
kedua belah pihak. Terciptanya norma
ketentuan tentang pantas tidak pantas dan sering
merugikan salah satu pihak.
6 Keberlakuan
Sepanjang masa, dimana saja, tidak mengenal
perbedaan kelas. Dapat berubah, musiman
dan berbeda antar kelas.
Selain yang dicantumkan diatas, perbedan gender dan jenis kelamin juga dapat dilihat sebagai berikut: kemampuan wanita untuk melahirkan anak dan
menyusui, dan kemampuan pria unuk menghasilkan sperma, merupakan ciri-ciri biologis wanita dan pria yang dicakup oleh konsep jenis kelamin. Sebaliknya,
perbedaan-perbedaan yang lazim berlaku dalam banyak masyarakat di muka bumi ini, seperti pria bekerja di luar rumah dan wanita menjaga rumah, pria encari
Universitas Sumatera Utara
nafkah dan wanita mengurus anak, merupakan perbedaan-perbedaan yang diciptakan oleh kebudayaan, sehingga hal-hal ini dapat berubah mengikuti
perubahan perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat yang bersangkutan. Sebagai suatu konsep teoritis, ada dua aspek konsep gender yang perlu
diperhatikan. Pertama, gender merupakan konsep relasional. Seperti dikatakan oleh Melani Budianta 1998: 6, gender sebagai suatu konsep relasional artinya
gagasan tentang pria tidak bisa dipisahkan dari gagasan tentang wanita.pendekatan yang berwawasan gender akhirnya mengoreksi kecenderungan sementara kaum
feminis yag memfokuskan perhtian pada masalah wanita saja. Kedua, seperti dikatakan oleh Tamanoi 1990: 17, gender sebagai konsep
relasional mencakup hubungan antara pria dan wanita dalam setiap lapisan maupun kelompok masyarakat. Maksudnya, hubungan antara pria dan wanita bisa
saja berbeda pada lapisan masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
2.4.2 Ideologi Gender
Ideologi merupakan suatu sistem keyakinan yang digunakan orang untuk menerangkan, menjelaskan, dan membenarkan tingkah lakunya serta menafsirkan
dan menilai tingkah laku orang lain. Ideologi gender merupakan seperangkat keyakinan yang mengatur partisipasi orang-orang dalam orde gender Sugihastuti
dan Hadi, 2007: 49. Orde gender merupakan sistem alokasi yang didasarkan pada ketentuan jenis kelamin mengenai hak dan kewajiban, kebebasan dan larangan,
batasan dan kemungkinan, serta kekuatan dan subordinasi. Dengan ideologi gender pula orang-orang menjelaskan dan membenarkan apa yang mereka lakukan.
Universitas Sumatera Utara
Ideologi gender mengatur perbedaan sifat laki-laki dan perempuan, keadilan, sifat alamiah, asal-muasal, dan berbagai aspek orde gender.
Menurut Saptari dan Holzner, ideologi gender adalah seperangkat aturann nilai, stereotipe yang mengatur hubungan antara perempuan dan laki-laki terlebih
dahulu melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin. Ideologi ini terbentuk di berbagai tingkat, negara, komunitas dan disosialisasikan melalui
pranata-pranata sosial yang dikuasai dan dikendalikan oleh kelompok-kelompok yang berkuasa 1997: 202.
Melalui konstruksi sosial, ideologi gender kemudian dijadikan sebuah norma yang mengatur bagaimana laki-laki dan perempuan harus bersikap,
berpenampilan, berprilaku dan mengatur kesetaraan antara perempuan dan laki- laki dengan prinsip yang lebih equal. Artinya, jika ada ideologi dalam budaya
masyarakat yang memihak kepada yang “serba laki-laki” atau yang “serba perempuan”, maka disebut ideologi bias gender.
Ideologi bias gender adalah ideologi dimana norma, keyakinan, adat kebiasaan, dan nilai-nilai lazimnya masih serba laki-laki atau serba perempuan,
sehingga ketika menemuka fenomena yang tidak sesuai norma yang “serba laki- laki” patriarkhi, dianggap menyimpang. Inilah kesalahan mengukur perempuan
dari perspektif laki-laki, bukan perspektif manusia. Ideologi gender saat ini sedang menjadi warna perjuangan para feminis melalui kerangka budaya
kelompok masyarakat secara kelembagaan maupun melalui kerangka budaya secara perorangan.
Gerakan gender tidak hanya medekonstruksi posisi perempuan yang hanya bekerja di rumah sektor domestik, tapi gerakan ini juga menawarkan suatu
Universitas Sumatera Utara
konsep bahwa perempuan dapat bekerja di sektor publik. Sektor publik dimaksud baik menyangkut sektor ekonomi, politik dan sosial kemasyarakatan.
2.4.3 Ketidakadilan Gender
Hakikatnya, manusia memiliki kedudukan yang setara, laki-laki maupun perempuan. Keduanya diciptakan dalam derajat, harkat, dan martabat yang sama.
Kalaupun memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda, itu semua agar keduanya saling melengkapi. Namun dalam perjalanan manusia, banyak terjadi perubahan
peran dan status atas keduanya, terutama dalam masyarakat. Proses tersebut lama kelamaan menjadi kebiasaan dan membudaya. Dan akhirnya berdampak pada
terciptanya perlakuan diskriminatif atau ketidakadilan terhadap salah satu jenis kelamin. Selanjutnya, muncul istilah gender yang mengacu kepada perbedaan
peran antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari proses perubahan peran dan status tadi bik secara sosial maupun budaya.
Aplikasi dan implikasi gender di masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan, karena masih sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya setempat.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, perbedaan gender ini dalam beberapa
hal akan mengantarkan pada ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum
laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut Fakih, 2004: 12. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan
gender, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan gender yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Berikut berbagai bentuk ketidakadilan gender yang dingkapkan oleh Fakih 2004: 13-23.
a. Peminggiran
Marginalisasi
Marginalisasi atau peminggiran adalah kondisi dimana terjadinya peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus pekerjaan utama yang
berakibat pemiskinan. Marginalisasi disebut juga pemiskinan ekonomi. Proses marginalisasi yang mengakibatkan pemiskinan sesungguhnya
banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan. Namun ada salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin
tertentu, dalam hal ini perempuan, disebabkan oleh gender. Banyak studi telah dilakukan dalam rangka membahas program pembangunan pemerintah yang
menjadi penyebab kemiskinan kaum perempuan. Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan, juga
terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi di rumah tangga dalam bentuk
diskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan.
b. Anggapan tidak penting