Cuplikan hal. 155 Ketidakadilan Gender Berupa Subordinasi

3. Cuplikan hal. 155

Para laki-laki memang memiliki pandangan progresif , tetapi pandangan mereka belum sejauh menerima seorang peempuan di dalam profesi medis yangg secara ekslusif merupakan profesi laki-laki. Ginko diterima di universitas itu berdasarkan izin pribadi, yang diberikan dengan enggan, dari Rektor universitas. Rektor terpaksa setuju karena permintaan itu datang dari Tadanori Ishiguro, dan terus terang dia tidak senang dengan gesekan yang ditimbulkan penerimaan Ginko dengan para mahasiswa lain. Sungguh rawan menyatukan para mahasiswa dn mahasiswi universitas kedokteran yang sejak kecil telah dipisahkan menurut jeniskelamin. Tidak akan ada orang yang mau membantuku. Di pinggiran ruang kuliah, Ginko menanggung semuanya sendirian. Dan, satu-satunya alasan yang membuatnya diasingkan itu karena dia adalah perempuan. Ginko belum pernah merasa sepahit ini tentang nasibnya. Zaman itu, jika hendak makan perempuan harus menunggu sampai para laki-laki selesai, berjalan beberapa langkah di belakang mereka, dan selalu berbicara hormat ketika menghadapi mereka. Kalau seorang laki-laki mengatakan sesuatu, jawaban yang diharapkan dari perempuan adalah “Ya, saya mengerti”. Persoalan perempuan diharuskan terbatas pada pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak saja. Analisis : Di pinggiran ruang kuliah, Ginko menanggung semuanya sendirian. Dan, satu-satunya alasan yang membuatnya diasingkan itu karena dia adalah perempuan. Kalimat ini menunjukkan indeksikal bahwa di zaman itu kedudukan Universitas Sumatera Utara perempuan memang berada di posisi subordinat. Sistem diskriminasi ini berlandaskan pada sebuah sikap yang terungkap pada pepatah feodal “Pendidikan tak perlu bagi kaum wanita” yang berlanjut dalam versi baru yang berbunyi “Tiada memiliki pendidikan bagi kaum wanita merupakan kebaikan.” Masu, 1983: 54. Zaman itu, jika hendak makan perempuan harus menunggu sampai para laki-laki selesai, berjalan beberapa langkah di belakang mereka, dan selalu berbicara hormat ketika menghadapi mereka. Kalau seorang laki-laki mengatakan sesuatu, jawaban yang diharapkan dari perempuan adalah “Ya, saya mengerti”, dan dari kalimat ini ditunjukkan bahwa posisi perempuan memang masih berada jauh di bawah laki-laki. Kepercayaan dan tradisi masyarakat feodal yang berlaku pada zaman Tokugawa dan Meiji menyatakan bahwa kebahagiaan seorang wanita adalah harus memajukan pendidikan di rumahnya. Sehingga jika ditinjau dari sudut agama dan tradisi yang telah lama berlaku dari zaman Tokugawa dan terbawa ke zaman berikutnya khususnya zaman Meiji. Hal ini yang menyebabkan kedudukan wanita tidak mengalami perubahan, dan dalam bidang pendidikan pun posisi wanita tetap berada dibawah laki-laki.

4. Cuplikan hal. 153