sebagai pekerjaan yang tidak produktif, sehingga mengalami pemunduran dari arus pekerjaannya.
3. Cuplikan hal. 312
Pemerintah konstitusional hanya sebatas nama. Tidak hanya itu, hukum yang memungkinkan terpilihnya pejabat tidak memberikan hak bagi perempuan
untuk memilih dan dengan sewenang-wenang melarang perempuan untuk menyatakan pandangan politik mereka juga. Sebagian besar penduduk
menganggap hal ini biasa saja. Namun, selama persiapan untuk memilih Dewan Kekaisaran yang sudah
lama ditunggu tersebut, terungkaplah bahwa hukum baru telah diberlakukan untuk melarang perempuan mengamati sesi pemilihan anggota dewan. Ginko yang
marah karena gagal memperoleh hak memilih bagi perempuan, ketika mengetahui tentang peraturan baru ini, langsung pergi ke Kementrian Kehakiman untuk
mendapatkan penjelasan resmi. Namun, Mentri hanya menegaskan bahwa kaum perempuan tidak diizinkan untuk menyaksikan proses pemilihan anggota dewan.
Setelah itu Ginko pergi menemui Kajiko Yajima dan mengadakan rapat pimpinan Organisasi Perempuan Kristen untuk memberi tahu mereka tentang
informasi yang baru saja diketahuinya. “Semua laki-laki boleh menghadirinya, tidak peduli mereka guru atau pelajar, penjaga kandang, atau penjual keliling
atau buruh tani. Tidak seorang pun ditolak. Satu-satunya laki-laki yang ridak boleh masuk hanyalah laki-laki yang mabuk atau membawa senjata. Perempuan
dilarang tanpa alasan, selain karena jenis kelamin mereka. Secara logika, ini
Universitas Sumatera Utara
berarti bahwa seluruh perempuan dianggap tidak lebih dari pemabuk atau preman pembawa senjata”.
Ginko melanjutkan,”Perempuan tidak boleh memilih, dan sekarang hak kita untuk menyaksikan pemilihan anggota dewan pun dicabut. Kita tidak akan
pernah memiliki suara di dalam pemerintahan, dan sekarang kesempatan kita untuk mengetahui apa yang dilakukan pemerintah pun telah dirampok. Perempuan
yang meraih pendidikan akademis dan pengaruh tidak dihargai.”
Analisis:
Cuplikan diatas menunjukkan diskriminasi gender yang dialamioleh Gin. Sebagai perempuan, Gin tidak diizinkan untuk melaksanakan dan
menyaksikan pemilihan anggota dewan. Terlihat dari cuplikan berikut, Pemerintah konstitusional hanya sebatas nama. Tidak hanya itu, hukum yang memungkinkan
terpilihnya pejabat tidak memberikan hak bagi perempuan untuk memilih dan dengan sewenang-wenang melarang perempuan untuk menyatakan pandangan
politik mereka juga dan Namun, selama persiapan untuk memilih Dewan Kekaisaran yang sudah lama ditunggu tersebut, terungkaplah bahwa hukum baru
telah diberlakukan untuk melarang perempuan mengamati sesi pemilihan anggota dewan. Kalimat tersebut menunjukkan indeksikal adanya diskriminasi gender
secara marginalisasi atau peminggiran yang dialami oleh Gin. Walaupun Gin memiliki pendidikan yang cukup tinggi namun karena dia
perempuan, keberadannnya tidak dihargai. Bahkan untuk menyaksikan pemilihan dewan saja kaum perempuan dipinggirkan.
Universitas Sumatera Utara
Ginko melanjutkan,”Perempuan tidak boleh memilih, dan sekarang hak kita untuk menyaksikan pemilihan anggota dewan pun dicabut. Kita tidak akan
pernah memiliki suara di dalam pemerintahan, dan sekarang kesempatan kita untuk mengetahui apa yang dilakukan pemerintah pun telah dirampok. Cuplikan
ini juga menunjukkan adanya indeksikal diskriminasi gender secara marginalisasi. Posisi perempuan mengalami peminggiran dalam bidang politik. Budaya patriarki
juga menjadi penyebab dipinggirkannya perempuan dalam bidang ini.
3.2.3 Ketidakadilan Gender Berupa Stereotipe