Beban kerja berlebih Kekerasan

Dengan adanya pelabelan tersebut tentu saja akan muncul banyak stereotipe yang dikonstruksikan oleh masyarakat sebagai hasil hubungan sosial tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Masyarakat juga memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami. Stereotipe ini berakibat wajar sekali jika pendidikan kaum perempuan dinomorduakan.

d. Beban kerja berlebih

Double Burden Double burden atau beban kerja berlebih adalah perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran berdasarkan pendekatan gender dalam berbagai aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perkembangan yang cukup cepat. Namun perkembangan perempuan tidaklah mengubah peranan yang lama yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga. Maka dari itu perkembangan peranan perempuan ini sifatnya menambah, dan umumnya perempuan mengerjakan peranan sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan. Untuk itu maka beban kerja perempuan terkesan berlebih. Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya. Terlebih lagi jika si Universitas Sumatera Utara perempuan harus bekerja lebih untuk mencari nafkah, maka ia memikul beban kerja ganda atau berlebih.

e. Kekerasan

Violence Violence atau kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun salah satu kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender-related violence. Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Kekerasan terhadap perempuan sering kali terjadi karena budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. Kekerasan digunakan oleh laki-laki untuk memenangkan perbedan pendapat, untuk menyatakan rasa tidak puas, dan sering kali hanya untuk menunjukkan bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan. Kekerasan yang berbasis gender adalah refleksi dari sistem patriarki yang berkembang di masyarakat Sugiarti, 2008: 18. Menurut Fakih 2004: 17-20 banyak macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender, diantaranya: Pertama, bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk pemerkosaan dalam perkawinan. Hal ini terjadi jika seseorang melakukan paksan untuk mendapatkan pelayanan seksual tanpa kerelaan yang bersangkutan. Kedua, tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga maupun di luar lingkungan rumah tangga. Universitas Sumatera Utara Ketiga, bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin genital mutilation. Keempat, kekerasan dalam bentuk pelacuran prostitution. Pelacuran merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang diselenggarakan oleh suatu mekanisme ekonomi yang merugikan kaum perempuan. Setiap masyarakat dan negara selalu menggunakan standar ganda terhadap pekerja seksual ini. Di satu sisi pemerintah melarang dan menangkapi mereka, tetapi di lain pihak negara juag menarik pajak dari mereka. Sementara seorang pelacur dianggap rendah oleh masyarakat, namun pusat kegiatan mereka selalu saja ramai dikunjungi orang. Kelima, kekerasan dalam bentuk pornografi. Pornografi adalah jenis kekerasan lain terhadap perempuan. Jenis kekerasan ini termasuk kekerasan nonfisik, yakni pelecehan terhadap kaum perempuan dimana tubuh perempuan dijadikan objek demi keuntungan seseorang. Keenam, kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana. KB dibanyak tempat ternyata telah menjadi sumber kekerasan terhadap perempuan. Ketujuh, jenis kekerasan terselubung molestation, yakni memegang taau menyentuh bagian tubuh tertentu dari tubuh perempuan dengan berbagai cara dn kesempatan tanpa kerelaan dari si pemilik tubuh. Jenis kekerasan ini sering terjadi di tempat pekerjaan ataupun di tempat umum. Kedelapan, tindakan kejahatan terhadap perempuan yang paling umum dilakukan di masyarakat yakni yang dikenal dengan pelecehan seksual atau sexual and emotional harassement. Ada beberapa bentuk yang bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual, yakni : Universitas Sumatera Utara 1. Menyampaikan lelucon jorok secara vulgar kepada seseorang dengan cara yang dirasakan sangat ofensif. 2. Menyakiti atau membuat malu seseorang dengan omongan kotor. 3. Mengintrogasi seseorang tentang kehidupan atau kegiatan seksualnya atau pribadinya. 4. Menyentuh atau menyenggol bagian dari tubuh seseorang. Dalam penelitian ini digunakan analisis gender agar penulis lebih memahami suatu bentuk ketidakadilan dan kaitannya dengan sistem sosial yang lebih luas. Di dalam menganalisis dengan menggunakan kajian gender, penulis harus mampu memahami bahwa pokok persoalannya adalah sistem dan struktur yang tidak adil, dimana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dan mengalami dehumanisasi karena ketidakadilan gender tersebut. Oleh sebab itu berdasarkan atas metode penelitian tersebut diatas penulis berusaha menjadikannya pedoman untuk dapat menganalisis pembahasan pada bab III yang didalamnya mencakup tentang bagaimana bentuk diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh utama dalam novel. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, pengarang berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang mereka rasakan atau mereka alami. Selain itu karya sastra menyuguhkan potret kehidupan dengan menyangkut persoalan sosial dalam masyarakat, setelah mengalami pengendapan secara intensif dalam imajinasi pengarang, maka lahirlah pengalaman kehidupan sosial tersebut dalam bentuk karya sastra. Menurut Semi dalam Wahyudi 2008: 67 sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta. Dengan hadirnya karya sastra yang membicarakan persoalan manusia, antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Adapun permasalahan manusia merupakan ilham bagi pengarang untuk mengungkapkan dirinya dengan media karya sastra. Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia berperan sebagai pendukung yang sangat menentukan dalam kehidupan sastra. Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan tercetak. Selain itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya dari pada karya fiksi Wellek dan Werren, 1995: 3-4. Universitas Sumatera Utara