BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian 2.1.1 Paradigma Positivis
Menurut Guba dan Lincoln, paradigma penelitian terutama dalam ilmu sosial merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu dan teori. Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana seorang peneliti memahami
suatu masalah, kriteria pengujian sebagai landasan menjawab masalah penelitian. Kehadiran paradigma sebagai bagaimana peneliti memandang sebuah realita bisa
dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Positivis adalah positif, yaitu segala yang terlihat seperti apa adanya dimana
hakikatnya pengalaman-pengalaman objektif. Paham positivis menganjurkan agar pengetahuan haruslah positif serta bebas dari nilai, prasangka maupun
subjektivitas. Paradigma ini mengutamakan objektivitas sebagai salah satu persyaratan dasar suatu pengetahuan yang benar, universal maupun objektif.
Kebenaran positif tersebut mempunyai beberapa unsur sebagai berikut: 1.
Objektif yaitu kesesuaian pengetahuan dengan objeknya. 2.
Positif yaitu kenyataan faktual yang dapat diteliti terlihat dari penampilan. 3.
Verifikasi yaitu pengukuhan dengan fakta empirik. Positivis memandang realitas sebagai “out there”, bebas dari kesadaran
manusia, obyektif, patuh pada keteraturan rest on order, diatur oleh hukum yang ketat, alamiah dan tidak berubah, biasa direaliasasi melalui pengalaman sebab
cara pandang masyarakat sama karena mereka saling berbagi arti yang sama pula Denzin dan Guba, 2001 : 39.
Paradigama positivis berpendapat bahwa manusia adalah individu yang rasional diatur oleh hukum sosial. Perilaku individu dapat dipelajari melalui
observasi. Tidak ada “free will”. Dunia not deterministic karena menghasilkan efek dibawah kondisi yang pasti. Oleh karenanya prediksi dibatasi oleh
keberadaan kondisi tersebut. Selain itu paradigma positivis juga mengatur science
Universitas Sumatera Utara
dalam prosedur aturan yang sangat ketat yang digunakan untuk menjelaskan, menghubungkn peristiwa sosial.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti memakai paradigma positivis karena paradigma positivis dapat menekankan pembahasan dengan penuh deskripsi cerita
dan membangung teori-teori atau konsep dasar kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Peneliti diharapkan untuk berpikir induktif agar menghasilkan
verifikasi sebuah kejadian atau sesuatu yang diteliti. Oleh karena itu sebagai proses untuk mencapai kebenaran, maka seorang
pencari kebenaran peneliti harus menanyakan langsung kepada objek yang diteliti, dan objek dapat memberikan jawaban langsung kepada peneliti yang
bersangkutan.
2.2 Kerangka Teori