Hakikatnya penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan
sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Sementara KPI lahir berdasarkan undang-undang memiliki dua semangat
utama yaitu pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan publik pula. Kemudian semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran yang
berjaringan. KPI sebagai lembaga independen adalah untuk melindungi hak masyarakat secara lebih merata, mempertegas sistem penyiaran adalah ranah
publik dimana harus dikelola oleh lembaga yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Agar tidak terjadi seperti masa lalu dimana
pengelolaan sistem penyiaran berada di tangan pemerintah sehingga melanggengkan kepentingan kekuasaan dan mengambil keuntungan segelintir
penguasa dan pengusaha. Hal tersebut di atas seperti fungsi adanya penyiaran maupun KPI dan hal-hal
yang seharusnya sudah dilakukan KPI tidak terlihat ada di dalam benak empat orang informan, artinya empat informan tersebut tidak meyakini bahwa KPI
sebagai lembaga yang meregulasi penyiaran telah melakuakn poin-poin tersebut secara maksimal sehingga membuat citra KPI tidak begitu baik. Meski pun
mereka sadar bahwa hal-hal tersebut bukan lah kesalahan KPI seutuhnya tetapi ada hal-hal lain yang menghambat kerja KPI sehingga KPI terlihat tidak
maksimal. Citra tidak bisa terbentuk begitu saja, ada prosesi yang harus dilalui sehingga
akhirnya membentuk satu kesatuan makna dan pandangan. Karenanya, apa yang telah diungkapkan informan tidak melulu pendapat subjektif tetapi didasari oleh
pengalaman yang ada sebelumnya.
4.2.2.5 Citra yang Dihasilkan
Tabel 4.2 Citra yang Dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
Nama MA
AP NFS
RR FH
PS
Status Informan
Praktisi Penyiaran
Praktisi Penyiaran
Mahasiswa Mahasiswa
Akademisi Akademisi
Citra yang Dihasilkan
Negatif Negatif
Positif Negatif
Positif Negatif
Sumber : Hasil Wawancara Peneliti Berdasarkan tabel di atas, empat orang diantaranya memiliki citra yang
negatif terhadap KPI dan dua orang lainnya memiliki citra yang psoitif. Dua orang informan dari praktisi penyiaran memiliki pandangan yang negatif, hal itu
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah cukup banyak, keduanya memandang negatif karena telah melihat langsung tindakan KPI dalam penangani
penyiaran terkhusus media penyiaran televisi. Seperti MA misalnya, ia sangat sering mengakses media sosial yang kerap
membahas tentang KPI seperti Remotivi dan Rapotivi, pandangannya terhadap KPI tidak terjadi begitu saja ia juga cukup mengikuti perkembangan KPI dari
waktu ke waktu. Hal itu juga terjadi pada AP yang pada awal Tahun 2000-an sudah bergabung di dunia penyiaran, AP menyadari bahwa pandangan negatif-nya
terhadap KPI bukan karena semata-mata KPI yang bersalah tetapi pihak lain yang ikut campur dan ada kepentingan di dalamnya tetapi KPI tidak bisa mencegah
tindakan itu sehingga AP memandang citra yang negatif terhadap KPI. Satu orang mahasiswa dalam penelitian ini yaitu RR juga berpadangan
negatif terhadap KPI, ia menyatakan kegemasannya terhadap KPI karena segala hal permasalah dalam tayangan yang bermasalah tidak segera diatasi, RR adalah
orang yang sangat peduli terhadap KPI ia selalu mengikuti perkembangan KPI tetapi tentu tidak intens sehingga RR hanya menyatakan pandangannya terhadap
KPI sebatas pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya saja. Lain halnya dengan PS yang dalam penelitian ini berperan sebagai informan akademisi, PS
juga seorang praktisi penyiarab karenanya dia mampu memandang citra KPI dari dua sisi tetapi kenyataannya hasilnya sama-sama negatif dikarenakan ia sudah
merasakan langsung tindakan lambat KPI terhadap media tepatnya bekerja. Empat orang yang memiliki pandangan negatif terhadap KPI tidak semerta-
merta mengungkapkan begitu saja tetapi adalah pengetahuan dan pengalaman yang melatarbelakanginya, meskipun jika disimpulkan tidak utuh dari mereka
Universitas Sumatera Utara
menganggap citra KPI 100 negatif. Masing-masing dari empat orang informan yang menilai negatif citra KPI mengaku tetap mengapresiasi kinerja KPI
dikarenakan KPI yang tidak bisa sempurna begitu saja, bantuan dan kordinasi dengan pihak lain tentu bisa menjadi jalan keluar untuk membantu kinerja KPI.
Mski demikian, masing-masing informan yang memandang negatif citra KPI juga memiliki motif yang baik untuk KPI kedepannya yaitu ada yang ingin membantu
KPI lewat bergabung menjadi komisioner KPI dan ada pula yang ingin terus mengikuti perkembangan KPI sehingga mampu memberikan masukan yang baik
untuk kedepannya. Sementara itu, satu mahasiswa dalam penelitian ini yaitu NFS justru
memandang positif citra KPI, hal itu mampu diungkapkannya melalui pengalamannya mengikuti survey yang dilakukan oleh KPI. NFS merasa selama
ini KPI sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk mengatur penyiaran yang bermasalah tetapi televisi-televisi yang nakal menjadi penghambat bagi KPI itu
sendiri. Begitu juga dengan FH, salah satu informan dari akademisi ini juga berpendapat hal yang sama, ia memandang positif citra KPI karena sudah merasa
usaha yang dilakukan KPI cukup kuat. FH memandang citra KPI dari dua sisi, yaitu dari sisi masyarakat awam dan sisi akademisi. Meskipun FH mengaku dari
sisi masyarakat awam ia belum begitu bisa menilai KPI karena banyaknya masyarakat yang belum menyadari keberadaan KPI.
Citra yang baik dalam public relations diartikan sebagai citra yang mampu menimbulkan kesan yang benar di dalam sebuah pengalaman, pengetahuan serta
pemahaman atas kebenaran yang sesungguhnya. Citra yang baik bisa datang kapan saja, termasuk di dalam sebuah musibah sekali pun baik berupa pernyataan
maupun perilaku yang ditunjukkan. Citra sebuah perusahaan merupakan suatu bentuk pencapaian yang diinginkan tentu dengan harapan untuk membentuk
kepercayaan publik maupun goodwill kemauan baik terhadap lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan pemaparan di atas, kesan yang diungkapkan oleh masing- masing informan didasari oleh pengalaman yang telah terjadi sebelumnya
sehingga akhirnya mampu membentuk suatu citra. Tetapi meski pun demikian, citra yang dihasilkan oleh masing-masing informan bukan berarti adalah
Universitas Sumatera Utara
gambaran citra perusahaan yang sebenarnya karena kesan, pengalaman dan pengetahuan belum tentu disebut sebuah kebenaran. Oleh karena itu kekurangan
pengetahuan dan pengalaman yang terjadi pada informan bisa menjadi penyebab citra yang negatif begitu pun sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai citra Komisi Penyiaran Indonesia di mata praktisi penyiaran, akademisi dan mahasiswa Ilmu Komunikasi di Kota
Medan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Empat orang dalam penelitian ini memiliki citra yang kurang baik terhadap KPI, hal itu dikarenakan
beberapa hal seperti banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran tetapi tidak ditangani langsung oleh KPI, kewenangan yang tidak begitu
kuat pada KPI tidak diatasi langsung oleh KPI sehingga membuat kinerja KPI terhambat dan tidak maksimal, konten lokal yang tidak berpihak secara adil juga
tidak ditangani baik oleh KPI, dan juga tentang pemberian hukuman yang tidak memiliki efek jera oleh KPI sehingga dilakukan berulang-ulang oleh lembaga
penyiaran membuat KPI seolah dipermainkan keberadaannya. Informan menduga-duga bahwa kinerja KPI yang belum maksimal didasari
oleh kepentingan politik yang ada di dalamnya baik itu dari produk hukum yang dibuat maupun orang yang duduk di kursi komisioner bukanlah orang yang
mampu tapi karena ada titipan politis.Tetapi meskipun demikian, empat orang informan tersebut tetap mengapresiasi kinerja KPI karena setidaknya KPI sudah
mau berusaha untuk menjadi lebih baik. Dua orang lainnya menganggap bahwa KPI sejauh ini sudah berbuat banyak terhadap penyiaran Indonesia sehingga citra
yang ditampilkan oleh kedunya terbilang positif meski pun mereka mengaku bahwa sejauh ini KPI belum maksimal.
Proses pembentukan citra yang terjadi terhadap enam orang informan melalui tahap yang efektif hingga akhir. Pengalaman dan pengetahuan yang
berbeda satu sama lain antara enam orang informan menjadikan jawaban dan alasan yang dilontarkan pun berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan bahwa dari
tiga bagian seperti praktisi penyiaran, akademisi dan mahasiswa Ilmu Komunikasi memiliki tingkat kualitas yang berbeda-beda.
5.2 Saran
Universitas Sumatera Utara