4.2.2.1 Kepercayaan
Baik kesan maupun kepercayaan jika dianalisis secara seksama memiliki banyak kesamaan, dan hal yang paling banyak dibahas terhadap kesan tersebut
adalah kesan tidak baik komisioner KPI dalam menyikapi pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran seperti MA yang mengatakan bahwa terlalu
banyak tayangan sampah yang harus diterima masyarakat dikarenakan lambatnya KPI menyikapi hal tersebut, AP yang juga mengungkapkan bahwa kewenangan
dan produk hukum yang tidak segera tuntus diurus oleh KPI dengan pemerintah membuat semakin lambatnya kinerja KPI.
Kesan tersebut selalu dilandasi dengan alasan yang cukup kuat disertakan pula dengan contoh yang terjadi, seperti RR yang memiliki kesan bahwa KPI
sudah memiliki regulasi tentang sebuah penyiaran tetapi tidak adanya penerapannya yang terlihat nyata, tetapi PS justru memiliki kesan yang berbeda
yaitu kurangnya solidaritas dalam KPI yang dilihatnya hal itu dikarenakan banyaknya konflik sesama komisioner KPI. Kesan dan pendapat tidak selalu
buruk, hal itu dinyatakan oleh NFS dan FH bahwa kerja KPI yang terlihat bagi mereka sudah baik walau belum maksimal, kesan yang mereka rasakan juga
menjadi keyakinan tersendiri bagi keduanya bahwa KPI akan terus berkembang dan memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
4.2.2.2 Realitas
Beberapa informan mengatakan bahwa tidak tampak jelas wujud kerja KPI, hal itu terbukti dari jawaban para informan mengenai dampak kehadiran KPI bagi
duna penyiaran, hasilnya tidak dapat dirasakan begitu banyak. Hanya berulang kali teguran tetapi masih tetap dilakukan oleh lembaga penyiarannya. Sementara
informan yang lain yaitu NFS memiliki pendapat yang berbeda, hal itu dinyatakan lewat pendapat yang menurutnya dampak baik kehadiran KPI sudah terlihat tapi
belum maksimal seperti yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.3 Adanya Kerjasama
Jika kesan dan produk yang dihasilkan sebagai tolak ukur tidak mendapatkan hasil yang begitu baik, maka sama pula dengan kerjasama yang terjalin. Beberapa
informan mengatakan bahwa belum adanya koordinasi yang intens antara KPI dengan lembaga lainnya maupun masyarakat tertentu sehingga KPI yang pada
dasarnya tidak bisa bekerja sendiri harus merasakan kesulitan. Hal itu dinyatakan oleh MA, bahwa kerjasama maupun koordinasi dari KPI kepada masyarakat,
praktisi penyiaran, akademisi, mahasiswa, stake holder dan banyak lagi lainnya belum terjalin begitu erat. Begitu juga menurut AP bahwa KPI hanya melakukan
kerjasama dengan orang-orang kalangan atas, sementara masyarakat kalangan bawah seharusnya menjadi target utama karena mereka adalah sebenar-benarnya
korban dalam tayangan-tayangan yang tidak sehat.
4.2.2.4 Kesadaran Akan Produk yang Dihasilkan