19
Untuk mencapai sasaran program pendidikan dan pelatihan haruslah : a.
Sebagai  tolak  ukur  kelak  untuk  menentukan  berhasil  tidaknya  program pelatihan dan pengembangan.
b. Sebagai  bahan  dalam  usaha  menentukan  langkah  selanjutnya  seperti  isi
program dan metode pelatihan yang akan digunakan. Faktor  yang  sangat  menunjang  keberhasilan  program  pendidikan  dan
pelatihan adalah instruktur yang tepat serta mampu menyampaikan materi secara jelas, sehingga memudahkan peserta untuk memahami.
2.1.8 Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan
MangkuprawiraTb.Sjafri 2002:156 menyatakanbahwa evaluasi pelatihan dan pengembangan dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
a. Merumuskan kriteria yang terkait dengan tujuan dan pelatihan pengembangan,
dapat  berupa  kriteria  input  output  proses,  output,  outcome,  dan  impact pelatihan terhadap kinerja pekerjaan.
b. Para  peserta mengikuti  pretes  untuk  mengetahui  tingkat  pengetahuan  mereka
yang ada sebelum pelatihan. c.
Para  peserta  mengikuti  pelatihan  dan  dalam  pengembangan  yang  dalam prosesnya terjadi komunikasi interaktif dan tidak menutup kemungkinan pada
saat itupun dilakukan evaluasi pada para pesrta. d.
Setelah pelatihan dan pengembangan dilakukan seluruhnya, diadakan pascates yang  seharusnya  hasilnya  terjadi  perubahan  atau  perbaikan  pada  perilaku
peserta secara signifikan.
Universitas Sumatera Utara
20
e. Menilai  program  ini  apakah  setiap  perbaikan  kepada  para  peserta  memenuhi
kriteria evaluasi dan dapat dialihkan kedalam pekerjaan. f.
Menindaklanjuti  program  ini  untuk  dapat  dilaksanakan  pada  kesempatan  lain yang tentunya memerlukan evaluasi apakah perlu perbaikan dan penyesuaian-
penyesuaian dengan perkembangan baru.
2.1.9 Metode Pendidikan dan Pelatihan
Metode latihan harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagai faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar
peserta,  latar  belakang  peserta,  dan  lain-lain.  Jenis  Metode  pendidikan  dan pelatihan yaitu :
a.
On the job trainning
Menurut  Gary  Dessler  2006:285,  on  the  job  trainning  adalah  metode  yang sangat  popular  dalam  dunia  pelatihan  karyawan.  OJT  sendiri  secara  defenisi
adalah melatih
seseorang untuk
mempelajari pekerjaan
sambil mengerjakannya.
Pelatihan yang diberikan pada saat pegawai bekerja, sambil bekerja seperti biasa,  karyawan  memperoleh  pelatihan,  sehingga  dapat  memperoleh  umpan
balik  secara  langsung  dari  pelatihnya.  Dilakukan  oleh  semua  perusahaan, terutama untuk karyawan baru sampai dengan karyawan yang berpengalaman.
Keuntungannya:biaya  relatif  kecil,  peserta  pelatihan  dapat  belajar  sambil melakukan pekerjaannya, serta tidak memerlukan ruang khusus.
Sondang P
Siagian 2008:192
mengemukakan bentuk-bentuk
daripelatihan on the job trainning adalah :
Universitas Sumatera Utara
21
1 Pelatihan  dalam  jabatan:  pelatihan  dalam  jabatan  pada  dasarnya
merupakan  penggunaan  teknik  pelatihan  dimana  para  peserta  dilatih langsung ditempat kerjanya.
2 Rotasi  pekerjaan:  menggunakan  teknik  ini  berarti  bahwa  pegawai  dilatih
mengerjakan beraneka ragam tugas. 3
Sistem magang: sebagai pegawai belajar dari pegawai lain yang dianggap lebih berpengalaman dan lebih mahir dalam melaksanakan tugas tertentu.
b. Off the job trainning
Teknik pelatihan yang dilakukan diluar waktu kerja, dan berlangsung dilokasi jauh dari tempat kerja, agar perhatian peserta lebih terfokus. Peserta pelatihan
menerima  presentasi  tentang  aspek  tertentu,  kemudian  mereka  diminta memberikan  tanggapan  sebagaimana  dalam  kondisi  yang  sebenarnya.  Dalam
teknik ini juga digunakan metode simulasi. Bentuk pelatihan off the job trainning :
1 Pelatihan  Vestibule:  yang  dimaksud  dengan  pelatihan  vestibule  adalah
metode  pelatihan  untuk  meningkatkan  keterampilan,  terutama  yang bersifat  teknikal,  tempat  pekerjaan,  akan  tetapi  tanpa  mengganggu
kegiatan organisasi sehari-hari. 2
Role-Playing:  metode  Role-Playing  sering  digunakan  apabila  sasaran pelatihan  bukan  diutamakan  pada  peningkatan  keterampilan,  melainkan
yang  menyangkut  keprilakuan,  terutama  yang  berwujud  kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari kacamata orang lain.
Universitas Sumatera Utara
22
3 Studi Kasus: penggunaan studi kasus dewasa ini sering digunakan sebagai
metode  pelatihan,  terutama  bagi  para  manajer  atau  calon  manajer  yang kemampuannya  mengambil  keputusan  atau  memecahkan  masalah
merupakan sasaran pokok. 4
Simulasi:  teknik  ini  merupakan  suatu  bentuk  pelatihan  dengan menggunakan  suatu  alat  mekanikal  yang  identik  betul  dengan  alat  yang
digunakan oleh peserta pelatihan dalam tugasnya. 5
Pelatihan Laboratorium: apabila manajemen merasa bahwa tukar menukar pengalaman,  pemahaman  perasaan,  perilaku,  persepsi,  dan  reaksi  orang