14 tersebut. Perlunya guru atau perancang pembelajaran mengetahui kemampuana
awal ini, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, karena pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa terdapat juga pengetahuan yang merupakan prerequisite
bagi tugas belajar yang baru. Untuk mengetahui kemampuan awal sekelompok siswa atau mahasiswa perlu diadakan tes awal. Tes awal mempunyai fungsi atau
tujuan yang berharga bagi pengembang pembelajaran Menurut Popham dan Baker dalam Hadi dkk., 1992 “berdasarkan data tes
awal guru dapat menentukan: 1 apakah siswa-siswanya telah memiliki keterampilan yang diperlukan demi berhasilnya program pengajaran yang
disusunnya; 2 Sudahkah siswanya telah mencapai tujuan-tujuan yang seharusnya sudah dicapai dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya. Apabila siswa telah gagal
menguasai perilaku-perilaku prasyarat maka pelaksanaan pembelajaran berikutnya akan mengalami hambatan”.
b. Peranan Kemampuan Awal dalam Belajar
Dalam proses belajar mengajar, siswa akan lebih mudah memahami atau mempelajari materi selanjutnya, jika proses belajar didasarkan pada materi yang
sudah diketahui sehingga kemampuan awal berpengaruh terhadap proses selanjutnya dan ikut berperan dalam keberhasilan belajar siswa. Kemampuan yang
diperoleh siswa dari pengalaman sebelumnya merupakan titik tolak untuk membekali siswa pada materi pelajaran berikutnya.
W.S. Winkel 2007 : 59 menyatakan bahwa : “Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolak sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa
tertentu tingkah laku awal untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru, sesuai dengan tujuan instruksional tingkah laku final. Oleh karena itu keadaan
15 siswa pada awal proses belajar mengajar tertentu tingkah laku awal mempunyai
relevansi terhadap penentuan, perumusan dan pencapaian tujuan instruksional tingkah laku final”.
Berdasarkan pendapat W.S. Winkel, maka apabila kemampuan awal siswa tinggi, dalam proses belajar berikutnya siswa tersebut tidak akan mengalami
kesulitan. Siswa tahap selanjutnya tinggal mengembangkan kemampuan awal tersebut menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Namun apabila kemampuan awal siswa rendah, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga perlu waktu lama
untuk memperoleh tujuan yang hendak dicapai.
c. Aspek-aspek Kemampuan Awal
W.S. Winkel menyatakan bahwa keadaan awal meliputi lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor, yaitu: 1 Pribadi siswa, yang
mencakup hal-hal intelegensi, daya kreatifitas, kemampuan belajar, kadar motivasi belajar, sikap terhadap tugas belaajr, minat dalam belajar, perasaan dalam belajar,
dan kondisi mental fisik; 2 Pribadi guru, yang mencakup hal-hal seperti sikap kepribadian, penghayatan nilai-nilai kehidupan, daya kreatifitas, motivasi kerja,
keahlian dalam menguasai materi dan penggunaan prosedur-prosedur didaktis, gaya memimpin, kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga kependidikan
yang lain; 3 Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, yang mencakup hal-hal seperti sistem sosial, status sosial siswa, interaksi sosial antar siswa dan antar guru
dengan siswa, situasi dalam kelas; 4 Sekolah sebagai institusi pendidikan, yang mencakup hal-hal seperti disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan kelas,
pembagian tugas di antara guru-guru, penyusunan jadual pelajaran, penyusunan
16 kurikulum pengajaran, dan pengawasan terhadap pelaksanaannya, hubungan
dengan orang tua; 5 Faktor-faktor situasional, yang mencakup hal-hal seperti keadaan sosial ekonomi, keadaan sosio-politik, keadaan musim dan iklim,
ketentuan-ketentuan dan instansi-instansi negara yang berwenang terhadap pendidikan sekolah.
Kelima aspek di atas berperan terhadap kelangsungan proses belajar mengajar di dalam kelas, namun bukan merupakan satu-satunya komponen dalam
proses belajar mengajar.
d. Pengukuran Kemampuan Awal