8 soal dengan kategori sukar. Terdapat sepuluh butir soal yang tidak digunakan
untuk tes prestasi yaitu soal nomor : 1, 2, 7, 9, 26, 31, 32, 33, 44 dan 49. Data selengkapnya pada lampiran 15. Sedangkan untuk tes kemampuan awal dari 50
soal yang diujicobakan terdapat 12 butir soal dengan kategori mudah, 26 butir soal dengan kategori sedang, dan 12 butir soal dengan kategori sukar. Sepuluh butir
soal tidak terpakai dalam tes kemampuan awal, yaitu nomor : 1, 2, 5, 9, 28, 39, 40, 44, dan 48. Data ini dapat dilihat pada lampiran 7.
b. Daya Pembeda .
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dan siswa yang kurang pandai
berkemampuan rendah. Pada penelitian ini uji daya beda digunakan untuk menguji instrumen penelitian yang berupa tes prestasi belajar Fisika agar bisa
membedakan kriteria dari masing-masing soal. Angka yang menunjukkan daya beda disebut indeks diskriminasi. Rumus untuk menghitung indeks diskriminasi
adalah : DP =
B A
B A
N N
B B
- -
Dimana DP menunjukkan daya pembeda, B
A
menyatakan jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar sedangkan B
B
adalah jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar. N
A
dan N
B
masing-masing menyatakan jumlah peserta tes kelompok atas dan jumlah peserta tes kelompok bawah.
Klarifikasi indeks pembeda adalah sebagai berikut : DP 0,20
: daya beda soal jelek
0,20 DP 0,39 :
daya beda soal sedang
9 0,40 DP 0,69
: daya beda soal baik
0,70 DP 1,00 :
daya beda soal baik sekali Berdasarkan hasil perhitungan dengan program Microsoft Excel diperoleh
hasil bahwa dari 50 soal tes prestasi yang diujicobakan terdapat 10 soal yang tidak baik tidak dapat membedakan yaitu soal nomor 1, 7, 9, 25, 31, 32, 33, 44, 48, 49
dan terdapat 40 soal yang baik dapat membedakan yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 49, dan 50. Data dapat dilihat pada lampiran 15. Sedangkan untuk tes kemampuan awal yang terdiri dari 50 soal
terdapat 9 soal yang tidak baik yaitu nomor 2, 5, 9, 14, 28, 39, 40, 44 dan 48. Adapun soal yang dapat membedakan baik terdapat 41 soal. Hasil perhitungan
ini dapat dilihat pada lampiran 7.
c. Uji Validitas
Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran dikatakan tes memiliki validitas rendah. Untuk menentukan indeks validitas r item dapat menggunakan rumus
teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
dengan : r
xy
= angka validitas item X
= skor item soal
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
r
2 2
2 2
xy
å å
å å
å å å
- -
- =
10 Y
= skor tiap responden
n = jumlah sampel
Kriteria harga dari r
xy
adalah : item tes dikatakan valid jika r
xy-obs
r
xy-tabel
pada taraf signifikan 5. Dari hasil perhitungan dengan Microsoft Excel diperoleh
bahwa dari 50 butir soal terdapat 9 butir soal yang tidak valid yaitu soal nomor 1, 7, 9, 25, 31, 32, 33, 44, dan nomor 49. Sedangkan soal yang valid berjumlah 41
butir soal. Adapun soal yang digunakan untuk mengambil data penelitian adalah sebanyak 40 butir soal yang terdiri dari nomor 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48 dan 50. Data dapat dilihat pada lampiran 15. Sedangkan
untuk tes kemampuan awal yang terdiri dari 50 butir soal terdapat 8 butir soal yang tidak valid yaitu nomor 1, 2, 9, 21, 28, 39, 40, dan nomor 48. Soal yang valid ada
42 butir. Adapun soal yang digunakan untuk mengambil data penelitian adalah sebanyak 40 butir soal yang terdiri dari soal nomor 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 49, dan 50. Data penelitiaan ini dapat dilihat pada lampiran
7.
d. Reliabilitas Instrumen.