Pengertian Kelekatan Kualitas Kelekatan

24 dalam merespon kebutuhan anak sehingga tercipta hubungan kelekatan yang mutual baik bagi anak, maupun bagi figur lekatnya. Senada dengan konsep yang diajukan Bowlby, Harlow dan Zimmerman dalam Santrock, 1999 mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa kontak yang memberikan perasaan nyaman bagi bayi dapat menimbulkan kelekatan lebih kuat daripada sekedar pemuasan kebutuhan oral. Perasaan nyaman tersebut berhubungan erat dengan rasa aman yang dialami bayi, yang membuat bayi menyenangi kontak yang berlangsung. Santrock 1999 kemudian menyusun suatu definisi mengenai kelekatan dengan mengacu pada pendapat sejumlah tokoh di muka. Pengertian kelekatan yang diajukan Santrock mengacu pada hubungan antara dua individu yang mempunyai ikatan afeksi yang kuat terhadap satu sama lain dan melakukan berbagai hal untuk melanggengkan hubungan tersebut. Tidak semua hubungan afeksi antar manusia dapat disebut sebagai kelekatan. Hubungan afeksi disebut kelekatan bila mengandung ikatan emosional yang bersifat khusus, ditujukan pada orang tertentu, dan telah berlangsung cukup lama. Pengertian ini dikemukakan oleh Ainsworth, seorang ahli lain yang secara mendalam meneliti perilaku lekat manusia dalam Feeney dan Noller, 1990. Pendapat Ainsworth tersebut didukung oleh Bell, dkk. 1985. Menurut Bell, dkk., kelekatan mengandung arti suatu ikatan emosional yang dibentuk oleh seseorang pada orang-orang tertentu dan berlangsung terus-menerus. Ainsworth dalam Feeney dan Noller, 1990 juga menjelaskan bahwa ikatan di antara kedua individu yang saling lekat akan selalu ada meskipun figur 25 lekat tidak tampak dalam pandangan, bahkan jika figur lekat digantikan oleh orang lain. Ainsworth dalam Feeney dan Noller, 1990 menerangkan lebih jauh bahwa munculnya gangguan terhadap ikatan tersebut dapat menimbulkan kecemasan, sedangkan bertahannya ikatan tersebut dapat membawa ketenangan dan menjadi sumber kebahagiaan. Kelekatan kemudian diidentifikasikan dengan mencintai dan memiliki keinginan atau hasrat yang kuat untuk dapat bersama dengan orang tertentu. Keinginan untuk selalu berdekatan dengan figur lekat tersebut tercermin dalam berbagai tingkah laku lekat. Tingkah laku lekat merupakan berbagai macam tingkah laku yang dilakukan untuk mencari, mempertahankan, dan menambah kedekatan dengan figur lekatnya Ainsworth dalam Durkin, 1995. Adanya tingkah laku lekat pada seorang individu dapat diidentifikasi dari beberapa ciri-ciri berikut Maccoby, dalam Scarr, dkk, 1986: a. Senang berdekatan dekatan dengan figur lekat b. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat c. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali d. Tetap berorientasi pada figur lekat meski tidak melakukan interaksi Ciri lain kelekatan adalah memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan kepadanya Faw, 1980. Craig 1986 menambahkan, kelekatan ditandai oleh adanya saling ketergantungan yang kuat serta ikatan emosional yang timbal balik dan intens. 26 Pendapat Craig mengenai adanya unsur ketergantungan yang kuat dalam kelekatan bertentangan dengan konsep kelekatan yang diajukan oleh M ö nks, dkk. 2002. Menurut M ö nks, dkk., tingkah laku lekat merupakan tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain serta untuk mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang tersebut. Pada kelekatan, pemenuhan keinginan bukan merupakan hal yang pokok, namun hal tersebut menjadi penting pada tingkah laku ketergantungan. Ketergantungan dapat ditujukan pada siapa saja, sedangkan kelekatan selalu tertuju pada orang-orang tertentu saja. Pemilihan figur lekat yang dianggap istimewa bagi seseorang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Papousêk dan Papousêk, dalam M ö nks, dkk.,2002 dalam beberapa penelitiannya terhadap bayi-bayi, menemukan bahwa bukan sosok ibu yang atau pengasuh yang dijadikan alasan memilih figur lekat, melainkan siapa yang mampu memberikan perhatian penuh kepadanya. M ö nks, dkk. juga menambahkan dua macam tingkah laku yang dapat menyebabkan seseorang dipilih sebagai figur lekat, yaitu: a. Sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari perhatian. b. Sering membuat interaksi secara spontan dengan anak. Berdasarkan uraian sejumlah teori di muka dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional timbal balik yang kuat dan bertahan lama antara dua orang individu, yang dilakukan untuk mencari; mempertahankan; dan 27 menambah kedekatan yang memberikan rasa aman dan ketenangan dengan figur lekat yang dianggap istimewa.

2. Kualitas Kelekatan

Istilah “kualitas” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989 diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, derajat, taraf, atau mutu. Berdasar pada pengertian tersebut, maka kualitas kelekatan mengacu pada tingkat mutu atau kebaikan perilaku-perilaku lekat yang dimunculkan seorang individu. Ainsworth dalam Feeney Noller, 1990 menyatakan bahwa kualitas kelekatan berbeda-beda dan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda pula. Pendapat ini dikemukakan sebagai hasil dari observasinya mengenai respon dari sejumlah besar anak terhadap episode situasi asing. Variasi kualitas kelekatan dibedakan berdasarkan beberapa tipe kelekatan yang digolongkan dari variasi respon anak terhadap situasi asing tersebut. Menurut Ainsworth dalam Santrock, 1999; Feeney dan Noller, 1990; Mikulincer, Florian, dan Tolmacz, 1990; dan Hazan dan Shaver, 1987, pada dasarnya tipe kelekatan terbagi dalam dua kategori: tipe kelekatan aman dan tipe kelekatan tidak aman. Lalu tipe kelekatan tidak aman terbagi lagi menjadi dua dengan kekhasan tertentu, yaitu tipe kelekatan cemas dan menghindar. Mengingat bahwa model mental yang dibentuk oleh seorang individu akan mempengaruhi dirinya, maka tipe kelekatan individu kemudian akan turut mempengaruhi kemampuannya dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selain itu, perbedaan individual dalam tipe kelekatan adalah cerminan dari 28 internalisasi bayi tehadap pengalamannya. Berikut ini dijelaskan dengan lebih rinci kekhasan yang terdapat pada ketiga tipe kelekatan: a. Kelekatan Tipe Aman secure attachment Bayi menggunakan pengasuhnya, biasanya ibunya, sebagai dasar yang dianggapnya aman untuk mengeksplorasi lingkungan. Ketika dewasa, individu dengan tipe kelekatan aman cenderung mengembangkan model mental dengan memandang orang lain sebagai orang yang bersahabat, dapat dipercaya, responsif, dan penuh kasih sayang; dan memandang diri sendiri sebagai orang yang berharga. Individu dengan tipe kelekatan aman juga relatif mudah untuk berdekatan dengan orang lain dan tidak khawatir ditinggalkan. Menurut Kobak dan Hazan 1991, individu tipe ini lebih terbuka dalam mengeksplorasi lingkungan sosialnya, aktif menyerap informasi-informasi sosial, dan peka terhadap informasi yang didapatnya. b. Kelekatan Tipe Cemas anxious ambivalent attachment Bayi dengan tipe kelekatan cemas menunjukkan perasaan tidak aman dengan bersikap melawan ibunya. Model mental yang dikembangkan oleh individu tipe ini ketika dewasa memandang diri sendiri sebagai orang yang gampang curiga dan skeptis; memandang orang lain sebagai orang yang mudah berubah-ubah pendiriannya. Hal ini membuat individu tersebut akan merasa kurang puas dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sukar membuka diri, tidak dapat dengan mudah menyandarkan diri begitu saja pada orang lain, dan merasa cemas bila ada orang lain yang berusaha dekat dengannya. 29 c. Kelekatan Tipe Menghindar avoidant attachment Bayi dengan tipe ini menunjukkan kecemasan dengan bersikap menghindari kontak dengan ibunya. Ketika dewasa, individu dengan tipe kelekatan ini mengembangkan model mental yang memandang diri sendiri sebagai orang yang kurang pengertian, kurang percaya diri, kurang berharga, takut ditinggalkan atau tidak dicintai oleh orang lain; memandang orang lain sebagai orang yang mudah berubah, punya komitmen yang rendah dalam berhubungan; dan cenderung salah dalam menginterpretasikan tanda-tanda yang diberikan oleh orang lain. Tipe-tipe kelekatan tersebut terbentuk dari bagaimana tingkat sensitivitas dan responsivitas pengasuh terhadap tanda-tanda yang diberikan bayi. Misalnya, bayi dengan tipe kelekatan aman biasanya memiliki ibu yang lebih sensitif, lebih memberikan penerimaan dan lebih ekspresif menunjukkan perasaan. Ibu dari bayi-bayi dengan tipe kelekatan menghindar biasanya lebih sedikit melakukan kontak fisik dengan bayinya, lebih sering menunjukkan kemarahan dan wajah tidak senang daripada mengekspresikan kasih sayangnya. Lain halnya dengan ibu dari bayi dengan tipe kelekatan cemas. Ibu dengan bayi tipe ini tidak banyak menunjukkan perasaan sayangnya namun juga tidak menunjukkan perilaku menolak pada bayinya Ainsworth, dalam Santrock, 1999. Uraian mengenai karakteristik tipe kelekatan tersebut menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas dan responsivitas ibu kepada bayinya merupakan faktor yang menentukan kualitas kelekatan di antara bayi dengan ibunya. Kualitas kelekatan yang aman terbentuk karena adanya kepercayaan trust terhadap responsivitas