Hubungan antara Kualitas Kelekatan dengan Strategi Manajemen

37 Hubungan seseorang dengan figur lekatnya atau sering disebut kelekatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keintiman suami istri dalam Wibhowo, 2002. Menurut Wibhowo 2002, keintiman yang terjalin pada pasangan suami istri dapat mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan. Pada bagan di atas dijelaskan bahwa kualitas kelekatan pada pasangan suami istri ditunjukkan dalam tiga aspek, yaitu pengertian yang berkualitas, pemberian dukungan timbal balik, menikmati dan memaknai kebersamaan dengan pasangan. Ketiga aspek ini dapat mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan. Konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam setiap kehidupan bersama Kottler, dalam Counts, 2003. Konsekuensi dari munculnya konflik, baik positif maupun negatif, sangat tergantung pada cara-cara yang digunakan dalam menghadapi konflik tersebut. Menurut Wibhowo 2002, cara menyelesaikan masalah dan cara pengambilan keputusan terhadap masalah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keintiman. Berdasarkan Kualitas Kelekatan Pengertian yang Berkualitas Pemberian Dukungan Timbal Balik Menikmati Memaknai Kebersamaan dengan Pasangan Kepuasan Pernikahan Strategi Manajemen Konflik Positive Problem Solving Kompromi Negosiasi Kepuasan Pernikahan 38 bagan di atas, cara menyelesaikan konflik atau strategi manajemen konflik konstruktif dibedakan menjadi dua yaitu kompromi dan negosiasi. Kemampuan pasangan suami istri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam rumah tangga akan berpengaruh terhadap keintiman atau keakraban. Jika keintiman pasutri tersebut dapat terjaga maka akan menimbulkan suatu kepuasan dalam pernikahan. Kesimpulan yang dapat diambil dari bagan di atas adalah bahwa jika suatu hubungan pernikahan yang memiliki kualitas kelekatan yang baik, maka pasangan tersebut dapat merasakan kepuasan dalam pernikahannya. Apabila pasangan suami istri memandang pernikahan sebagai suatu hubungan yang berharga, maka mereka akan berupaya untuk tetap mempertahankannya. Pasutri cenderung menggunakan strategi manajemen konflik yang konstruktif, yaitu dengan cara positive problem solving, sebagai salah satu upaya yang harus dilakukan untuk memelihara pernikahan. Alur logika tersebut memperkuat pandangan mengenai adanya hubungan antara kualitas kelekatan pada pasangan dengan penggunaan strategi manajemen konflik dalam pernikahan.

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoretis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kualitas kelekatan pasangan suami istri dengan strategi manajemen konflik positive problem solving dalam pernikahan. Semakin tinggi kualitas kelekatan pasangan suami istri, semakin tinggi pula kecenderungan penggunaan strategi manajemen 39 konflik positive problem solving dalam pernikahan. Sebaliknya, semakin rendah kualitas kelekatan pasangan suami istri, semakin rendah pula kecenderungan penggunaan strategi manajemen konflik positive problem solving dalam pernikahan. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan atau relasi antara dua variabel. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara kualitas kelekatan pasutri dan strategi manajemen konflik positive problem solving dalam pernikahan.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Strategi manajemen konflik positive problem solving 2. Variabel bebas : Kualitas kelekatan pasutri

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Strategi Manajemen Konflik Positive Problem Solving dalam

Pernikahan Strategi manjemen konflik positive problem solving dalam pernikahan diartikan sebagai kecenderungan yang dimiliki oleh pasangan suami istri dalam menghadapi konflik yang terjadi dalam pernikahan dimana kecenderungan