54
BAB IV POLA KOMUNIKASI PEMASARAN FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA
DAN KESENIAN DI DIY SAAT INI
4.1. Visi, Misi dan Pemilihan Target Pasar Pariwisata DIY
Visi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah 2005-
2025 yaitu “Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Tekemuka di Asia
Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera”. Kemudian, semakin diperkuat oleh visi Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012-2025, yaitu “Terwujudnya
Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, Berkelas Dunia, Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Mampu
Mendorong Pembangunan Daerah Un tuk Kesejahteraan Masyarakat”.
Sedangkan Misi Dinas Pariwisata DIY dalam mencapai Visi yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Mewujudkan kualitas dan kuantitas Daya Tarik Wisata DIY dan
pendukungnya yang berdaya saing tinggi berdasarkan Sapta Pesona dan keterpaduan antara pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pemasaran Pariwisata DIY yang
didukung kapabilitaskredibilitas kapasitas SDM dan kelembagaan seluruh pemangku kepentingan kepariwisataan DIY.
Guna mencapai visinya, Dinas pariwisata DIY terus berkomitmen melaksanakan misinya dalam membagun sektor pariwisata baik berbentuk
55
destinasi, alam, budaya, maupun buatan manusia termasuk
event
. Selain peningkatan kuantitas dan kualitas Daya Tarik Wisata yang harus dilakukan, misi
utama lain yang harus ditingkatkan adalah kualitas dan kuantitas pemasaran dari semua produk wisata yang dimiliki agar tujuan menjadi Destinasi Wisata
Terkemuka di Asia Tenggara dapat terwujud. Pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY selama ini dilakukan
dengan mengikuti kegiatan berskala internasional secara langsung yang diadakan di negara lain maupun yang diadakan di Indonesia, serta melalui promosi
menggunakan berbagai macam media. Namun masih menemui beberapa kendala yang membuatnya belum optimal, baik berupa konten yang belum semenarik
produk-produk wisata negara lain, maupun persoalan SDM yang belum mumpuni khususnya penguasaan bahasa dari personal pegawai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemerintah melalui Dinas Pariwisata DIY, festival dan acara budaya atau
events
di Yogyakarta merupakan salah satu produk wisata DIY yang menjadi prioritas utama dikembangkan saat
ini. Namun dalam pemasarannya terutama dalam hal promosi belum ada pola atau struktur khusus untuk memasarkan produk berbentuk
events
. Dinas Pariwisata DIY dalam melakukan pemasaran dan promosi, produk wisata berupa
festival dan acara budaya atau kesenian masih digabungkan dengan produk wisata lainnya. Kepala Bagian Pemasaran Dinas Pariwisata DIY Bapak Imam Pratanadi,
menjelaskan mengenai produk berbentuk
events
yang dimiliki DIY, yaitu: “Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lebih dari 200 event yang
diselenggarakan setiap tahunnya, namun kita setidaknya memiliki 7 event berskala internasional. Berdasarkan intruksi dari gubernur dan analisis
internal, maka produk wisata berupa events ini kita jadikan sebagai prioritas utama untuk dijadikan daya tarik pengunjung wisatawan
mancanegara maupun nusantara. Hanya saja kita belum merumuskan pola
56
yang tepat seperti apa agar lebih tersistematis terutama bersinergi antar sektor pemerintah, pelaku event, dan semua masyarakat untuk memiliki
arah tujuan yang sama”. Dalam memasarkan pariwisata yang ada di DIY, Dinas Pariwisata
menyediakan informasi tentang produk-produk wisata yang dimiliki di website resminya yaitu visitingjogja.com. Termasuk produk berupa
event
ada dalam bentuk
kalender of events
setiap tahunnya, baik yang sudah terjadwal tempat dan waktu pelaksanaannya maupun yang belum. Selain melalui website resmi,
promosi juga dilakukan melalui media massa berupa koran dan majalah-majalah travel namun masih lebih kepada memperkenalkan Daya Tarik Wisata yang
dimiliki DIY dan masih dalam lingkup nasional. Dinas Pariwisata DIY juga sering mengundang media online dan para bloger dengan tujuan menyampaikan potensi-
potensi yang ada di DIY agar mereka menerbitkan di media yang dimilikinya. Menurut Bapak Imam Pratanadi, pemerintah mengupayakan efisiensi
anggaran sehingga ada keterbatasan dalam melakukan promosi secara besar- besaran, namun pihaknya tetap mengupayakan kreatifitas guna melakukan
promosi yang memadai tahun ini. “
Meski harus memperhatikan efisiensi anggaran, namun kita tetap berusaha mengikuti beberapa pameran berskala internasional sesuai kebutuhan. Kita
akan mengupayakan pemasaran menggunakan sell mission melalui kerjasama dengan biro perjalanan untuk menjual paket-paket perjalanan
wisata, berpromosi melalui media massa baik cetak maupun online dengan menggandeng beberapa majalah travel seperti majalah Travelounge dan
majalah maskapai penerbangan seperti Majalah Inflight Ga ruda dan Majalah Inflight Lion Air. Untuk tahun 2016 kita melakukan promosi
melalui TV Bandara Seokarno-Hatta periode Mei sampai November 2016
”.
Promosi dalam bentuk pameran yang diikuti di luar negeri maupun dalam negeri ada yang sifatnya memenuhi undangan Kementerian Pariwisata pusat, ada
juga yang memang kerjasama secara
Government to Government
antara
57
pemerintah DIY dengan negara tujuan. Promosi Pariwisata DIY juga ada yang dilakukan melalui penjualan
Business to Business
dengan melibatkan industri pariwisata terutama yang dikelola biro perjalanan. Pengusha biro perjalanan di
DIY melakukan kerjasama dengan biro perjalanan di negara lain untuk menjual paket-paket wisata yang dimiliki DIY. Komunitas event juga melakukan promosi
tersendiri dengan memperkuat kerjasama
community to community
antar sesama pelaku
event
internasional. Adanya kerjasama internasional antar komunitas, memudahkan bagi komunitas penyelenggara
event
berskala besar di DIY untuk mengikuti kegiatan di beberapa negara. Sebaliknya, pelaku
event
di negara lain relatif lebih mudah didatangkan ke DIY tanpa harus membayar biaya yang besar
karena ikatan komunitas antar sesama penyelenggara
event
internasional. Bapak Heri Pemad salah satu penyelenggara
event
internasional di DIY ArtJog menyatakan tidak sulit untuk mendatangkan wisatawan nusantara
maupun mancanegara pada suatu event besar, namun yang menjadi masalah adalah tempat yang belum representatif dan dukungan dari semua pihak termasuk
pemerintah masih sangat dibutuhkan komunitas pelaku event. “
Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan pelaku event dalam memprioritaskan pembangunan wisata pada sektor event, khususnya
menyediakan tempat yang representatif untuk suatu acara yang besar. Kita kewalahan dalam mencari panggung yang pas dengan didukung fasilitas
yang memadai. Terselenggaranya suatu event yang memiliki kualitas dan memberikan kesan baik juga dipengaruhi oleh tempatnya. Sehingga baik
jika ini diperhatikan oleh pemerintah
”.
Hal senada juga disampaikan penyelenggara event internasional lain yaitu Bapak Bambang Paningron Jogja International Street Performance, Java
International Festival, dan Asia Tri, yang menyatakan tempat yang representatif harus terus dioptimalkan didukung fasilitas yang dibutuhkan.
58
“
Ada event pesanan yang memang hampir semuanya dibiayai oleh pemerintah, ada juga event internasional di DIY yang dibuat secara
mandiri oleh pengelola dan komunitas. Nah keduanya harus menjadi perhatian lebih oleh pemerintah. Baik dari segi penyediaan tempat
penyelenggaraan yang baik maupun dari segi peningkatan kualitas dan keahlian para pelaku event. Termasuk menjamin biaya hidup dari
stakeholder pelaku event agar lebih profesional dan fakus dalam menciptakan produk-produk yang memuaskan pengunjung sehingga
pariwisata bisa hidup secara berkelanjuta n. Semua hal ini tidak cukup dibebankan kepada pelaku events, namun harus ada kerjasama yang baik
antar semua pihak terutama partisipasi pemerintah
”.
Dengan mengikuti banyak
event
besar di negara lain dan menampilkan beberapa seni dan budaya ciri khas DIY maka hal itu menarik minat pelaku dan
penikmat
event
untuk berkunjung ke Indonesia dan DIY. Hubungan baik yang dibangun antar pelaku
event
dapat menjadi faktor para pelaku
event
internasional dapat tampil di beberapa acara di DIY dan hal itu menambah daya tarik
penyelenggaraan kegiatan, yang tujuannya menghadirkan wisatawan lebih banyak.
Kepala Bidang Sumber Daya Manusia ASITA, Bapak Herry Rudyanto mengakui bahwa belum banyak hubungan kerjasama yang dilakukan antara
pihaknya dengan para pelaku
events.
“Sel
ama ini para anggota ASITA belum banyak mempromosikan atau membuat paket wisata untuk tujuan event karena memang tidak banyak
jalinan kerjasama yang dilakukan antara pihak komunitas event dengan pihak pelaku industri pariwisata. Events sangat menarik untuk dijual
menjadi paket wisata disamping produk wisata berbentuk destinasi lainnya. Kerjasama yang baik antar sektor pemerintah, pelaku industri pariwisata,
dan komunitas event akan membantu untuk membuat paket wisata ke DIY yang menarik minat wisatawan dengan disesuaikan dengan target pasar
”.
Pola strategi pemasaran yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY selama ini yaitu dimulai dengan penentuan target pasar, kemudian melakukan promosi.
Dalam mencapai tujuan visinya menjadi daerah tujuan wisata terkemuka di Asia
59
Tenggara, Dinas Pariwisata menargetkan wisatawan mancanegara sebagai prioritas utama dan ditambah dengan wisatawan nusantara. Penentuan target pasar
didasarkan pada statistik 10 besar jumlah wisatawan mancanegara berdasarkan asal negaranya. Berikut grafik 10 besar wisatawan mancanegara yang berkunjung
ke DIY pada tahun 2015 berdasarkan asal negara:
gambar di halaman berikut
Gambar 4.1: Grafik Peringkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DIY 2015. Sumber: Dinas Pariwisata DIY, 2016.
Dari grafik di atas, sebanyak 60,1 wisatawan mancanegara DIY berasal dari 10 negara, sedangkan sisanya sebanyak 39,9 berasal dari gabungan
berbagai negara lain yang pernah berkunjung ke DIY sepanjang tahun 2015. Berdasarkan grafik tersebut, maka terdapat sepuluh negara yang dapat dipilih
Dinas Pariwisata DIY sebagai negara target pasar pariwisata DIY untuk
melakukan promosi, yaitu Belanda 10,8, Jepang 9,6, Malaysia 9,1, Perancis 6,2, Singapura 6,0, Australia 5,4, Amerika Serikat
60
5,3, Korea Selatan 3,0, Republik Rakyat China 2,5, dan Italia 2,3.
Negara-negara di Asia yang dijadikan target pasar akan relatif lebih mudah karena memiliki kesamaan budaya, etnis, dan jarak lebih dekat. Sedangkan
negara-negara yang letaknya di benua Eropa, Amerika, dan Australia memiliki perbedaan budaya yang mencolok dengan Yogyakarta serta jarak yang cukup
jauh, sehingga tentu membutuhkan strategi berbeda dan biaya yang relatif lebih besar. Perbedaan latar belakang masing-masing negara menjadi pertimbangan
Dinas Pariwisata dalam menentukan target pasar wisatawan mancanegara dan pemilihan cara promosi produk wisata yang dimiliki ke negara tujuan. Dari total
10 negara target pasar, 5 negara penyumbang wisatawan mancanegara terbesar menjadi prioritas utama pemasaran pariwisata DIY.
Hal ini senada dengan penjelasan Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata DIY, Ibu Putu Kertiyasa, mengenai kebutuhan target pasar masing-masing negara.
“
Kita selalu mengupayakan mengenali setiap negara yang menjadi target pasar yang akan dipilih karena wisatawan di masing-masing negara
memiliki budaya, perilaku dan keinginan yang berbeda -beda. Ada fenomena dimana wisatawan suatu negara cenderung menyukai tempat-tempat
destinasi tertentu atau produk wisata tertentu yang difavoritkan. Misalnya wisatawan dari Eropa dan Amerika pada umumnya menyukai produk
wisata yang berhubungan dengan budaya atau peninggalan-peninggalan bersejarah, namun hal itu berbeda dengan wisatawan dari Asia Tenggara
misalnya Wisatawan dari Malaysia cenderung lebih menyukai belanja pakaian dan souvenir lainnya
”.
4.2. Promosi Festival dan Acara Budaya dan Kesenian