4 Dapat menggunakan teknologi informasi. 5 Dapat mengakses pasar dengan menggunakan e-commerce.
c. Tahap Pilot Project 1 Dapat mengakses pasar lokalnasional.
2 Dapat meningkatkan modal yang bersumber dari BUMNbank. 3 Mendapatkan HKI Hak Atas Kekayaan Intelektual.
d. Tahap Roll Out 1 Mencapai Break Even Point BEP dan dapat bersaing.
2 Tumbuh sesuai dengan Business Plan. 3 Siap mandiri secara komersial.
4 Mencapai peningkatan volume usaha, nilai tambah dan produktivitas usaha. 5 Mampu mengembangkan networking.
Pada dasarnya, BIT mempunyai peran yang cukup besar dalam mengembangkan tenant sehingga dapat berkembang lebih baik hingga tahap Roll
Out . Namun dalam pelaksanaannya tidak semua tenant yang dibina BIT dapat
berkembang hingga ke tahap Roll Out. Keberhasilan tersebut berkisar 80 saja dari jumlah tenant yang dibina. Kegagalan tenant yang dibina dalam
mengembangkan usahanya tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi tenant. Berdasarkan
pengalaman BIT,
terdapat beberapa
faktor yang
mempengaruhi kegagalan usaha tenant yang dapat diperingkat sebagai berikut 1 Pengusaha kurang gigih; 2 Prospek pasar kurang cerah; 3 Keterbatasan modal;
4 Keterbatasan kemampuan SDM; 5 Kurangnya networkingjaringan usaha; 6 Terputusnya hubungan dengan BIT; 7 Adanya barang subsitusi yang lebih
baik dan harga murah; 8 Persaingan pasar yang tidak sehat.
6. Jenis industri
Jenis industri yang dibina BIT beragam, yakni industri manufaktur, industri kreatif, agroindustri. Jenis industri binaan BIT berturut-turut dari yang paling
besar adalah sebagai berikut : a. Industri manufaktur 50 .
b. Industri kreatif 30 . c. Agroindustri 20 .
7. Dasar penetapan biaya pembinaan
Dasar penetapan biaya pembinaan oleh BIT yang dikenakan pada tenant, secara berturut-turut digambarkan sebagai berikut :
a. Besarnya fasilitas yang diterima tenant 5. b. Tidak dipungut biaya 70 .
c. Besarnya modal usaha tenant 10 . d. Kemapanan usaha 15 .
BIT memungut biaya kepada tenant terbilang murah, yaitu maksimum Rp. 500.000.- per bulan tergantung dari jenis dan banyaknya fasilitas yang digunakan
dan pelatihan yang diperoleh. Biaya yang ditetapkan umumnya digunakan untuk keperluan pembinaan tenant inwall antara lain sewa ruangan, biaya listrik, telepon
dan lainnya, biaya mengikuti pelatihan dan biaya untuk pameran. Biaya mengikuti pelatihan seringkali disubsidi oleh mitra yang memiliki program kerjasama
dengan BIT. Biaya-biaya yang dipungut dari tenant secara keseluruhan tidak cukup untuk membiayai pembinaan tenant. Selain merupakan komitmen dari BIT,
alasan lain yang mendasari tidak dipungutkecilnya biaya yang diwajibkan kepada tenant
adalah karena BIT merupakan lembaga pemerintah dan kondisi tenant yang memang tidakbelum mampu membayar sebagaimana yang diharapkan.
8. Hubungan dengan tenant
Tenant yang sudah keluar dari BIT, sebagian masih memiliki hubungan yang
baik dengan BIT dan sebagian lain tidak. Tenant yang tidak memiliki hubungan dengan BIT paska inkubasi umumnya disebabkan jarak dan lokasi yang memang
jauh, berpindah alamat, dan terputus komunikasi karena tidak ada monitoring. Jumlah tenant yang masih memiliki hubungan dengan BIT sampai saat ini sekitar
45 . Sementara itu, tenant yang masih mempunyai hubungan dengan BIT
umumnya berupa konsultasi bisnis, pemasaran, teknis dan manajemen, pemanfaatan teknologi informasi, kepemilikanpenyertaan modal dan networking.
Hubungan konsultasi bisnis dan networking merupakan hubungan yang paling banyak terjadi mengingat hubungan tersebut tidak mengikat dan bersifat sukarela.
Sementara hubungan lain yaitu pemasaran, teknis manajemen, dan kepemilikan relatif lebih mengikat. Berdasarkan hasil survei secara lebih rinci
dapat digambarkan hubungan antara BIT dengan tenant dengan peringkat sebagai berikut :
a. Konsultasi bisnis 11 tenant. b. Networking 8 tenant.
c. Pemasaran 2 tenant. d. Teknis manajemen 2 tenant.
e. Kepemilikan 2 tenant.
4.1.5 Aspek Monitoring