Aturan Profesionalisme Perencanaan dan program kerja

a. Wahana terkemuka dalam pengembangan wirausaha baru berbasis teknologi atau inovasi. b. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi UKM yang berbasis teknologi atau inovasi. c. Mitra terpercaya dalam mengelola jaringan kerjasama antara tenant, lembaga litbang, perguruan tinggi, lembaga keuangan dan dunia usaha. d. Pusat askes informasi ke lembaga litbang, jaringan profesional, teknologi dan investasi. Visi yang dibuat oleh BIT diatas sesuai dengan pendapat dari Helgeson 1996 dalam Salusu 1996, dimana BIT mempunyai visi akan menjadi pusat unggulan inkubasi teknologi untuk menciptakan wirausaha baru berbasis teknologi sudah didasarkan atas argumen yang rasional. Argumen yang rasional tersebut didasarkan adanya dukungan SDM, sarana dan prasarana serta pendanaan rutin untuk operasional yang dipunyai BIT cukup memadai sehingga lembaga ini mampu mewujudkan visi tersebut diatas. Selain itu misi yang yang kan dijalankan oleh BIT juga sudah sesuai dengan persyaratan sebuah misi, sesuai pendapat dari Helgeson 1996 dalam Salusu 1996. Yang membedakan misi dari BIT dengan lembaga lain yang sejenis dan menjadi ciri yang khas adalah penekanannya untuk menciptakan wirausaha yang berbasis teknologi.

2. Aturan

Aturan dalam setiap organisasi dibutuhkan untuk menciptakan para karyawan dan anggota yang tertib sesuai dangan peraturan yang telah disepakati. Kebanyakan organisasi yang tidak memiliki aturan, maka organisasi itu hancur, karena banyak karyawan atau anggotanya bertindak sesuka hati. Karena sebagian besar karyawan BIT adalah pegawai negeri PNS, maka aturan yang dipakai di lingkungan BIT adalah Undang-Undang Pegawai Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

3. Profesionalisme

Profesionalisme dalam berorganisasi atau pekerjaan sangatlah penting untuk mendapatkan hasil kerja yang baik dan sangat memuaskan. Jika tidak memiliki profesionalisme dalam suatu pekerjaan, maka hasilnya hampir dipastikan kurang maksimal atau kurang memuaskan bahkan bisa mengecewakan dan gagal. Hasil pengamatan di lapangan dan dari data-data yang didapat bahwa BIT sudah dikelola oleh sebuah tim yang bekerja penuh, mempunyai komitmen yang kuat dan profesional. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keberhasilan tenat 80 , walaupun SDM yang profesional yang ada di BIT masih sangat terbatas. Dan untuk meningkatkan SDM profesional dilakukan dengan mengikutsertakan pegawai BIT di berbagai pelatihan, selain itu juga dilakukan melakukan kerjasama dengan lembaga lain.

4. Perencanaan dan program kerja

Perencanaan dan program kerja yang dilakukan oleh BIT mengikuti sistem perencanaan kegiatan dan anggaran nasional, sesuai dengan Alur Mekanisme Pengelolaan Program BPPT yang mengacu pada proses penyusunan Rencana Kerja Pemerinrah RKP, Rencana Kerja KementerianLembaga Renja KL, Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga RKA-KL, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN seperti pada Gambar 9 di bawah ini. Setelah suatu program atau kegiatan mendapat anggaran dari Daftar Isian Penggunaan Anggaran DIPA disahkan maka kegiatan tersebut diharuskan untuk membuat pendetailan atau rincian kegiatan sebagai action plan sesuai dengan anggaran yang didapat yang dituangkan pada dokumen Program Manual. Penggunaan nomenklatur, istilah dan komponen-komponen dalam Program Manual disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan standar penamaan yang telah digunakan di instansi eksternal yang telah berlaku baik dari Kementerian Keuangan Kemenkeu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas, maupun Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Penggunaan Program Manual sebagai salah satu dokumen pengelolaan program BPPT telah diputuskan dan menjadi kebijakan yang harus dilaksanakan. Program Manual adalah dokumen acuan dan pegangan yang menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan program dan kegiatan mulai dari tujuan program program objectives, tingkat teknologi state of the art technology yang diambil, struktur rincian kerja work breakdown structures, organisasi fungsional program, perencanaan SDM man power planning, program master phasing plan, program scheduling, perencanaan anggaran financial planning dan sistem pelaporan sistem reporting. RPJM Nasional RENSTRA KL Prioritas Program dan Indikasi Pagu Pengumuman Rancangan Awal RKP Rancangan Akhir RKP Kebijakan Pemerintah Rancangan Renja KL Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran Pembahasan Pokok2 Kebijakan Fiskal dan RKP Pembahasan RKA-KL UU APBN Keppres tentang Rincian APBN Nota Keuangan RAPBN dan Lampiran Pagu Sementara RKA-KL Lampiran RAPBN Penelaahan Konsistensi dengan RKP Penelaahan Konsistensi dengan Prioritas Anggaran Rancangan Keppres ttg Rincian APBN Pengesahan Konsep Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran A D C B E Januari - April September - Desember Mei - Agustus DPR Kabinet Presiden Kement. Negara PPN Daerah Kement. Negara Keuangan Kement. Negara Lembaga Keppres Tentang RKP Pembahasan RAPBN Gambar 9 Proses Penyusunan RKP, Renja KL, RKA-KL, RAPBN, APBN BIT 2010 Program Manual di lingkungan BIT, diperlukan dalam rangka pengelolaan mulai dari penyusunan, perencanaan kegiatan, anggaran, sumberdaya dan pelaporan. Program Manual ini selanjutnya digunakan sebagai dokumen bagi pelaksana kegiatan dan sebagai bahan dalam monitoring dan evaluasi pada pertengahan maupun akhir kegiatan. Penyusunan Program Manual diberlakukan pada semua kegiatan di BIT baik Program Teknis maupun Program Dukungan Manajemen. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan oleh BIT merupakan kegiatan perekayasaan yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan sifat-sifat pada kegiatan di industri. Sedangkan program kerja BIT secara umum tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16 Program utama BIT tahun 2006 - 2010 No. Program I. Tahun 2006 1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi 2. Peningkatan kompetensi karyawan 3. Peningkatkan networking dan pendanaan inkubator II. Tahun 2007 1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi 2. Peningkatan kompetensi karyawan 3. Peningkatan networking dan pendanaan inkubator III. Tahun 2008 1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi 2. Peningkatan kompetensi karyawan 3. Peningkatan sarana dan prasarana IV. Tahun 2009 1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi 2. Sosialisasi Lembaga Intermediasi 3. Pembentukan Lembaga Intermediasi di 24 kota di Indonesia V. Tahun 2010 1. Pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi 2. Pengembangan Lembaga Intermediasi menjadi Pusat Inovasi di 24 kota di Indonesia 3. Penyusunan panduan pendirian inkubator teknologi di Indonesia Sumber: BIT, 2010

5. Sumberdaya manusia