terbiasa dengan perlakuan ini. Selain itu, guru dalam permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-
sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.
2.6 Metode Konvensional
Metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang terpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Jadi,
guru yang memegang peranan utama dalam menentukkan isi dan proses belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa Hamalik, 1991 dalam Azizah, 2006.
Sedangkan menurut Nurhadi dalam Azizah, 2006 metode konvensional terlihat pada proses siswa menerima informasi secara pasif, siswa belajar secara
individual, hadiahpenghargaan untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angkaraport saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa, dan
hasil belajar diukur hanya dengan tes. Dengan metode tersebut siswa terlihat kurang aktif dalam proses belajar.
Burrowes dalam Warpala, 2009 menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya
kepada situasi kehidupan nyata. Menurut BrooksBrooks dalam Warpala, 2009 penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan
pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Sumber belajar dalam metode konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh
dari buku dan dari penjelasan guru. Siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai
prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Pembelajaran konvensional memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik
tersebut antara lain: pembelajaran berpusat pada guru, terjadi passive learning, interaksi diantara siswa kurang, tidak ada kelompok-kelompok kooperatif,
penilaian bersifat sporadis, dan perhatian kepada masing-masing individu sangat kecil.
Ada beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran konvensional. Metode-metode pembelajaran tersebut biasanya digunakan secara
bersamaan untuk saling melengkapi dalam pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran tersebut adalah metode ceramah, latihan dan penugasan.
Metode caramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa
Sanjaya, 2008:145. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini disebabkan karena
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan dari guru atau siswa.
Metode ceramah sampai sekarang masih banyak digunakan oleh guru karena memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan metode ceramah antara lain
ceramah merupakan media yang murah dan mudah untuk dilakukan. Selain itu,
ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Dengan metode ceramah guru dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, artinya guru
dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditonjolkan. Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya kelas
merupakan tanggung jawab guru. Selain itu, organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Meskipun metode ceramah memiliki keunggulan-keunggulan seperti yang disebutkan di atas, metode ceramah juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut
Sanjaya 2008:146-147 kelemahan metode ceramah antara lain: materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan sebatas apa yang dikuasai guru,
ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme, dan ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan
terutama bagi guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik. Selain itu, melalui ceramah akan sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Metode penugasan adalah metode penyajian dimana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar Djamarah dan Zain, 2002:96. Metode penugasan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode penugasan antara lain: a lebih merangsang siswa dalam merangsang aktivitas individual ataupun kelompok, b dapat mengembangkan kemandirian
siswa di luar pengawasan guru, c dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa, dan d dapat mengembangkan kreativitas siswa. Sedangkan kekurangan
metode penugasan antara lain: a siswa sulit dikontrol apakah benar ia
mengerjakan tugas ataukah orang lain, b khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota
yang lainnya tidak berpartisipasi dengan baik, c tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa, serta d sering memberikan tugas
yang monoton tak bervariasi, dapat menimbulkan kebosanan siswa. Metode lain yang juga biasa diterapkan guru bersamaan dengan metode
ceramah dan penugasan adalah metode latihan. Metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu Djamarah
dan Zain, 2002:108. Kelebihan metode latihan antara lain: 1 untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat,
membuat alat, menggunakan alat-alat dan terampil menggunakan peralatan olah raga; 2 untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian,
menjumlah, pengurangan, pembagian, tanda-tanda simbol; 3 untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan
huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya; 4 pembentukan kebiasaan yang dilakukan menambah ketepatan serta kecepatan
pelaksanaan; 5 pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya; dan 6 pembentukan kebiasaan-kebiasaan
membuat gerakan yang kompleks, rumit menjadi lebih otomatis. Sedangkan kelemahan metode latihan menurut DjamarahZain 2002:108-109 antara lain:
1 menghambat bakat dan inisiatif siswa; 2 memberikan penyesuaian secara statis kepada lingkungan; 3 kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah, membosankan; 4
membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis; serta 5 dapat memberikan verbalisme.
2.7 Pengertian Akuntansi