2.4 Tinjauan tentang Metode Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Mutiasmoro, 2007. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan
asuh sehingga tercipta masyarakat belajar learning community. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari temannya.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru Suprijono, 2009:54. Menurut Junaidi 2009 dalam penelitiannya mengatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif merupakan
suatu metode yang mensyaratkan mahasiswa untuk belajar bersama dalam suatu kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas-tugas kelas maupun rumah mingguan
yang telah diskenariokan secara sistematis diawal perkuliahan. Dosen berperan sebagai director, motivator, facilitator, dan evaluator.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada siswa untuk belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun
dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari
siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang
berbeda latar belakangnya.
Sanjaya 2008:240 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokantim
kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan reward, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri. Ibrahim dalam
Setyaningsih, 2007 menyebutkan bahwa kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri: a siswa bekerja dalam
kelompoknya secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, b kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah, c jika dimungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda, dan d penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok dari pada individu. Roger dan Johnson dalam Suprijono, 2009 mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: Positive independence saling ketergantungan positif, Personal responsibility tanggungjawab perseorangan,
Face to face promotive interaction interaksi promotif, Interpersonal skill komunikasi antar anggota, dan Group processing pemrosesan kelompok.
Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Sintak model pembelajaran kooperatif FASE-FASE
PERILAKU GURU Fase 1: Present goal and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap
belajar Fase 2: Present information
Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal Face 3: Organize students into
learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam
tim-tim belajar Memberikan
penjelasan kepada
peserta didik tentang
tata cara pembentukan
tim belajar
dan membantu
kelompok melakukan
transisi yang efisien Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugas Fase 5: Test on the meterial
Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai
materi pembelajaran
atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition Memberikan
pengakuan atau
penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan presentasi individu maupun kelompok.
Sumber: Suprijono 2009: 65 Pada fase pertama, peranan guru dalam pembelajaran kooperatif adalah
menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar yang ingin dicapai dalam materi
pelajaran secara lisan dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang diajarkan dan memberikan informasi keuntungan dalam pembelajaran kooperatif
secara lisan http:mbegedut.blogspot.com diunduh pada 8 September 2011. Pada fase kedua, peranan guru adalah menyajikan materi. Guru
menyampaikan dan menyajikan materi yang dipelajari secara klasikal yang
terdapat di dalam lembar kegiatan siswa LKS. Dan siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan penjelasan guru apabila ada materi yang kurang dimengerti.
Bedanya dengan pengajaran biasa adalah dalam pembelajaran kooperatif penyampaian materi haruslah benar-benar terfokus pada unit-unit materi yang
dipelajari Slavin, 2010:144. Pada fase ketiga dan keempat, guru berperan mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok dan membimbing kelompok bekerja dan belajar. Adapun kegiatan-kegiatan dalam fase ini diantaranya adalah : membentuk
kelompok-kelompok kecil terdiri 4
terakhir yaitu guru memberikan penghargaan kepada tim yang berprestasi setelah menghitung skor kemajuan individual dan skor perkembangan tim.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif. Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah
menurut Ibrahim, dkk dalam Setyaningsih, 2007 antara lain: meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki
sikap terhadap materi dan sekolah, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,
perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil
belajar lebih tinggi, retensi lebih lama, serta meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
2.5 Metode Pembelajaran STAD