a. Uji normalitas
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan pada pengujian tahap akhir, diketahui bahwa data motivasi belajar dan data hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil pengujian tersebut ditunjukkan pada tabel 4.10 dan tabel 4.11 dalam penelitian ini.
b. Uji linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Pengujian pada SPSS dengan
menggunakan Test For Linieritas pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikan kurang dari 0,05
Priyatno, 2008:36. Hasil dari perhitungan dengan program SPSS V16 dengan menggunakan
Test For Linieritas pada taraf signifikan 0,05 disajikan dalam tabel 4.18 sebagai berikut.
Tabel 4.18 Hasil uji linearitas motivasi belajar dan hasil belajar
ANOVA Table
HASIL BELAJAR MOTIVASI Between Groups
Within Groups Total
Combined Linearity
Deviation from Linearity
Sum of Squares 2040.302
1.327E3 713.732
5038.889 7.079E3
Df 20
1 19
68 88
Mean Square 102.015
1.327E3 37.565
74.101 F
1.377 17.902
.507 Sig.
.165 .000
.951
Sumber: Data penelitian tahun 2011 diolah lampiran 50
Dari tabel 4.18 pada kolom linearity diketahui bahwa nilai sig sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara
variabel motivasi belajar dan variabel hasil belajar pada kelas eksperimen mempunyai hubungan yang linear.
c. Pengujian regresi linear sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear variabel independent X dengan variabel dependent Y. Dalam penelitian ini yang akan
diuji adalah pengaruh variabel motivasi belajar terhadap variabel hasil belajar pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement
Division STAD. Langkah pertama dalam analisis regresi linear sederhana adalah
menentukan persamaan regresi linear sederhana. Persamaan regresi dalam penelitian ini ditentukan dengan bantuan program SPSS V 16. Hasil dari analisis
tersebut disajikan dalam tabel 4.19 sebagai berikut. Tabel 4.19 Hasil analisis regresi linear sederhana
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 38.852
8.408 4.621
.000 MOTIVASI
.522 .117
.433 4.479
.000 a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Sumber: Data penelitian tahun 2011 diolah lampiran 51 Dari hasil perhitungan SPSS V 16 yang disajikan dalam baris
Unstandardized Coefisients dapat dirumuskan persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
apabila diperoleh sig. 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel motivasi belajar X tidak berpengaruh terhadap hasil belajar Y.Hasil pengujian tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut Tabel 4.20 Hasil uji pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar
ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
1326.570 1
1326.570 20.062
.000
a
Residual 5752.621
87 66.122
Total 7079.191
88 a. Predictors: Constant, MOTIVASI
b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Sumber: Data penelitian tahun 2011 diolah lampiran 51 Dari Tabel 4.20 dalam baris Sig. terlihat motivasi belajar mempunyai nilai
sig. 0,000. Karena model mempunyai nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa X
mempunyai pengaruh terhadap Y, hal ini berarti motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar.
Untuk melihat besar pengaruh variabel motivasi belajar terhadap hasil belajar dapat dilihat pada nilai r square dalam tabel model summary yang dapat
dilihat pada tabel 4.21 sebagai berikut. Tabel 4.21 Besar pengaruh variabel motivasi belajar terhadap hasil belajar
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.433
a
.187 .178
8.132 a. Predictors: Constant, MOTIVASI
b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Sumber: Data penelitian tahun 2011 diolah lampiran 51 Dari tabel 4.21 tersebut diketahui bahwa besar nilai r square adalah 0,187
atau 18,7. Hal ini berarti besar pengaruh variabel motivasi belajar terhadap hasil
belajar adalah sebesar 18,7. Sedangkan sisanya sebesar 81,3 dipengaruhi oleh varibel lain.
4.1.6 Hasil desain pretest dan post test control group Penelitian ini menggunakan Pre-test dan Post-test Control Group Design.
Desain ini menggunakan pre test dan sampel kontrol atau group kontrol. Perbedaanya adalah group kontrol yang didesain eksperimen ini, ekuivalen
dengan group tretmennya dengan cara randomisasi yaitu subyek yang dipilih secara random. Hasil desain Control Group Pretest Postest data motivasi belajar
dapat dilihat pada Tabel 4.22 berikut ini. Tabel 4.22 Desain Control Group Pretest Post test data motivasi belajar.
Group Rata-rata
pre test motivasi
Pemberian treatment Rata-rata
post test motivasi
Eksperimen 66,62
Metode pembelajaran STAD
73,40 Kontrol
67,27 70,14
Sumber: data primer yang diolah Sedangkan hasil desain group pre test dan post test data hasil belajar ditunjukkan
pada Tabel 4.23 berikut ini. Tabel 4.23 Desain Control Group Pretest Post test data hasil belajar.
Group Rata-rata pre test
hasil belajar P1 Pemberian treatment
T Rata-rata post test
hasil belajar P2 Eksperimen 62,4
Metode pembelajaran STAD
79,29 Kontrol
64,45 73,27
Sumber: data primer yang diolah
Tes untuk mengetahui hasil belajar awal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum eksperimen dimulai disebut pre test yang hasilnya adalah P1. Subyek
kemudian diberi treatment T berupa pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD. Setelah itu subyek diukur kembali hasil belajarnya P2
yang disebut post test. Dengan demikian efek pemberian pembelajaran dengan metode pembelajaan STAD adalah P2-P1.
Efek histori adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi antara periode sebelum pre test dan periode sesudah tes post test yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Selama eksperimen dilakukan, subyek mendapat treatment atau manipulasi. Akan tetapi peristiwa lain dapat terjadi selama pemberian treatment
tersebut. Selama periode pre test dan post test memungkinkan terjadi peristiwa lain yang disebut dengan histori yang dapat mempengaruhi nilai P2. Histori ini
misalnya subyek mengikuti les privat, subyek mengadakan belajar kelompok, sehingga pertambahan nilai belajar dapat terjadi karena akibat pemberian
pembelajaran STAD atau juga karena historinya. Sedangkan efek maturasi adalah efek waktu berlalu, maka hasil belajar subyek dapat meningkat tidak hanya kerena
pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD tetapi juga secara alamiah karena waktu. Dari hasil desain pre test-post test dapat diketahui efek
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 4.24 Efek total pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa Kelas
Pre test P1
Post test P2
Selisih P2-P1
Eksperimen 66,62
73,40 6,78
10,17 Kontrol
67,27 70,14
2,87 4,27
Efek total 3,91
5,90 Sumber: Data penelitian yang diolah
Sedangkan efek pembelajaran terhadap hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.
Tabel 4.25 Efek total pembelajaran terhadap hasil belajar siswa Kelas
Pre test Post test
Selisih Eksperimen
62,4 79,29
16,89 27,1
Kontrol 64,45
73,27 8,82
13,7 Efek total
8,07 13,4
Sumber: Data penelitian yang diolah Efek dari pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran Student Team
Achievement Division STAD terhadap motivasi belajar siswa sebesar 73,40- 66,62-70,14-67,27 = 3,91, sedangkan terhadap hasil belajar siswa adalah
sebesar 79,29-62,64-73,27-64,45 = 8,07. Efek dari histori dan maturasi yaitu sebesar 73,27-64,45 = 8,82 terdapat pada kelompok kontrol. Efek total setelah
treatment sebesar 79,29-62,64 = 16,89 terdapat pada kelompok eksperimen.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang berbeda, pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan uji beda t-test tidak terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar. Namun, setelah mendapat perlakuan yang berbeda yaitu pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division STAD
pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, pada kedua kelas sampel tersebut terdapat perbedaan motivasi belajar. Berdasarkan uji
statistik perbedaan rata-rata pada data motivasi belajar siswa setelah pemberian treatment diperoleh hasil ada perbedaan motivasi belajar antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan dengan metode
pembelajaran STAD memiliki rata-rata motivasi belajar sebesar 66,62 dan setelah pemberian pembelajaran dengan metode STAD rata-rata motivasi belajar
meningkat menjadi sebesar 73,40. Secara klasikal motivasi belajar kelas eksperimen meningkat dari yang semula memiliki tingkat motivasi yang cukup
tinggi setelah memperoleh pembelajaran dengan metode STAD siswa menjadi memiliki motivasi belajar yang tinggi pada pokok bahasan jurnal penyesuaian
perusahaan jasa. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata motivasi belajar sebelum pembelajaran sebesar 67,27 dan sesudah pembelajaran adalah sebesar
70,14. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan motivasi belajar dan peningkatan
motivasi belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan metode pembelajaran yang
berbeda dimana metode STAD yang diberikan di kelas eksperimen memberikan pengaruh positif yang lebih besar dibandingkan kelas dengan metode
konvensional. Hasil penelitian tersebut didukung teori yang dikemukakan oleh Ibrahim,
dkk 2003 bahwa salah satu manfaat pembelajaran kooperatif adalah motivasi