b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya, berdiskusi, dan lain-lain. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban
tersebut betul-betul cocok. e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi. Sedangkan menurut Suyitno 2004:37 langkah yang dapat ditempuh guru
dalam model pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut: a. Guru mengajarkan materi seperti biasa.
b. Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal. c. Guru memberikan 1 atau 2 soal yang harus dipecahkan siswa berdasarkan
persyaratan soal sebagai sebuah problem. d. Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan soal yang dipakai sebagai bahan
ajar dalam model pembelajaran pemecahan masalah.
2.3.3 Tujuan Pembelajaran Problem Solving
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dan manfaat model pembelajaran problem solving
menurut Usman 2006:131 adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan kemampuan peserta didik didalam memecahkan masalah- masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis dan analitis c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap pendapat orang lain serta sikap hati-
hati dalam mengemukakan pendapat. Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Hudojo 2005:125
tujuan dari model pembelajaran problem solving yaitu: a. Siswa mampu memahami proses masalah tersebut dan menjadi terampil dalam
memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. b. Melalui pemecahan masalah siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan
konsep2, teorema2, dan keterampilan yang telah dipelajari. c. Potensi intelektual siswa meningkat
2.3.4 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Pembelajaran Problem Solving
Pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor-faktor situasional misalnya pada stimulus yang menimbulkan masalah,
pada sifat-sifat masalah : sulit-mudah, baru-lama, penting-kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah faktor sosio-psikologis, misalnya:
a. Motivasi Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sedang motivasi yang tinggi
membatasi fleksibilitas. b. Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektivitas pemecahan masalh. Sikap yang defensive
misalnya kurang kepercayaan pada diri sendiri akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan dan mempersukar penyelesaian.
c. Kebiasaaan Kecenderungan untuk menyelesaikan pola berfikir tertnetu atau melihat
masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efesien.
d. Emosi Emosi mewarnai cara berpikir kita. Kita tidak pernah dapat berfikir betul-betul
obyektif. Sebagai manusia yag utuh kita tidak dapat mengesampingkan emosi Gulo, 2002:116.
2.3.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem Solving Menurut Djamarah dan Zain 2010:92-93 model pembelajaran problem
solving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. Kelebihan model pembelajaran problem solving
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyaluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
Kekurangan model pembelajaran problem solving : a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
masalah sendiri atau kelompok, yang kadang - kadang memerlukan berbagi sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi dengan cara: a. Guru harus pandai memilih masalah, misalnya masalah yang ada pada
kehidupan nyata siswa sendiri atau mengalaminya dalam kehidupan sehari- hari.
b. Guru harus pandai mengatur waktu dan tidak mengulang-ulang materi yang telah disampaikan sehingga pembelajaran pemecahan masalah ini tidak harus
mengambil waktu pelajaran lainnya. c. Membiasakan menggunakan pembelajaran pemecahan masalah pada
pembelajaran akuntansi dengan sarana dan fasilitas yang memadai serta waktu yang cukup sehingga dapat menghasilkan kualitas hasil belajar siswa yang
lebih baik.
2.4 Media Pembelajaran