Analisis data wawancara Metode Analisis Data

Keterangan: Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest posttest - pretest xd = deviasi masing-masing subjek d-My ∑xd² = jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel Dari t hitung dikonsultasikan dengan tabel dengan � = − dan taraf signifikan 5. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t hitung � − . Berdasarkan perhitungan uji t pada Lampiran 12 halaman 112 diperoleh nilai � = , dan � � = , . Karena nilai � � � maka H o ditolak, sehingga dapat disimpulkan jika terdapat perbedaan tingkat keterampilan berpikir ilmiah kelompok eksperimen sebelum dan sesudahn implementasi strategi pembelajaran berbasis HLT.

3.7.4 Analisis data wawancara

Hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang mewakili setiap tingkatan berpikir tinggi, sedang, dan rendah memiliki tujuan untuk mengetahui proses peningkatan berpikir ilmiah siswa untuk sebelum dan sesudah implementasi HLT. Proses wawancara diawali dengan meminta responden untuk menjelaskan alur berpikir ketika menyelesaikan soal pretest “n” misal. Setelah responden menjelaskan alur berpikir soal pretest “n”, maka kegiatan wawancara dilanjutkan dengan pemberian jawaban soal posttest. Dalam langkah ini responden kembali diberikan pertanyaan mengenai alasan jawaban dalam posttest tersebut. Proses wawancara ini dilakukan sampai didapatkan uraian mengenai alur berpikir responden untuk seluruh jawaban pretest dan posttest. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan wawancara terbuka dan dilakukan dengan face to face atau tatap muka. Dalam wawancara terbuka, belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga pewawancara lebih banyak mendengarkan apa yang diuraikan oleh responden Sugiyono, 2012:141. Melalui uraian jawaban responden, dapat diajukan berbagai pertanyaan yang lebih terarah untuk suatu tujuan, sehingga dapat bermuara pada jawaban yang lebih spesifik. Pengambilan responden dalam proses wawancara didasarkan pada perolehan nilai tertinggi dari selisih hasil pretest dan posttest. Semakin besar perolehan selisih hasil pretest dan posttest, maka semakin besar pula peningkatan keterampilan berpikir ilmiah melalui implementasi strategi pembelajaran berbasis HLT. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel yang akan diwawancarai untuk penelitian deskriptif, maka sampel minimum yang diperlukan adalah 10 dari populasi Gay Diehl, 1992: 146. Penentuan jumlah sampel dalam metode wawancara didasarkan pada jumlah seluruh siswa populasi dalam kelompok eksperimen yaitu 72 orang. Sedangkan dalam pengambilan sampel didasarkan pada 10 dari populasi, yaitu 7 siswa. Jumlah tujuh siswa adalah sampel minimum dalam melakukan proses wawancara untuk semua kelompok eksperimen dalam beberapa tingkatan rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini berarti setiap kelompok harus diambil 2-3 responden 7 siswa3 tingkatan agar jumlah minimum sampel dapat terpenuhi. Namun dalam penelitian ini pengambilan responden untuk setiap tingkatan rendah, sedang, dan tinggi diambil 4 responden sehingga total responden yang melakukan proses wawancara untuk kelompok eksperimen adalah 12 responden 4 responden 3 tingkatan. Pemilihan responden dengan jumlah 4 siswa setiap kelompok dimaksudkan untuk memperbesar peluang ditemukannya hasil yang berbeda sehingga deskripsi proses peningkatan berpikir ilmiah siswa semakin lebih mendalam dan menyeluruh.

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan

Implementasi alur belajar hipotetik atau Hypothetical Learning Trajectory HLT adalah sesuai dengan rancangan HLT yang dibuat pendidik guru. HLT terdiri dari rumusan tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, hipotesis jawaban siswa dalam memecahkan suatu permasalahan, serta bantuan atau klarifikasi dari guru. Berdasarkan skor jawaban pretest-posttest dan kegiatan wawancara telah diperoleh adanya peningkatan keterampilan berpikir ilmiah siswa setelah diimplementasikannya strategi pembelajaran berbasis HLT yang mencakup semua aspek berpikir ilmiah. Peningkatan tertinggi dicapai aspek statistika, disusul aspek matematika, dan aspek bahasa. Peningkatan keterampilan berpikir ilmiah siswa juga ditandai dengan peningkatan proses berpikir siswa dalam memecahkan suatu masalah. Siswa semakin memahami inti permasalahan; mampu merencanakan pemecahan masalah secara terstruktur dan rasional; mampu melaksanakan rencana pemecahan masalah yang dengan tepat, serta memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian masalah.