Sumber Daya Manusia Pelaksanaan Program Pelatihan Rajut

58

d. Sumber Daya Manusia

1 Pengelola Program Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama program Pelatihan Rajut berjalan, program ini memiliki dua orang pengelola, yaitu Heni Wardaturrohmah yang sekaligus menjabat sebagai ketua Rumah Pintar Mata Aksara, dan Siti Ardianti yang juga merupakan bendahara dan administrasi Rumah Pintar Mata Aksara. Sebagaimana yang dikatakan HW: “Pengelola di program ini ada dua, saya, dengan Mbak Dian yang juga beliau merangkap sebagai fasilitator juga.” Hal senada juga diungkapkan NI pada kesempatan yang berbeda, yaitu: “Pengelola di program ini ya istri saya, dengan Mbak Dian. Mbak Dian lebih memahami pengelolaan program ini karena memang sedari awal beliaulah yang lebih sering terjun di dalam kegiatan pengelolaan dan pembelajaran. Kalau istri saya terkadang ada acara kelembagaan lain di beberapa kesempatan.” SA yang memiliki peran ganda, yaitu sebagai pengelola dan fasilitator, mengungkapkan hal senada dengan yang disampaikan oleh HW, yaitu: “Ada dua, Mbak. Saya dengan Bu Heni. Saya lebih menekankan pengelolaan terhadap pengadaan alat dan bahan yang dibutuhkan oleh warga belajar dan koordinasi pertemuan. Sementara Bu Heni lebih fokus dalam menjalin mitra maupun penggalian informasi baru mengenai rajut.” Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan persiapan pembelajaran dan wawancara yang diperoleh peneliti dari tiga narasumber di atas, dapat disimpulkan bahwa Program Pelatihan Rajut dikelola oleh dua orang pengelola dari Rumah Pintar Mata Aksara, yaitu Heni Wardaturrohmah dan Siti Ardianti. 2 Fasilitator Program 59 Setiap program pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak terdapat pendidik di dalamnya. Dalam hal ini, pendidik yang ada di program Pelatihan Rajut disebut dengan fasilitator. Melalui proses pengamatan di lapangan, dalam program ini terdapat dua orang, yakni Siti Ardianti dan Raden Roro Arundina Narahyang Crownasinta. Sebagaimana yang dituturkan oleh HW, “Mbak Dian dengan Mbak Sinta, Mbak. Keduanya yang menjadi fasilitator di program ini. Tetapi pada dasarnya semua bisa menjadi fasilitator, ya.” Sejalan dengan yang disampaikan HW, SA menuturkan hal senada, yaitu: “Saya dengan Mbak Sinta. Tetapi sebetulnya siapapun bisa menjadi fasilitator, Mbak. Saling belajar satu sama lain.” Sedangkan NI berpendapat bahwa yang menjadi fasilitator program Pelatihan Rajut adalah seluruh warga belajar, seperti yang dituturkan di bawah ini: “Sebetulnya tidak ada perbedaan antara fasilitator dengan warga belajar, Mbak. Semuanya berada pada posisi yang sama, yaitu sama-sama belajar. Di program ini, kami menerapkan model tutor sebaya. Tetapi kalau yang sering menjadi sumber belajar yang barangkali disebut fasilitator memang Mbak Dian dan Bu Sinta.” Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan wawancara yang diperoleh peneliti dari tiga narasumber di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitator program pelatihan Rajut ada dua orang, yaitu Siti Ardianti dan Raden Roro Arundina Narahyang Crownasinta. Meskipun begitu, semua berkesempatan menjadi fasilitator, karena program Pelatihan Rajut menerapkan model tutor sebaya dalam kegiatan pembelajarannya. 60 3 Warga Belajar Warga belajar yang menjadi sasaran program Pelatihan Rajut tidak hanya warga sekitar Rumah Pintar Mata Aksara. Namun, semua kalangan dari berbagai daerah. Melalui pengamatan peneliti pada saat pembelajaran, warga belajar yang hadir setiap pertemuannya adalah 8-12 orang. Sedangkan dalam dokumetasi daftar hadir warga belajar yang dimiliki oleh Rumah Pintar Mata Aksara, warga belajar program Pelatihan Rajut yang sudah mencapai 80 orang. Keseluruhan warga belajar sangat beragam, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia, perempuan maupun laki- laki, warga kabupaten Sleman maupun dari luar daerah. Sebagaimana yang disampaikan oleh HW: “Sebetulnya semua kalangan, tidak membedakan umur, jenis kelamin, status, jabatan, pekerjaan, dan lain- lain. Semua kami rangkul, Mbak.” Penuturan HW juga dibenarkan oleh SA, lebih rinci lagi SA menyampaikan: “Semua, sih, Mbak. Bahkan ada yang sudah tua sekali, ada yang anak sekolah dasar, ada yang laki-laki juga, dan ada yang berkebutuhan khusus, dari daerah Sleman maupun luar Sleman, bahkan dari Klaten, kan, hehe. Alhamdulillah sudah banyak, Mbak, meski tidak semua bisa hadir setiap hari. 11 bulan ini sudah hampir 80.” Sejalan dengan yang dituturkan oleh SA, RR juga menyampaikan hal senada, yaitu: “Semua bisa ikut kok, Mbak. Hanya saja kebetulan yang aktif datang dari dulu hingga sekarang, ya, ibu-ibu, Mbak. Sudah banyak, sih, sekitar hampir 80 orang mungkin.” Berdasarkan hasil observasi terhadap kehadiran warga belajar pada tiap pertemuannya, kehadiran warga belajar adalah 8-12 orang. Sedangkan berdasarkan 61 hasil dokumentasi data warga belajar, dan wawancara dari tiga narasumber di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah warga belajar yang pernah mengikuti program Pelatihan Rajut adalah 80 orang, meskipun tidak semua dapat hadir. Semua lapisan masyarakat dapat menjadi warga belajar dalam program Pelatihan Rajut di Rumah Pintar Mata Aksara, tanpa ada batasan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status dan jabatan.

e. Materi Pembelajaran