88 penddidikan, buku dan sumber belajar,serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran. Data hasil penelitian yang diperoleh peneliti di lapangan menunjukkan media
pembelajaran yang terdapat pada program Pelatihan Rajut adalah buku, video, dan alat dan bahan, sedangkan fasilitas yang tersedia adalah tempat, waktu, buku, LCD,
komputerlaptop, permainan untuk anak ketika ibu merajut, alat dan bahan, dan sarana pelengkap lainnya seperti kamar mandi, mushola, dan wifi. Semua sarana dan
prasarana dalam kondisi baik, dan telah digunakan oleh pengelola, fasilitator, dan warga belajar secara optimal.
Melihat hasil penelitian yang diperoleh peneliti, yang kemudian dilakukan pembandingan terhadap teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat pada program Pelatihan Rajut dapat dikatakan baik, karena telah sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan dapat
mendukung proses pembelajaran program Pelatihan Rajut.
2. Penerapan Pendekatan Andragogi
a. Asumsi Pokok Pembelajaran Orang Dewasa
Andragogi pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi konsep diri, pengamalan, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Begitu pula dalam program
Pelatihan Rajut di Rumah Pintar Mata Aksara, pengelola dan fasilitator program menerapkan asumsi-asumsi belajar orang dewasa dalam proses pembelajarannya.
Berikut adalah uraiannya:
89
1 Konsep Diri
Orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak bergantung, lebih bersifat pada pengarahan diri. Oleh karena itu, seorang dewasa memerlukan
perlakuan yang sifatnya menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan. Mereka akan menolak apabila diperlakukan seperti anakanak, seperti diberi ceramah
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh. Orang dewasa akan menolak suatu situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri mereka sebagai
pribadi yang mandiri. Sujarwo 2013 menyampaikan mengenai konsep diri orang dewasa bahwa
warga belajar bukan bukan pribadi yang tergantung, melainkan telah masak secara psikologis. Hubungan warga belajar dengan fasilitator adalah saling membantu yang
timbal balik. Data hasil penelitian yang diperoleh peneliti di lapangan menunjukkan bahwa
pengelola dan fasilitator telah memiliki kompetensi mengenai konsep diri yang dimiliki oleh orang dewasa. Sehingga mereka dapat mengimplementasikan asumsi
tersebut ke dalam proses pembelajaran. Data lain yang ditemukan oleh peneliti demi memperoleh data yang akurat
adalah bahwa pengelola telah melakukan analisis kebutuhan terhadap warga belajar sebelum memutuskan untu menyelenggarakan program Pelatihan Rajut, dan
penciptaan iklim belajar dilakukan dengan cara menyambut dengan hangat kedatangan warga belajar, yang kemudian melakukan bincang-bincang ringan
90 mengenai hal-hal yang sedang ramai diperbincangkan, ataupun mengenai buku dan
anak-anak. Melihat hasil penelitian yang diperoleh peneliti, yang kemudian dilakukan
pembandingan terhadap teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan pengelola dan fasilitator telah memiliki pengetahuan mengenai konsep
diri yang dimiliki orang dewasa dalam hal ini warga belajar program Pelatihan Rajut dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penerapan analisis
kebutuhan dan penciptaan iklim belajar yang telah dilakukan oleh keduanya dalam proses pembelajaran program Pelatihan Rajut.
2 Kesiapan Belajar
Orang dewasa ingin belajar dan mempelajari bidang permasalahan yang menjadi permasalahan yang tengah mereka hadapi dan anggap relevan. Sehingga
dalam proses pembelajarannya, orang dewasa terlibat secara aktif mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Sujarwo 2013 mengungkapkan bahwa kesiapan belajar yang dimiliki orang dewasa sebagai warga belajar ikut menentukan apa yang mereka perlukan
berdasarkan pada persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka. Data hasil penelitian yang diperoleh peniliti di lapangan, menunjukkan bahwa
fasilitator telah memiliki pengetahuan mengenai kesiapan belajar yang dimiliki oleh warga belajar. Sehingga mereka dapat mengimplementasikan asumsi tersebut ke
dalam proses pembelajaran.
91 Data lain yang ditemukan oleh peneliti demi memperoleh data yang akurat
adalah bahwa fasilitator memberikan kesempatan kepada warga belajar dalam merencanakan kegiatan pembelajaran termasuk di dalamnya, tujuan mengikutoi
pembelajaran, tempat, waktu, dan materi apa saja yang akan dibahas dalam kegiatan. Sehingga akan lebih bermakna bagi warga belajar itu sendiri.
Melihat hasil penelitian yang diperoleh peneliti, yang kemudian dilakukan pembandingan terhadap teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa fasilitator telah memiliki pengetahuan mengenai kesiapan belajar yang dimiliki orang dewasa dalam hal ini warga belajar program Pelatihan Rajut
dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penerapan pemberian kesempatan kepada warga belajar untuk merencanakan tujuan, waktu, tempat, dan
materi yang diperlukan dalam pembelajaran program Pelatihan Rajut.
c Orientasi Belajar
Orientasi belajar pada orang dewasa lebih berpusat pada masalah, dan kurang memungkinkan berpusat pada subyek. Orang dewasa cenderung untuk mempunyai
perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Mereka terlibat dalam kegiatan belajar, sebagian besar karena adanya respon terhadap apa
yang dirasakan dalam kehidupannya sekarang. Oleh karena itu pendidikan bagi orang yang sudah dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan
kemampuannya dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi.
92 Sujarwo 2013 mengungkapkan bahwa orientasi belajar yang dimiliki orang
dewasa merupakan proses untuk penemuan masalah dan pemecahan masalah pada saat itu juga. Pendekatannya menggunakan problem centered learning.
Data hasil penelitian yang diperoleh peniliti di lapangan, menunjukkan bahwa fasilitator telah memiliki pengetahuan mengenai orientasi belajar yang dimiliki oleh
warga belajar. Sehingga mereka dapat mengimplementasikan asumsi tersebut ke dalam proses pembelajaran.
Data lain yang ditemukan oleh peneliti demi memperoleh data yang akurat adalah bahwa yang menjadi dasar dalam penentuan tema pembelajaran adalah
kebutuhan warga belajar akan sesuatu hal, maupun berdasarkan masalah yang sedang dihadapi. Sehingga dapat diperoleh manfaat dan penyelesaian yang diinginkan.
Melihat hasil penelitian yang diperoleh peneliti, yang kemudian dilakukan pembandingan terhadap teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa fasilitator telah memiliki kompetensi mengenai orientasi belajar yang dimiliki orang dewasa dalam hal ini warga belajar program Pelatihan Rajut
dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penerapan penentuan pembelajaran berdasarkan orientasi belajar yang dimiliki oleh warga belajar program
Pelatihan Rajut.
d Pengalaman
Orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam kegiatan belajar. Pengalaman yang dimiliki orang
dewasa menjadi konsekuensi dalam belajar. Orang dewasa mempunyai kesempatan
93 yang lebih untuk mengkontribusikan dalam proses belajar orang lain. Hal ini
disebabkan karena ia merupakan sumber belajar yang kaya. Sujarwo 2013 mengungkapkan bahwa pengalaman warga belajar orang
dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang kaya. Komunikasi yang terjadi adalah ulti komunikasi oleh semua warga belajar, warga belajar, maupun fasilitator.
Data hasil penelitian yang diperoleh peniliti di lapangan, menunjukkan bahwa fasilitator telah memiliki pengetahuan mengenai pengalaman yang dimiliki oleh
warga belajar. Sehingga mereka dapat mengimplementasikan asumsi tersebut ke dalam proses pembelajaran.
Data lain yang ditemukan oleh peneliti demi memperoleh data yang akurat adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan telah disesuaikan dengan pengalaman
yang dimiliki oleh masing-masing warga belajar. Melihat hasil penelitian yang diperoleh peneliti, yang kemudian dilakukan
pembandingan terhadap teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitator telah memiliki pengetahuan mengenai pengalaman
yang dimiliki orang dewasa dalam hal ini warga belajar program Pelatihan Rajut dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penerapan pembelajaran
dengan pengalaman yang telah dimiliki warga belajar program Pelatihan Rajut.
b. Metode Pembelajaran