Pengertian Pelatihan Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah

a. Pengertian Pelatihan

Santoso S. Hamijoyo dalam Sudjana2004 menyatakan,“pendidikan luar sekolah adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan secara terorganisasikan, terencana di luar sistem persekolahan, yang ditujukan kepada individu maupun kelompok, untuk meningkatkan kualitas hidupnya. ” Dalam hal ini, peningkatan kualitas individu dilakukan dengan membelajarkan individu agar terdapat perubahan tingkah laku, berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa definisi pendidikan luar sekolah menurut para ahli di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pendidikan luar sekolah adalah suatu usaha sistematis dan terorganisir, yang dilakukan di luar sistem persekolahan, yang berfungsi untuk memberikan bekal-bekal kehidupan bagi sumber daya yang berkualitas. Pendidikan luar sekolah dalam konteks pengembangan programnya berhubungan dengan pemecahan masalah yang dialami manusia, terutama masalah yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan, keterampilan, dan keahlian khusus yang tidak dapat ditemukan dalam konteks pendidikan persekolahan. 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional 2012: 14, mengelompokkan pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Penelitian ini akan memperdalam pendeskripsian informasi pada jenis pendidikan nonformal pendidikan pelatihan saja. Maka dari itu, mengenai pendidikan pelatihan akan dipaparkan lebih jauh di bawah ini. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 2012: 14 mencantumkan bahwa, “kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.” Lebih luas, Mustofa Kamil 2012: 10 mendefinisikan pelatihan sebagai “...bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar yang dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktek. ” Pelatihan diselenggarakan baik terkait dengan kebutuhan dunia kerja maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata “training” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah akar kata “training” adalah “train”, yang berarti: 1 memberi pelajaran dan praktek give teaching and practice, 2 menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki 14 cause to grow in a required direction, 3 persiapan preparation, dan 4 praktek practice. Dictionary of Education dalam Saleh Marzuki2012: 174-175, mengartikan pelatihan sebagai suatu pengajaran tertentu yang tujuannya telah ditentukan secara jelas, dapat diragakan, yang menghendaki peserta dan penilaian terhadap perbaikan untuk kerja peserta didik. Menurut Edwin Filipo dalam Mustofa Kamil2012: 3, “pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. ” Ivancevich dalam Marwansyah dan Mukaram 2000: 154 menyatakan bahwa “pelatihan adalah proses sistematis untuk mengubah perilaku karyawan, yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. ” Definisi lain disampaikan oleh Robinson dalam Moekijat 1993: 6, yang menyatakan bahwa “training adalah mencoba dengan berbagai pengajaran dan pengalaman untuk mengembangkan perilaku orang di bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mencapai standar yang diinginkan.” Sedangkan menurut William G. Scott dalam Sedarmayanti2010: 163 mendefinisikan ,“pelatihan sebagai suatu kegiatan lini dan staf yang tujuannya mengembangkan pemimpin untuk mencapai efektivitas pekerjaan seseorang yang lebih besar, hubungan antar pribadi dalam organisasi yang lebih baik dan penyesuaian pemimpin yang ditinggalkan kepada konteks seluruh lingkungannya. ” Keempat definisi di atas, tampak pelatihan hanya dilihat dalam hubungan dengan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Dalam kenyataannya, pelatihan tidak harus 15 selalu dalam kaitan dengan pekerjaan, atau tidak selalu diperuntukkan bagi pegawai. Berbeda dengan pendapat di atas, Henry Simamora 2004: 11 mengartikan pelatihan sebagai “...serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian- keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap individu. ” Sementara itu, menurut Robinson dalam Saleh Marzuki2012: 174, “pelatihan adalah pengajaran atau pembelajaran pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku pengetahuan, keterampilan, sikap agar mencapai sesuatu yang diinginkan. ” Definisi lain menurut Suprijanto 2012: 163, “pelatihan adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap dengan cara yang spesifik. ” Sedangkan Sudjana 2007: 196 menyebutkan pelaksanaan pembelajaran dalam pelatihan dilakukan melalui langkah- langkah, pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan, aspirasi, dan potensi peserta pelatihan, penetapan kontrak belajar, tes awal peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan tes akhir peserta pelatihan. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disampaikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah proses belajar mengajar dan latihan yang bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu sehingga terjadi perubahan pemahaman mengenai suatu hal dan terjadi perubahan tingkah laku seorang individu. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang melayani masyarakat untuk memperoleh keterampilan berupa pengetahuan, skill, dan sikap, yang berguna bagi kehidupannya di masyarakat. 16 1 Tujuan dan Manfaat Pelatihan Oemar Hamalik 2005: 16 mengatakan, “secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan dalam profesinya, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik.” Menurut Dale S Beach dalam Mustofa Kamil2012: 10 mengemukakan, “the objective of training is to achieve a hange in the behavios of those trained. ” Makna dari pernyataan tersebut yaitu, tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih. Sedangkan menurut Saleh Marzuki 2012: 174, tujuan pelatihan adalah untuk mengembangkan pola tingkah laku orang agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Pendapat lain disampaikan oleh Henry Simamora 2004: 16, yang mengelompokkan tujuan pelatihan kedalam lima bidang, yaitu: a Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. b Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan. c Membantu memecahkan permasalahan operasional. d Mempersiapkan karyawan untuk promosi. e Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai tujuan pelatihan, dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan itu tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan juga untuk mengembangkan minat dan bakat. Pelatihan dilaksanakan di berbagai lembaga pendidikan di masyarakat dengan harapan memetik manfaat daripadanya. Sementara itu, menurut Suprijanto 2007: 17 160, manfaat pelatihan adalah agar individu dapat memecahkan suatu permasalahan yang ada dalam pekerjaan melalui kompromi dengan pengembangan empati.Beberapa manfaat tersebut diantaranya sebagaimana dikemukakan oleh Richard B Johnson dalam Saleh Marzuki2012: 176: “1 menambah produktivitas, 2 memperbaiki kualitas kerja dan menaikkan semangat kerja, 3 mengembangkan keterampilan, pengetahuan, pengertian, dan sikap-sikap baru, 4 dapat memperbaiki cara penggunaan yang tepat mengenai alat-alat, mesin, proses, metode, dan lain-lain, 5 mengurangi pemborosan, kecelakaan, keteelambatan, kelalaian, biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang tidak diperlukan, 6 melaksanakan perubahan atau pembaruan kebijakan atau aturan-aturan baru, 7 memerangi kejenuhan atau keterlambatan dalam skill, teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal dan manajemen, dan lain-lain, 8 meningkatkan pengetahuan agar sesuai dengan standar performan sesuai dengan pekerjaannya, 9 mengembangkan, menempatkan, dan menyiapkan orang untuk maju, memperbaiki pendayagunaan tenaga kerja, dan meneruskan kepemimpinan, dan 10 menjamin ketahanan dan pertumbuhan perusahaan.” Berdasarkan pemaparan kedua ahli di atas mengenai manfaat pelatihan, dapat ditarik sebuah benang merah yaitu, bahwa pelatihan mendatangkan manfaat untuk memecahkan suatu permasalahan yang timbul dalam kehidupan di masyarakat maupun dunia pekerjaan dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-dikap terhadap pekerjaan, dan sikap-sikap yang tidak produktif timbul dari salah pengertian dan kurangnya informasi mengenai suatu hal pada individu. 2 Unsur-Unsur dalam Pelatihan Program pelatihan yang diselenggarakan pada satuan pendidikan luar sekolah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat mendukung keterlaksanaan suatu program pembelajaran. Adapun unsur-unsur pelatihan tersebut adalah sebagai berikut: 18 a Peserta Didik Peserta didik merupakan unsur utama dalam sebuah program pelatihan, karena peserta didik merupakan unsur yang erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan. Dalam program pendidikan luar sekolah, yang menjadi peserta didik disebut warga belajar. b Pendidik Pendidik atau instruktur memegang peranan yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih instruktur yang ahli di bidangnya, yang berkualifikasi profesional. c Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu di luar sumber daya manusia yang mendukung proses pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan program yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, sarana dan prasarana meliputi jadwal kegiatan, daftar presensi, media pembelajaran, metode pembelajaran, kurikulum, dan hal lain yang mendukung pelatihan. 3 Jenis-jenis Pelatihan JC Denyer dalam Mustofa Kamil 2012: 15, membedakan pelatihan atas empat macam, yaitu: a Pelatihan induksi, yaitu pelatihan perkenalan yang biasanya diberikan kepada pegawai baru dengan tidak memandang tingkatannya. b Pelatihan kerja, yaitu pelatihan yang diberikan kepada semua pegawai dengan maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas tertentu. c Pelatihan supervisor, yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisor atau pimpinan tingkat bawah. 19 d Pelatihan manajemen, yaitu pelatihan yang diberikan kepada manajemen atau untuk pemagang jabatan manajemen. e Pengembangan eksekutif, yaitu pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pejabat-pejabat pimpinan Macam-macam jenis pelatihan tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemecahan masalah yang timbul di lingkungan masyarakat maupun dunia kerja. Dengan banyaknya jenis pelatihan yang tersedia di masyarakat, menunjukkan bahwa pendidikan dapat merangkul seluruh lapisan masyarakat. Sehingga kualitas sumber daya masyarakat akan lebih berkembang dan memiliki kompetensi khusus yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Program Pelatihan Rajut