Pendekatan Andragogi dalam Pendidikan Orang Dewasa

24

b. Pendekatan Andragogi dalam Pendidikan Orang Dewasa

1 Pengertian Andragogi Andragogi berasal dari kata andros atau aner, yang berarti orang dewasa, dan agogos yang berarti memimpin. Jadi andragogi berarti memimpin orang dewasa.Menurut Knowles dalam Saleh Marzuki 2012: 185 mendefinisikan andragogi sebagai “...seni dan ilmu tentang mengajar orang dewasa atau yang biasa disebut the art and science of teaching adult. ” Sementara itu menurut Saleh Marzuki 2012: 186 sendiri, cenderung melihat bahwa andragogi merupakan proses bantuan terhadap orang dewasa agar dapat belajar secara maksimal. Lebih lanjut Knowles dalam Anisah Basleman 2011: 126, menegaskan bahwa pembelajaran orang dewasa akan berhasil dengan baik jika: “Melibatkan baik fisik maupun mental emosionalnya, karena itu, pelaksanaan pembelajaran yang bersifat andragogi sebaiknya mengikuti langkah-langkah; 1 menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa, 2 menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif, 3 mendiagnosa kebutuhan belajar, 4 merumuskan tujuan belajar 5 mengembangkan rancangan kegiatan belajar, 6 melaksanakan kegiatan belajar, 7 mendiagnosa kembali kebutuhan belajar evaluasi dan mereka diperlukan sebagai teman belajar bukan seperti kedudukan antara warga belajar dengan instruktur.” Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa andragogi merupakan seni dan ilmu tentang bagaimana membantu orang dewasa dalam belajar. Dalam hubungan ini, diyakini bahwa proses bantuannya berbeda dengan anak, karena karakteristik yang dimiliki keduanya sangat berbeda. 25 Sehingga, pelatihan untuk orang dewasa memerlukan strategi dan teknik yang berbeda dengan pelatihan pedagogis. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang berbeda berupa andragogi, yang meliputi keterlibatan peran serta peserta pelatihan, dan pengaturan lainnya yang menyangkut materi pelatihan, waktu penyelenggaraan, dan lain sebagainya. 2 Asumsi Belajar Orang Dewasa Menurut Knowles dalam Anisah Basleman 2011: 111, bahwa ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh andragogi dengan pedagogi. Andragogi pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi konsep diri, pengamalan, kesiapan belajar, dan orientaasi belajar. Perbedaan asumsi antara pedagogi dengan andragogi menurut Knowles dapat dilihat dalam tabel 2 berikut: Pedagogi Andragogi 1 Konsep diri: Anak ialah pribadi yang tergantung. Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan hubungan yang bersifat pengarahan. Konsep diri: Warga belajar bukan bukan pribadi yang tergantung, melainkan telah masak secara psikologis. Hubungan warga belajar dengan fasilitator adalah saling membantu yang timbal balik. 2 Pengalaman: Pengalaman pelajar masih sangat terbatas. Karena itu diniliai kecil dalam pembelajaran. Komunikasi yang terjadi adalah satu arah dari pendidik kepada pelajar. Pengalaman: Pengalaman warga belajar orang dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang kaya. Komunikasi yang terjadi adalah ulti komunikasi oleh semua warga belajar, warga belajar, maupun fasilitator. 26 3 Kesiapan Belajar Pendidik menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana dan kapan belajar. Kesiapan Belajar: Warga belajar ikut menentukan apa yang mereka perlukan berdasarkan pada persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka. 4 Orientasi Belajar: Persektif waktu dan orientasi terhadap belajar. Diajarkan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan di masa yang akan datang. Pendekatannya menggunakan subject centered. Orientasi Belajar: Belajar merupakan proses untuk penemuan masalah dan pemecahan masalah pada saat itu juga. Pendekatannya menggunakan problem centered learning. Sumber: Pembelajaran Orang Dewasa Sujarwo, 2013 Sujarwo 2013 menyatakan bahwa “...asumsi-asumsi di atas menimbulkan berbagai penerapan strategi pembelajaran, strategi pembelajaran orang dewasa lebih menekankan pada permasalahan yang dihadapi problem centered learning. ” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam proses belajar. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan dengan menjabarkan maksud dari asumsi di atas: a Konsep Diri Orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak bergantung, lebih bersifat pada pengarahan diri. Oleh karena itu, seorang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan. 27 Mereka akan menolak apabila diperlakukan seperti anakanak, seperti diberi ceramah apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh. Orang dewasa akan menolak suatu situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri mereka sebagai pribadi yang mandiri. Sehingga apabila orang dewasa dibawa ke dalam situasi belajar yang memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan, aka mereka akan melakukan proses belajar tersebut dengan penuh pelibatan dirinya secara mendalam. Dalam situasi seperti ini, orang dewasa telah mempunyai kemauan sendiri pengarahan diri untuk belajar. b Pengalaman Orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam kegiatan belajar. Pengalaman yang dimiliki orang dewasa menjadi konsekuensi dalam belajar. Orang dewasa mempunyai kesempatan yang lebih untuk mengkontribusikan dalam proses belajar orang lain. Hal ini disebabkan karena ia merupakan sumber belajar yang kaya.Orang dewasa mempunyai dasar pengalalman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman baru belajar sesuatu yang baru mempunyai kecenderungan mengambil makna dari pengalaman yang lama. Selain itu, orang dewasa juga telah mempunyai pola pikir dan kebiasaan yang pasti dan karenanya mereka cenderung kurang terbuka. c Kesiapan Belajar Orang dewasa ingin belajar dan mempelajari bidang permasalahan yang menjadi permasalahan yang tengah mereka hadapi dan anggap relevan. Sehingga 28 dalam proses pembelajarannya, orang dewasa terlibat secara aktif mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. d Orientasi Belajar Orientasi belajar pada orang dewasa lebih berpusat pada masalah, dan kurang memungkinkan berpusat pada subyek. Orang dewasa cenderung untuk mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Mereka terlibat dalam kegiatan belajar, sebagian besar karena adanya respon terhadap apa yang dirasakan dalam kehidupannya sekarang. Oleh karena itu pendidikan bagi orang yang sudah dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi. 3 Metode Pembelajaran Orang Dewasa Sujarwo 2013: 43 mendefinisikan “metode sebagai salah satu sub sistem dalam sistem pembelajaran, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. ” Metode pembelajaran dalam pembelajaran orang dewasa merupakan suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh fasilitator agar proses belajar pada warga belajar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam pembelajaran orang dewasa biasanya adalah metode diskusi dan demonstrasi. a Metode Diskusi Pengetahuan orang dewasa banyak diperoleh melalui partisipasinya dalam diskusi di lingkungan keluarga, masyarakat maupun tempat kerja. Diskusi biasanya bersifat spontan.Sujarwo 2012: 49 mendefinisikan metode diskusi sebagai “...mengemukakan pendapat dan gagasan dalam musyawarah untuk mencapai 29 mufakat. ” Sedangkan menurut Gulo dalam Suprijanto2012: 97, diskusi kelompok merupakan strategi belajar mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara warga belajar dengan fasilitator, dan warga belajar dengan warga belajar. Suprijanto 2012: 96 berpendapat bahwa diskusi merupakan alat yang paling efektif dalam pembelajaran orang dewasa, dengan syarat warga belajar tidak lebih dari sepuluh orang. Berikut adalah manfaat diskusi kelompok dalam pembelajaran orang dewasa menurut Suprijanto: 1 Diskusi memberikan kesempatan kepada setiap warga belajar untuk menyampaikan pendapatnya, dan mendorong individu untuk berpikir dan mengambil keputusan. 2 Diskusi cenderung membuat warga belajar lebih toleran dan berwawasan luas. 3 Diskusi mendorong warga belajar untuk mendengarkan dengan baik. 4 Memberikan alat pemersatu fakta dan pendapat anggota kelompok sehingga kesimpulan dapat diambil. Berdasarkan pemaparan para ahli di atas mengenai metode diskusi, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dalam pembelajaran orang dewasa menjadi sangat efektif digunakan karena komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh orang dewasa adalah dengan melakukan diskusi untuk memperoleh informasi. Orang dewasa dapat berpartisipasi aktif untuk menyumbangkan pemikiran dan gagasan dalam kegiatan diskusi. Dalam metode diskusi, komunikasi yang terjalin adalah banyak arah. Selain itu, banyak kebermanfaatan yang dapat dipetik oleh warga belajar melalui metode diskusi. b Metode Demonstrasi Suprijanto 2012: 143 mendefinisikan demonstrasi sebagai metode pembelajaran yang sering digunakan dalam bidang tertentu. Sedangkan Sujarwo 30 2013: 54 mendefinisikan “metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan oleh fasilitator untuk memperagakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan tertentu dengan menggunakan alat yang sesuai dengan yang sesungguhnya. ” Morgan, Flores, Bueno, dan Lapastora dalam Suprijanto 2012: 143 menyampaikan, manfaat dari metode demonstrasi yaitu: 1 Demonstrasi menarik dan menahan perhatian 2 Demonstrasi menghadirkan subyek dengan cara yang mudah dipahami. 3 Meyakinkan hal-hal yang meragukan untuk dilakukan. 4 Menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh. 5 Mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya. Berdasarkan pemaparan meengenai metode demonstrasi dalam pembelajaran orang dewasa di atas, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan pada pengajaran yang membeutuhkan contoh secara langsung, seperti pengajaran keterampilan, cara melakukan sesuatu, maupun untuk mengembangakan pengertian secara lebih nyata. Metode demonstrasi tidak selalu dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, namun hendaknya disesuaikan dengan situasi yang terjadi. 5 Prinsip-prinsip Andragogi Orang dewasa dalam belajar mengikuti prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan ciri-ciri psikologisnya. Prinsip belajar orang dewasa tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi. Menurut Saleh Marzuki 2012: 189, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Ciri-ciri fisilogis. Menurut prinsip ini, belajar akan efektif apabila orang dewasa berada dalam keadaan yang sehat, kondisi fisik produktif. 31 b. Konsep tentang harga diri. Dalam hal ini, belajar akan efektif apabila orang dewasa diberikan kepercayaan dengan melibatkan dirinya dalam penetapan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. c. Emosi. Dalam hubungan ini, belajar akan lebih efektif apabila orang dewasa diberikan kebebasan dengan dorongan dan rangsangan yang halus, kebebasan mengemukakan pendapat, dan pelayanan yang multi channel.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai penerapan pendekatan andragogi dalam program pelatihan ini bukan menjadi yang pertama dilakukan. Beberapa penelitian yang relevan akan disampaikan dengan tujuan dapat menjadi rujukan bagi peneliti untuk meneruskan maupun menemukan hal baru dari hasil penelitian. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliyana Megawati pada tahun 2013. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa Andragogi Pada Program Life Skill Di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Pati”. Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,observasi,dan dokumentasi. Subyek penelitian terdiri dari pengelola 7 orang, instruktur 3 orang dan warga belajar life skill komputer 3 orang di SKB Kabupaten Pati. Analisis yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: 1 profil SKB Pati merupakan UPT Disdik Kabupaten Pati, dalam membelajarkan masyarakat membuka 4 jenis program yaitu program PAUD, program kesetaraan, program kursus dan pelatihan serta program dikmas. 2 Pemahaman instruktur dalam