Analisis Sikap Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu terhadap Pengalaman Kerja Analisis Konsep Diri Positif terhadap Tingkat Pendidikan

Seperti halnya pemilik Melati Chatering, ia sangat memprioritaskan ketepatan waktu. Tepat waktu dalam membuat kue agar pelanggan tidak kecewa ketika mengambil pesanan tidak lagi menunggu. Pemilik juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bidang kuliner, seperti mengikuti perlombaan masak dan mengadakan kursus memasak. Kemudian juga dengan kondisi umur yang sudah cukup tua pemilik tetap enerjik, ia merasa senang melakukan pekerjaannya dan tidak mudah mengeluh.

4.27. Analisis Sikap Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu terhadap Faktor Umur

Faktor umur mempengaruhi sikap aktif dan enerjik namun tidak dengan sikap menghargai waktu. Faktor umur berkaitan dengan kemampuan seseorang bekerja masih produktif atau tidak. Umur yang muda masih memiliki semangat tinggi dan masih memiliki tenaga yang kuat untuk aktif dan enerjik dalam bekerja. Sementara menghargai waktu tidak memiliki kaitan diantaranya. Alasannya karena faktor umur tidak menjamin wirausaha tersebut bisa menghargai waktu atau tidak. Sikap ontime dan menghargai waktu harus muncul dari kesadaran diri orang tersebut bukan dari umurnya.

4.28. Analisis Sikap Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu terhadap Pengalaman Kerja

Melalui pengalaman kerja yang banyak seharusnya wirausaha sudah harus membiasa diri dengan ketiga sikap diatas yaitu sikap aktif, enerjik, dan Universitas Sumatera Utara menghargai waktu. Usaha yang sudah lama berjalan tentu membutuhkan banyak sikap-sikap positif yang mendukung dibelakangnya. Pemilik Melati Chatering sendiri dengan pengalaman kerja yang ia miliki dimana hampir 30 tahun menjalankan usaha kue basah tersebut, ia merasa ketiga sikap diatas bukanlah suatu paksaan lagi tetapi memang sudah dengan sendirinya tertanam dalam dirinya. Jika ketiga sikap tersebut tidak dijalankan dengan konsisten oleh pemilik Melati Chatering, tentulah sulit baginya untuk menjalankan usaha sampai saat ini.

4.30. Analisis Konsep Diri Positif terhadap Tingkat Pendidikan

Konsep diri positif yang harus dimiliki wirausaha seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penting bagi wirausaha untuk menerima segala kritikan yang ia dapat baik dari karyawan maupun pelanggan. Wirausaha yang memiliki konsep diri yang tahan terhadap kritik menganggap bahwa kritik akan berguna bagi diri atau usahanya. Wirausaha yang memiliki konsep diri negatif membenci orang-orang yang mengkritiknya, karena ia tidak terima ada yang cacat dalam diri maupun perbuatannya. Seseorang yang enggan menerima kritik tidak akan berkembang. Ia tidak mau mendengar pendapat orang lain yang dapat memajukan usahanya. Wirausaha maupun profesi lain jika memiliki sikap seperti ini tentu akan hancur perlahan. Universitas Sumatera Utara Konsep diri positif juga berkaitan dengan pujian. Wirausaha yang berkonsep diri positif menghargai setiap pujian namun tidak bangga terhadap hal tersebut. Cukup rasa senang ketika memperoleh suatu prestasi kerja, namun tidak berlebihan. Rasa bangga yang berlebihan dalam diri wirausaha akan menciptakan kesombongan dalam diri wirausaha tersebut. Kesombongan yang artinya selalu menganggap diri nya yang paling hebat dan kehebatan orang lain dianggapnya tidak lebih hebat dari kehebatan yang dimilikinya. Jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan pada dasarnya diantara keduanya tidak memiliki keterkaitan. Wirausaha dengan sikap yang telah dijelaskan diatas tidak harus memiliki latar belakang formal yang sangat tinggi untuk mengaplikasikan sikap-sikap tersebut.

4.31. Analisis Sikap Konsep Diri Positif terhadap Nilai Pribadi