Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 materi pembelajaran, partitur dan hasil pembelajaran peserta didik, serta ruang perpustakaan dengan buku-buku musik dan buku cerita bagi peserta didik maupun bagi tutor dan para instruktur. Semua itu didapatkan dari hasil perburuan Yulius Panon Pratomo pada penjual buku-buku bekas, acara pertunjukan musik maupun sumbangan dari para donatur. Studio Plaosan ini memiliki halaman yang cukup luas sehingga pembelajaran dapat dilakukan di luar ruangan. Setelah kegiatan pembelajaran musik selesai peserta didik dapat bermain dan beristirahat di halaman tersebut. Ketenangan dan keamanan di Sanggar Nafs-i-gira terjamin karena jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota, hal ini didukung lingkungan yang asri suasana pedesaan dipinggir persawahan dan sungai-sungai yang mengelilingi. Terkait dengan perkembangan sanggar, dalam usia tujuh tahun tersebut Sanggar Nafs-i-gira telah membina peserta didik dari berbagai macam latar belakang maupun dari berbagai macam kemampuan bermusik, dalam catatan tahun ajaran 20142015 berjumlah 24 peserta didik. Anak-anak Sanggar Nafs-i- gira rata-rata berusia 6 sampai 15 tahun atau dapat dikatakan jenjang SD sampai SMP. Namun demikian terkait dengan pelaksanaan pembelajaran musik di Sanggar Nafs-i-gira, tidak ada pengelompokkan usia secara khusus. Semua pembelajaran musik menjadi satu, hanya pendekatan dilakukan secara berbeda antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Hal tersebut diungkapkan oleh tutor Sanggar Nafs-i-gira bahwa masing-masing peserta didik secara pribadi berkembang dalam kekhasan dan potensi masing-masing. Mengingat praktik pengasuhan di setiap keluarga berbeda-beda, oleh sebab itu wajar apabila setiap 6 peserta didik juga memiliki pola perilaku yang berbeda, sehingga yang perlu dikembangkan adalah pendekatan, kemampuan saling menghargai, kerja sama dan berbagi melalui musik. Kehadiran Sanggar Nafs-i-gira mendapat dukungan dan apresiasi dari orang tua peserta didik. Harapannya selain anak-anak dapat bermain musik juga dapat bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Peran serta orang tua ini menjadi salah satu pendukung pembelajaran musik di Sanggar Nafs-i-gira. Kegiatan yang melibatkan peran serta orang tua peserta didik yaitu dengan diadakan pertemuan dan evaluasi pembelajaran yang rutin dilakukan per tiga bulan atau sering disebut dengan pertemuan triwulan. Pada pertemuan triwulan peserta didik wajib menampilkan hasil belajar di depan orang tua ataupun masyarakat lingkungan sekitar. Dampaknya, orang tua merasa lebih terlibat dan sebagai ajang kumpul bersama sehingga terjalin komunikasi dan kerja sama yang baik antara peserta didik, orang tua, instruktur dan tutor Sanggar Nafs-i-gira. Adapun prestasi dan keberhasilan yang telah diperoleh Sanggar Nafs-i-gira yaitu telah menjuarai berbagai macam perlombaan antara lain pada tahun 2012 dalam acara musik religi “Asyiknya Main Musik Gereja” meraih juara II, III, harapan III kategori instrumen solo, juara I dan II kategori ansambel dalam wilayah Gereja Katolik seKeuskupan Agung Semarang, diselenggarakan oleh Komunitas pemusik Akustik B01 di Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta. Selain itu, pada tahun 2014 acara lomba vokal grup antar Gereja sekabupaten Sleman dalam rangka perayaan Natal yang diselenggarakan oleh Pemkab Sleman, dengan lagu “Bintang Sang Raja” Sanggar Nafs-i-gira meraih juara III. 7 Wawancara pendahuluan dengan Yulius Panon Pratomo selaku tutor Sanggar Nafs-i-gira, menjelaskan bahwa sanggar tersebut ingin mewujudkan musik sebagai kemampuan milik semua orang, memberikan suasana bermusik yang mudah dan menyenangkan dan dapat dijadikan sebagai alat untuk berteman serta terlibat dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, agar pembelajaran musik dapat berjalan sesuai dengan hasil pembelajaran yang akan dicapai, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan akhir pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di Sanggar Nafs-i-gira, ditemukan bahwa tutor tidak memiliki latar belakang pendidikan musik, pembelajaran musik bagi peserta didik usia SD-SMP dan adanya pendekatan yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Dari beberapa penemuan inilah yang menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk menjadi suatu penelitian yaitu kegiatan pembelajaran musik yang dilakukan oleh tutor tersebut perlu dikaji secara mendalam terkait dengan strategi pembelajaran musik anak yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira Yogyakarta.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini difokuskan pada strategi pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira di Yogyakarta. Penelitian ini untuk mengetahui strategi pembelajaran musik anak yang digunakan oleh tutor, dan mengetahui tujuan, materi, metode serta media pembelajaran. 8

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan fokus masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengungkapkan dan mendeskripsikan strategi pembelajaran musik anak di Sanggar Nafs-i-gira. 2. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira. 3. Mendeskripsikan materi pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira. 4. Mendeskripsikan metode pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira. 5. Mendeskripsikan media pembelajaran yang digunakan di Sanggar Nafs-i-gira.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis diuraikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengembangan ilmu terhadap strategi pembelajaran musik anak pada program pendidikan non formal. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para tutor maupun pengajar dalam merancang strategi pembelajaran musik anak, sehingga pembelajaran musik semakin mudah dan menyenangkan. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dan menjadi alternatif strategi pembelajaran musik anak terutama pada lembaga- lembaga musik non formal yang berkembang di masyarakat. 9 b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan dan pembahasan lebih lanjut khususnya bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Pembelajaran

Proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya strategi pembelajaran itu sendiri. Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian strategi pembelajaran Uno, 2007: 1 antara lain. a. Dick dan Carey menjelaskan strategi pembelajaran terdiri dari atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. b. Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bagi Hamruni 2012: 3 strategi pembelajaran sebagai penyusun langkah- langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan belajar tertentu. Pendapat lain diutarakan oleh Majid 2013: 7 bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana pembelajaran yang berisi berbagai tahapan kegiatan belajar atau jenis latihan tertentu. Rencana dan rangkaian kegiatan pembelajaran tersebut digunakan agar memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 11 1. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Jenis-jenis strategi pembelajaran Majid, 2013: 11 yaitu: strategi pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tidak langsung, strategi pembelajaran interaktif, strategi pembelajaran melalui pengalaman dan strategi pembelajaran mandiri. Jenis tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Strategi Pembelajaran Langsung Strategi pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus agar dapat dipelajari selangkah demi selangkah untuk mengembangkan aktivitas belajar bagi peserta didik. Menurut Soekamto 1996: 2 bahwa dalam strategi pembelajaran langsung pengaturan materi serta bagaimana cara mengajarkannya ditentukan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan atau instruktur yang ditunjuk oleh tutor. Sebagai bagian dari strategi pembelajaran, metode merupakan cara-cara penyampaian materi pembelajaran yang digunakan oleh guru kepada peserta didik. Uno 2007: 65 menjelaskan bahwa dalam strategi pembelajaran langsung memiliki beberapa metode pembelajaran yaitu metode ceramah dan tanya jawab, demonstrasi atau praktikum, diskusi dan presentasi, simulasi, permainan, seminar, dan studi banding. Roy Killen dalam Trijata 2014: 26 menjelaskan pula bahwa strategi pembelajaran langsung merupakan sebutan dari istilah pembelajaran ekspositori. Dikatakan demikian bahwa pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dan menekankan pada penyampaian materi pembelajaran secara verbal atau pembelajaran dengan metode ceramah. Selain itu,