Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran

21 strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah yaitu strategi pembelajaran tidak langsung, strategi pembelajaran interaktif dan strategi belajar mandiri. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan kegiatan pembelajaran melalui pemberian masalah kepada peserta didik. Dalam hal ini peserta didik didorong untuk mengungkapkan, memecahkan suatu permasalahan serta menjawab pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran yang telah ditentukan. 4. Metode Simulasi Metode simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya, sehingga dalam metode ini peserta didik dapat memupuk keberanian, rasa percaya diri dan mengembangkan kreativitas. Menurut Sanjaya 2006: 159 mengutarakan bahwa cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip dan keterampilan tertentu. Sebagai contoh, gladi resik peserta didik bermain musik di atas panggung dengan dihadiri orang tua peserta didik untuk persiapan sebelum pementasan yang sebenarnya. Terkait dengan hal tersebut, metode simulasi ini dapat digunakan pada strategi pembelajaran interaktif dan strategi pembelajaran berbasis belajar melalui pengalaman. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode simulasi merupakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan situasi tiruan. Selain itu, peserta didik diajak untuk memeragakan proses dengan memahami suatu konsep dan memperoleh keterampilan tertentu sebelum menghadapi situasi yang sebenarnya. 22 5. Metode Drill Pembelajaran dengan menggunakan metode drill dapat dikatakan yakni berlatih membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode drill merupakan latihan yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari agar menjadi permanen dan dapat dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan Suryono,dkk. 1992: 112. Penerapan metode drill secara teratur, praktis, dan mudah dilakukan untuk membina peserta didik dalam meningkatkan penguasaan terhadap materi, dan meningkatkan keterampilan Roestiyah, 2001: 127. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode drill merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan berulang kali untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Dengan demikian, terkait dengan beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan untuk menjalankan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru. Metode pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara berceramah, menyajikan materi dengan berdemonstrasi, berdiskusi, simulasi dan metode drill.

E. Media Pembelajaran

Agar kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Bagi Uno 2007: 65 23 merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta didik. Menurut Sanjaya 2006: 172 macam-macam media pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Media auditif, yaitu media yang dapat didengar atau media yang hanya memiliki unsur suara yaitu radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara yaitu film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentu bahan cetak seperti media grafis. 3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang mengandung unsur suara dan mengandung unsur gambar yang dapat dilihat yaitu rekaman video, berbagai ukuran film, dan slide suara. Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian media pembelajaran Kosasih, 2014: 50 sebagai berikut: a. Berlach dan Ely mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. b. Heinich, dkk mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan dan mengandung maksud pembelajaran. c. Martin dan Brigs mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Hal ini dapat berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras. d. H. Malik mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 24 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk membantu menyampaikan informasi pembelajaran kepada peserta didik. Selain itu, alat tersebut digunakan agar dapat merangsang perhatian, menarik minat dan menambah ilmu pengetahuan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

F. Karakteristik Usia Anak dan Remaja

Setiap perilaku anak perlu untuk didasarkan pada prinsip-prinsip tentang tujuan yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pemahaman tentang karakteristik anak harus dipertimbangkan sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran tertentu. Adapun karakteristik anak menurut Rousseau Djaali, 2011: 25-26 terdapat lima tahap sebagai berikut: 1. Tahap perkembangan masa bayi sejak lahir – usia 2 tahun Tahap ini perkembangan pribadi didominasi perasaan senang ataupun tidak senang. Hasilnya setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh perasaannya. Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang akibat dari reaksi bayi dengan lingkungannya. 2. Tahap perkembangan masa kanak-kanak usia 2 tahun – usia 12 tahun Tahap ini perkembangan pribadi anak dimulai dengan semakin berkembangnya fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan. Dapat dikatakan bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini didominasi oleh pengamatannya. 25 3. Tahap perkembangan pada masa preadolesen usia 12 tahun – usia 15 tahun Tahap perkembangan ini fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Sunarto dan Hartono 2008: 104 mengutarakan bahwa pada masa ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan hipotesis sehingga dalam menyelesaikan masalah, remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik. Hal tersebut disebabkan adanya pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi pikirannya. Anak mulai kritis menanggapi sesuatu atau suatu ilmu pengetahuan dari orang lain. Dari segi kekuatan intelektual kuat dan energi fisik anak juga kuat, sedangkan kemauannya kurang keras dengan pikirannya yang berkembang. Selain itu, dalam masa ini anak mulai belajar menemukan tujuan serta keinginan yang sesuai baginya. 4. Tahap perkembangan pada masa adolesen usia 15 tahun – usia 20 tahun Tahap perkembangan ini orang mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral. Selain itu, mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan pribadi. Dengan berkembangnya keinginan dan emosi yang dominan, maka orang dalam masa ini sering mengalami keguncangan serta ketegangan dalam jiwa. Oleh karena itu, dengan kemauannya orang melatih diri untuk memilih keinginan yang akan direalisasi dalam tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga setelah masa ini diharapkan individu mulai mampu mengontrol diri sendiri dan mengembangkan diri kearah yang diinginkan. Pada umumnya dalam tahap perkembangan anak mempunyai suatu kecenderungan alamiah dalam berpikir, yaitu dengan memberi penekanan pada 26 salah satu dari dua belahan otaknya antara lain belahan kanan atau belahan kiri. Menurut Marianto 2011: 79 karya seni seperti musik klasik adalah sampel dari karya seni yang lebih didasarkan pada pendekatan rasionalitas dalam prosesnya dilakukan tahap demi tahap secara linear yang diolah melalui otak kiri. Dikatakan pula musik yang lebih berbasis rasa, feeling, intuisi dan visualisasi diproses oleh otak kanan. Adapun perbedaan karakteristik mengenai perkembangan otak kiri dan otak kanan menurut Marianto 2011: 80 akan diuraikan dalam tabel 1 berikut: Tabel 1 : Tendensi Otak Tendensi Otak Kiri Tendensi Otak Kanan Verbal, memfokus pada kata-kata, simbol-simbol, dan angka-angka. Visual, memfokus pada gambar-gambar dan pola-pola. Analitikal, dipandu oleh pikiran. Intuitif, dipandu oleh perasaan. Memproses ide-ide secara sekuensial, bergerak dari langkah yang satu ke langkah berikutnya secara linier dan berurutan. Memproses ide-ide secara simultan, melompat dan mengait-ngaitkan ide-ide dari konteks berbeda. Menggunakan kata-kata untuk mengingat benda-benda, hal-hal; lebih mengingat nama-nama daripada wajah- wajah. Memakai “foto-foto pikiran” untuk mengingat benda dan hal-hal, mencatat dengan memvisualisasikan sebagai ilustrasi. Membuat deduksi logis dari informasi. Membuat koneksi lateral dari informasi Membangun keseluruhan secara berurutan, langkah demi langkah, memfokus pada detail, informasi diorganisir. Mulai dengan melihat keseluruhannya, kemudian detailnya atau melihat dari keseluruhan dahulu kemudian dalam hal-hal khusus. Sangat terorganisir. Tujuan-tujuan pengorganisasian tidak terlalu diutamakan. Suka membuat daftar dan perencanaan. Asosiasi bebas. Cenderung mengikuti peraturan yang ada tanpa mempertanyakannya. Ingin mengetahui sesuatu dan melakukan sesuatu. Pandai mengatur waktu. Tidak memperdulikan waktu. Cakap dalam menghafal rumus dan mengeja. Sering kesukaran dalam mengeja dan menemukan kata-kata guna mengekspresikan diri. Menikmati tindakan mengobservasi. Menikmati tindakan menyentuh dan