Pengawasan pangan yang beredar di Jawa Tengah
RAD-PG Provinsi Jawa Tengah 2011-2015
39
Dari pengujian
sampel pangan
yang dilakukan
di laboratorium tersebut, terdapat parameter uji yang cenderung
meningkat jumlahnya.
Parameter uji
yang mengalami
peningkatan antara
lain penyalahgunaan
formalin, penyalahgunaan boraks serta penggunaan pemanis dan
pengawet yang melebihi batas maksimal yang diijinkan seperti yang
terlihat pada
gambar 20.
Kondisi ini
cukup memprihatinkan karena dimungkinkan kurangnya kepedulian
dan kesadaran pelaku usaha atau produsen serta kurangnya pembinaan dan pengawasan dari petugas pengawas pangan di
kabupatenkota setempat. Mendasarkan hal tersebut, kedepan akan dilakukan kegiatan pengawasan produk pangan dan
bahan berbahaya.
Gambar 20. Profil Jumlah Pangan Tidak Memenuhi Syarat Berdasar Parameter Uji
Sumber : Balai Besar POM Provinsi Jawa Tengah
Di samping itu Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah juga telah melakukan pengambilan sampel dan pengujian mutu
pangan terhadap komoditas beras movnas, beras cadangan pangan, beras BULOG Wonosobo, karak, ketela pohon, minyak
goreng Bogamas, susu dari peternak di Boyolali, jagung dalam bentuk: H1 panen, sekelan putih, sekelan kuning, jagung para-
para dengan hasil pada Tabel 5.
RAD-PG Provinsi Jawa Tengah 2011-2015
40
Tabel 5. Hasil
Pengujian
Mutu Pangan yang dilakukan Bidang Keamanan Pangan BKP Prov Jateng
No Komoditas yang Diuji
Hasil Ket
1 Beras Movnas dari gudang
Wonosobo Terdeteksi clorin 0,029 ppm
Tidak berbahaya
2 Beras cadangan pangan BKP
Prov Jateng Terdeteksi clorin 0,070 ppm
Tidak berbahaya
3 Beras Bulog Wonosobo
Terdeteksi:
Klorin Cl 0,045 ppm
Timbal pb 0,17 ppm
Tidak berbahaya
4 Karak
Terdeteksi :
Timbal pb = 1,0 mgkg
Tembaga Cu = 2,0 mgkg
Raksa Hg = 0,007 mgkg
Arsen As = 0,3 mgkg
Kapang = 4,0 kolonig
Tidak berbahaya
5 Ketela pohon
Terdeteksi: Timbal Pb = 0,1 mgkg
Tidak berbahaya
6 Minyak goreng Bogamas
Terdeteksi cemaran:
Tembaga 0,22 mgkg
Tidak berbahaya
7 Susu dari Peternak di
Boyolali Hasil analisa:
Berat jenis
:
1,027 Total Solid
:
10,25 – 10,80
Kadar Lemak: 3,9 Kadar Protein: 3,48
e. Angka kuman: 61,67 X
10
3
ml
= Tidak memenuhi
SNI No. 01- 3141-1998
tentang Mutu Susu
Segar
8 Jagung dalam bentuk:
- H1 panen
- Sekelan putih
- Sekelan kuning
- Jagung para-para
- Jagung H5
Tidak terdeteksi aflatoksin
Tidak berbahaya
Sumber: BKP Provinsi Jawa Tengah
Terkait dengan pengawasan bahan pangan asal hewan dilakukan pengawasan pada bahan pangan yang dicurigai
mengandung bahan berbahaya melalui pengambilan sampel produk hewani oleh Bapel Kesmavet. Selain melakukan
pengambilan sampel secara aktif, Bapel Kesmavet juga menerima pemeriksaan sampel secara pasif yang diajukan oleh
pemilik unit usaha produk hewani yang ingin memeriksakan produknya. Pengujian yang dilakukan adalah uji cemaran
mikroba, residu antibiotik, residu pestisida, cemaran logam berat, formalin dan sebagainya.
Pada tahun 2010 telah diperiksa sebanyak 3.750 sampel dari berbagai jenis produk pangan hewani dengan berbagai jenis
RAD-PG Provinsi Jawa Tengah 2011-2015
41
pengujian. Hampir semua sampel yang diperiksa menunjukan hasil negatif. Pada tahun-tahun selanjutnya jumlah sampel yang
diperiksa akan meningkat, mengingat jumlah dan jenis pangan hewani semakin meningkat dan beragam.
Sehubungan dengan
semakin merebaknya
peredaran produk pangan di pasaran dengan berbagai jenis diperlukan
sebuah fungsi pengawasan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produk pangan pada pasar tradisional dan pasar
modern yang memenuhi unsur keamanan, kenyamanan dan keselamatan bagi pemakai atau pengguna.
Fungsi pengawasan
ini sangat
diperlukan karena
kedudukan konsumen dan pelaku usaha tidak seimbang, dimana konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen
menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara
penjualan atau hal-hal lain yang merugikan. Sejalan dengan tujuan pemerintah untuk melindungi
kepentingan konsumen maka ditetapkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Upaya
pemberdayaan konsumen di antaranya melalui peningkatan kesadaran dan ketrampilan untuk melakukan pengawasan
barang-jasa beredar terutama barang-barang yang tidak memenuhi
standar. Pengawasan
yang dilakukan
oleh pemerintah adalah pengawasan pada sarana atau tempat
penjualan baik pada pasar tradisional, pasar modern maupun tempat-tempat lain yang dianggap perlu. Dalam kaitannya
dengan peredaran produk pangan, pengawasan distributor pangan ditujukan pada sarana penjualan dan produk pangan
yang menggunakan bahan berbahaya atau yang dilarang.
RAD-PG Provinsi Jawa Tengah 2011-2015
42