Pengertian Sapi Betina Produktif

Laporan Akhir KKP3SL-2015 11 Beberapa peneliti menyatakan bahwa ada interaksi antara kualitas pakan dengan tingkat agresifitas sapi. Sapi dengan pakan berkualitas tinggi umumnya lebih agresif dibandingkan dengan sapi yang mendapatkan pakan berkualitas rendah. Serangan penyakit cacing hati Faciola gigantica merupakan salah satu kelemahan sapi Bali terhadap parasit. Sehingga sangat merugikan, karena dapat menyerang jaringan hati, dan sering menyebabkan penyakit kronis dan mematikan Sweta, 1982. Selanjutnya serangan penyakit Jembrana, merupakan kelemahan lainnya dari sapi Bali, karena sapi Bali sangat rentan terhadap serangan penyakit Jembrana. Sekalipun penyebab penyakit Jembrana telah ditemukan, namun penyakit tersebut belum tuntas sampai saat ini, karena terhambatnya proses pembuatan vaksin, akibat dari sulitnya menumbuhkan virus Jembrana di luar tubuh sapi Hartiningsih, 2006. Penyakit lain yang juga rentan pada sapi Bali adalah penyaklit Ingusan, Bali ziekte dan diare. Rendahnya kemampuan sapi Bali mencerna bahan organik, juga merupakan salah satu kelemahan sapi Bali. Selain itu sapi Bali juga sulit hidup dengan baik jika berdampingan dengan domba.

2.4. Pengertian Sapi Betina Produktif

Menurut Undang Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan, bahwa yang dimaksud dengan sapi betina produktif adalah ternak sapi yang melahirkan kurang dari lima kali atau berumur di bawah delapan tahun. Undang Undang tersebut juga mengatur mengenai pelarangan terhadap pemotongan sapi betina produktif. Apabila hal tersebut dilanggar, maka ada sangsi dari yang paling ringan yaitu peringatan tertulis, sampai yang terberat yaitu paling sedikit Rp. 5.000.000 lima juta rupiah dan paling banyak 25.000.000 dua puluh lima juta rupiah. Ketentuan pelarangan tersebut tidak berlaku apabila ternak betina memiliki kondisi seperti berikut: 1 Berumur lebih dari delapan tahun atau sudah beranak lebih dari lima kali; 2 Tidak produktif majir dinyatakan oleh dokter hewan atau tenaga asisten control teknik reproduksi di bawah penyeliaan dokter hewan; 3 Mengalami kecelakaan yang berat; 4 Menderita cacat tubuh yang bersifat genetis dan dapat menurun pada keturunannya, sehingga tidak baik untuk ternak bibit; 5 Menderita penyakit menular yang menurut dokter hewan pemerintah harus dibunuh atau dipotong bersyarat guna memberantas dan mencegah penyebaran penyakitnya, Laporan Akhir KKP3SL-2015 12 atau menderita penyakit yang dapat mengancam jiwa ternak sapi tersebut; 6 Membahayakan keselamatan manusia tidak terkendali. Pelarangan pemotongan sapi betina produktif merupakan salah satu upaya untuk mencegah menurunnya populasi ternak sapi, yang dapat mengancam kelestarian sumber bibit sapi. Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi yang dihandalkan untuk memenuhi kebutuhan daging nasional, sehingga pelarangan terhadap pemotongan sapi betina produktif merupakan hal yang sangat penting. Terkait dengan hal tersebut maka pengetahuan pelaku tentang dampak pemotongan sapi betina produktif sangat dibutuhkan agar dapat mentaati pelarangan tersebut. Secara teoritis Bestable dalam Muchlisin 2013 menyatakan, bahwa pengetahuan adalah hasil dari ranah yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga. Pengertian lainnya tentang pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Ahli lain mengatakan pengetahuan adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang karena adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan tersebut meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, kaidah, dan pikiran Adlany, 2014. Lebih jauh Adlany 2014 juga mengemukakan bahwa dalam pengetahuan terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain: 1 Aspek yang diperoleh, yaitu pengetahuan yang mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemikiran, dan kaidah-kaidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi kehidupan; 2 Aspek realitas yang terus berubah. Sangat mungkin pengetahuan diasumsikan sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah, dan perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus fenomena yang beragam, kemudian ia membandingkan fenomena tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atas fenomena tersebut, selanjutnya menyiapkan diri untuk mendapatkan pengetahuan baru yang lebih global. Laporan Akhir KKP3SL-2015 13 Wikipedea 2014, secara lebih rinci dikemukakan tentang berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, seperti pendidikan, media dan informasi. Pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan seseorang karena pendidikan mampu mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok, serta pendidikan juga mampu mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selanjutnya peran media dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang terletak pada jangkauan media seperti televisi, radio, surat kabar yang demikian luas, serta peran media dalam mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa. Selanjutnya peran informasi dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang, terletak pada peran informasi sebagai sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Mengacu pada berbagai definisi tentang pengetahuan, maka pengetahuan pelaku pemotongan sapi betina produktif adalah sesuatu yang terdapat dalam pikiran atau jiwa seorang petenak sapi, yang berkaitan dengan adanya pemotongan sapi betina produktif sebagai bentuk interaksi seorang peternak dengan lingkungan sekitarnya.

2.5. Dampak Kondisi Ekonomi Peternak Sapi Betina Produktif.