Karakteristik Sapi Bali PENDAHULUAN

Laporan Akhir KKP3SL-2015 6 III. TNJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Sapi Bali

Sapi bali merupakan ternak asli Indonesia yang mempunyai masa depan ekonomi yang cerah a promising economic future dan telah tersebar di 26 Provinsi Gunawan, dkk., 2014. Merupakan domestikasi dari banteng Bibos banteng Syndicus Bos sondaikus yang telah terjadi sejak zaman prasejarah. Karakteristik sapi bali hampir sama dengan banteng Bos sondaikus . Perbedaannya hanya pada bentuk badan sapi bali yang lebih kecil dibandingkan dengan banteng. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari proses penjinakan, yang menyebabkan bentuk tubuh sapi bali, menjadi lebih kecil, dibandingkan banteng yang asli, yang kini masih banyak hidup liar di Taman Nasional Ujung Kulon, Baluran, dan Alas Purwo. Berat dan tinggi gumba sapi bali menjadi lebih rendah dibandingkan dengan banteng. Semula yang beratnya mencapai 900 kg per ekor menjadi hanya 700 kg per ekor. Demikian pula tinggi gumba yang semula 170 cm, menjadi hanya 145 cm pada sapi bali Prefer Sinaga, 1964; Oka, 1991 dalam Gunawan, dkk., 2004. Taksonomi sapi bali termasuk Ordo: Artiodactyla , Kelas: Ruminansia, Family: Bovidae , Genus: Bos dan Species: Javanicus Berata, 2008. Sapi Bali, yang sering disebut “ Balinese Cow ”, memiliki berbagai keunggulan, sangat menarik dan potensial untuk dikembangkan Suharto, 2006. Secara umum ciri sapi bali adalah: warna bulu kuning kemerah-merahan atau merah bata, pendek, halus dan licin sejak lahir. Memiliki bulu berwarna hitam pada pungung yang membentuk garis dari punggung hingga ke pangkal ekor, sehingga sering disebut garis punggung. Ciri yang paling khas adalah cermin atau mirror yaitu bulu berwarna putih pada pantat dan di bawah lutut. Warna putih pada lutut ke bawah, menyebabkan sapi bali sering disebut sapi yang sela lu menggunakan “kaos kaki”. Ciri lainnya adalah warna bulu telinga putih, bulu ekor hitam, moncong kehitam-hitaman, tidak berpunuk. Warna bulu sapi bali yang jantan, akan berubah dari merah bata sebelum dewasa Gambar 2.1 menjadi hitam, ketika sudah mulai dewasa kelamin, sekitar umur 12-18 bulan Gambar 2.2. Perubahan warna bulu tersebut terjadi secara perlahan, mulai dari kepala menuju ke pangkal ekor sampai pada Laporan Akhir KKP3SL-2015 7 akhirnya seluruh bulu berwarna hitam pekat, kecuali warna bulu bagian pantat, lutut ke bawah dan telinga. Gambar 2.1. Sapi Bali jantan berwarna merah bata sebelum dewasa kelamin Gambar 2.2. Sapi Bali jantan berwarna hitam setelah dewasa kelamin Warna hitam pada sapi jantan akan berubah kembali menjadi merah, secara perlahan mulai dari pangkal ekor menuju ke arah kepala, apabila sapi tersebut di kastrasi. Namun sekarang sangat jarang peternak melakukan kastrasi, karena nampaknya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Hal tersebut dapat dimengerti karena setelah dikastrasi, kemungkinan besar akan mengalami stress, sehingga mempengaruhi nafsu makan ternak, yang pada akhirnya akan berdampak pada laju pertumbuhan ternak. Dengan demikian nampak jelas bahwa perubahan warna bulu pada sapi bali jantan memiliki hubungan yang erat dengan sistem hormonal sapi bali, khususnya karena tidak diproduksinya hormon testosteron , hormon yang berhubungan dengan reproduksi ternak, yang dihasilkan oleh testis Haryana, 1989. Sedangkan warna merah bata sapi bali betina tidak mengalami perubahan warna konstan selama hidupnya. Warna tersebut merupakan warna standar sapi bali Oka, 2006, yang tidak akan pernah berubah sejak lahir sampai mati Gambar 2.3 2.4. Selanjutnya pemerintah dalam rangka pelestarian kemurnian sapi bali, menetapkan warna standar sapi bali antara lain Gunawan, dkk., 2004: 1 Warna putih pada kedua paha belakang; 2 Warna putih pada persendian loncat dari keempat kaki; 3 Garis hitam pada jalur garis punggung dan 4 Warna hitam di bagian ujung ekor. Pada kasus tertentu juga terdapat warna sapi bali yang tidak standar, antara lain: 1 Sapi Injin yaitu sapi baik jantan maupun betina sejak lahir, hingga dewasa berwarna hitam, dan sifat tersebut menurun secara dominan; 2 Sapi poleng , yaitu sapi yang lahir ada Laporan Akhir KKP3SL-2015 8 kelainan pada ekor dengan warna, bercak-bercak putih, juga menurun secara dominan; 3 Sapi cundang , yaitu sapi yang sejak lahir memiliki gugusan warna putih pada bagian muka, yang bersifat dominan; 4 Sapi putih albino sering disebut sapi bule , yaitu sapi yang lahir hingga dewasa berwarna putih albino, bersifat resesif; 5 Sapi gading , yaitu sapi yang sejak lahir hingga dewasa memiliki warna bulu dan kulit yang putih pada bagian moncongnya. Sifat-sifat sapi gading menurun secara resesif; 6 Sapi panjut , yaitu sapi yang sejak lahir, ujung bulu ekornya berwarna putih, namun sifat tersebut tidak menurun; dan 7 Sapi tul-tul yaitu sapi yang sejak lahir berwarna tul-tul atau abu-abu, dan sifat inipun juga tidak menurun. Gambar 2.3. Sapi Bali betina sebelum dewasa berwarna merah bata Gambar 2.4. Sapi Bali betina setelah dewas, tetap berwarna merah bata

2.2. Keunggulan Sapi Bali