Laporan Akhir KKP3SL-2015
31
IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Peternak Sapi Bibit
4.1.1.
Umur Peternak dan pengalaman beternak
Hasil penelitian menunjukan bahwa umur peternak berkisar antara 32-83 tahun, dengan rataan 52,48 tahun Tabel 4.1 dan Gambar 4.1. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peternak tergolong dalam usia produktif, sesuai dengan Undang- Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003 yang menetapkan penduduk usia produktif
adalah antara umur 15 – 64 tahun. Peternak yang masih dalam usia produktif pada
umumnya memiliki semangat untuk bekerja, sehingga memungkinkan untuk diberikan inovasi teknologi yang berkaitan dengan peternakan sapi bibit.
Tabel 4.1 Umur Peternak dan Pengalaman Beternak Sapi Bibit
Uraian N
Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
Umur tahun 90
32 83
52,48 11,108
Pengalaman Beternak Sapi Th
90 4
60 28,92
14,561 Pengalaman beternak sapi
bibit tahun 90
3 60
21,23 14,407
Tabel 4.1 juga menunjukan tentang pengalaman peternak dalam beternak sapi bibit yaitu berkisar antara tiga sampai 60 tahun, dengan rataan 28,92 tahun Tabel 4.1.
Pengalaman dapat menyebabkan peternak memiliki pandangan persepsi tertentu terhadap usaha ternak sapi bibit, yang diikuti oleh keinginan motivasi untuk
melanjutkan atau menghentikan usaha tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gerungan 1996 yang menyatakan bahwa, pengalaman pada dasarnya melalui proses
yang diawali oleh rangsangan-rangsangan dari luar, melalui alat-alat pengamatan, kemudian diteruskan kepada pusat-pusat tertentu di dalam otak, lalu menafsirkan
pengamatan tersebut.
4.1.2. Pendidikan Peternak
Pendidikan formal peternak cukup beragam yaitu dari tidak pernah sekolah sampai perguruan tinggi. Peternak yang memiliki pendidikan perguruan tinggi hanya
sebagian kecil yaitu sebanyak 3,3, sedangkan pendidikan yang paling banyak yaitu 33,3 adalah pendidikan SLTA Tabel 4.2. Pendidikan formal dapat meningkatkan
kemampuan peternak untuk berpikir lebih maju. Hal tersebut sesuai dengan hasil
Laporan Akhir KKP3SL-2015
32 penelitian Inggriati 2014, bahwa pendidikan formal pada peternak sapi bali
perbibitan dapat meningkatkan wawasan peternak, sehingga peternak menjadi lebih inovatif.
Tabel 4.2 Pendidikan Peternak Sapi Bibit di Bali
No Kabupaten
Pendidikan Peternak Total
Tidak Sekolah
SD SLTP
SLTA Perguruan
Tinggi 1 Badung
50,0 10,0
0,0 40,0
0,0 100,0
2 Bangli 10,0
20,0 20,0
30,0 20,0
100,0 3 Buleleng
0,0 60,0
30,0 10,0
0,0 100,0
4 Denpasar 10,0
40,0 40,0
10,0 0,0
100,0 5 Gianyar
10,0 60,0
0,0 30,0
0,0 100,0
6 Jembrana 0,0
20,0 20,0
50,0 10,0
100,0 7 Karangasem
40,0 30,0
10,0 20,0
0,0 100,0
8 Klungkung 20,0
0,0 20,0
60,0 0,0
100,0 9 Tabanan
0,0 40,0
10,0 50,0
0,0 100,0
BALI 15,6
31,1 16,7
33,3 3,3
100,0
4.1.3. Pengalaman Peternak Menjual Sapi Betina
Sebagian besar 98,9 peternak pernah menjual sapi betina, dan hanya 1,1 yang tidak pernah menjual sapi betina Tabel 4.3. Berdasarkan wawancara mendalam,
bahwa dalam menjual ternak sapi betina, disebabkan karena alas an ekonomi, terutama terkait dengan untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak sekolah, upacara
agama. Selain itu peternak juga cenderung menjual sapi betina yang dianggap majir, cacat, atau sudah tua sudah. Sapi betina yang dianggap majir oleh peternak apabila
sapi tersebut tidak birahi hingga umur lebih dari 2,5 tahun, atau sapi birahi dan dikawinkan berkali-kali, namun tetap bunting. Selain itu sapi betina juga dianggap
majir, walaupun sudah pernah melahirkan namun setelah dikawinkan kembali, juga tidak bunting. Alasan tersebut mungkin tidak sepenuhnya benar, karena kegagalan
kawin dapat disebabkan oleh berbagai factor, seperti wakti perkawinan yang kurang tepat, kualitas sperma yang kurang baik, seperti banyak kasus gagalnya Inseminasi
Buatan IB pada sapi, yang dialami banyak peternak. Hasil wawancara mendalam dengan peternak sapi di Kabupaten Klungkung mendapatkan bahwa lebih dari 60
sapi yang dikawinkan melalui IB mengalami kegagalan tidak bunting.
Laporan Akhir KKP3SL-2015
33 Tabel 4.3
Pengalaman Peternak dalam Menjual Sapi Betina
No Kabupaten
Pernah menjual sapi betina Tidak pernah
Pernah Total
1 Badung 0,0
100,0 100,0
2 Bangli 0,0
100,0 100,0
3 Buleleng 0,0
100,0 100,0
4 Denpasar 0,0
100,0 100,0
5 Gianyar 10,0
90,0 100,0
6 Jembrana 0,0
100,0 100,0
7 Karangasem 0,0
100,0 100,0
8 Klungkung 0,0
100,0 100,0
9 Tabanan 0,0
100,0 100,0
BALI 1,1
98,9 100,0
4.1.4. Pengalaman Peternak tentang Cara Terbaik Mendapatkan Sapi Bibit