Laporan Akhir KKP3SL-2015
16 Wiji Nurhayat 2012
dalam
detik.com 12 Nopember 2012 juga mengemukakan bahwa sebanyak 30 sapi betina produktif dipotong di Jakarta. Hal
tersebut dibenarkan oleh Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia APPHI alias Asosiasi Jagal Indonesia membenarkan isu soal pemotongan sapi betina
produktif. Sebanyak 30 dari 1.200 sapi betina produktif dipotong di DKI Jakarta. Selain itu, Abud juga mengatakan bahwa, kondisi lebih parah terjadi di Jawa Timur,
karena pemotongan sapi Jawa dan sapi Bali betina produktif mencapai 60. Sebelumnya Menurut Puslitbangnak 2011
dalam
Rochadi Tawaf, dkk 2013 melaporkan bahwa jumlah pemotongan sapi betina produktif setiap tahun diperkirakan
mencapai 150.000 –200.000 ekor.
Memperhatikan dan menyimak data hasil penelitian yang dilakukan para peneliti, menunjukan betapa tingginya tingkat pemotongan sapi betina produktif yang
dilakukan di Indonesia. Kondisi tersebut akan merugikan bangsa Indonesia sendiri. Tidak mengherankan jika program pemerintah tentang swasembada daging yang
dicanangkan sejak tahun 2005 hingga tahun 2014 tidak pernah berhasil. Persoalan tersebut, tentu tidak akan berhenti sampai di sana, karena dampak yang ditimbulkan
demikian luas, baik ekonomi maupun non ekonomi bagi bangsa Indonesia.
2.8. Faktor Penyebab Terjadinya Pemotongan Sapi Betina Produktif
Puskeswan Padang Panjang 2011 yang menyatakan bahwa adalah sebuah fakta, pemotongan sapi betina produktif paling sering terjadi pada pelaksanaan Qurban
setiap tahunnya. Pada tahun 2010 tercatat pemotongan hewan qurban di Kota Padang Panjang berjumlah 632 ekor dan 80 di antarnya adalah sapi betina produktif.
Sedangkan faktor eksternal peternak antara lain: a pertumbuhan sapi yang lambat; b sapi majir tidak mau birahibunting; c sapi sering sakit; d sapi cacat
fisik; e kesempatan karena harga sapi sedang mahal; dan f adanya dorongan pedagang sapi broker. Dua alasan eksternal terakhir kesempatan karena harga sapi
sedang mahal dan adanya dorongan pedagang sapi broker, nampaknya sangat berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan daging sapi di pasaran. Sejalan dengan
pernyataan Abud selaku ketua APPHI
dalam
detik.com 2012, bahwa meningkatnya kelangkaan daging sapi, untuk memenuhi kuota kebutuhan daging, mau tidak mau
pihak penyedia daging memotong sapi betina sebagai alternatif.
Laporan Akhir KKP3SL-2015
17 Alasan lain sebagai penyebab adanya pemotongan sapi betina produktif adalah
harga sapi betina yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga sapi jantan. Di lain pihak harga daging sapi baik jantan maupun betina relatif sama, sehingga untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, maka pengusaha daging sapi akan cenderung memotong sapi betina. Sejalan dengan Badan Litbang Pertanian 2011
yang menayatakan bahwa Pemotongan sapi betina produktif dilakukan karena ada berbagai penyebab dan alasan. Lebih jauh Badan Litbang Pertanian 2011
menyatakan bahwa biasanya pemotongan sapi betina banyak dilakukan oleh jagal yang skala usahanya kecil, dan dilakukan di TPH “tidak resmi”. Namun, tidak jarang dapat
dijumpai pemotongan yang dilakukan di RPH resmi. Bila ada pengawasan yang ketat di RPH, biasanya sapi dibuat cidera terlebih dahulu, misalnya dengan membuat
pincang atau buta. Dengan demikian alasan cacat fisik dapat dijadikan pembenar dalam pemotongan sapi betina produktif.
Selain itu Direktorat Jenderal Peternakan 2010 juga mengemukakan hal yang senada bahwa salah satu faktor penghambat laju pertumbuhan populasi adalah
terjadinya tindakan pemotongan sapi betina produktif yang semakin kurang terkendali. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidak seimbangan antara supplay dan demand sapi
potong dalam negeri serta adanya desakan kebutuhan ekonomi bagi peternak. Didukung oleh situasi pasar yang menjadikan harga sapi betina lebih murah dari sapi
jantan. Bahkan dapat diprediksikan bahwa kecenderungan penjualan sapi betina oleh peternak meningkat tajam ketika musim paceklik, mengingat pola beternak sapi adalah
sebagai investasi keluarga, belum sebagai komoditi bisnis. Menurunnya populasi ternak sapi betina di masyarakat juga sebagai akibat kurangnya animo masyarakat
memelihara sapi betina karena dianggap terlalu lama untuk menghasilkan.
2.9. Dampak Adanya Pemotongan Sapi Betina Produktif