Laporan Akhir KKP3SL-2015
13 Wikipedea 2014, secara lebih rinci dikemukakan tentang berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap pengetahuan, seperti pendidikan, media dan informasi. Pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan seseorang karena pendidikan mampu
mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok, serta pendidikan juga mampu mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selanjutnya peran
media dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang terletak pada jangkauan media seperti televisi, radio, surat kabar yang demikian luas, serta peran media dalam
mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa. Selanjutnya peran informasi dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang, terletak
pada peran informasi sebagai sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Mengacu pada berbagai definisi
tentang pengetahuan, maka pengetahuan pelaku pemotongan sapi betina produktif adalah sesuatu yang terdapat dalam pikiran atau jiwa seorang petenak sapi, yang
berkaitan dengan adanya pemotongan sapi betina produktif sebagai bentuk interaksi seorang peternak dengan lingkungan sekitarnya.
2.5. Dampak Kondisi Ekonomi Peternak Sapi Betina Produktif.
Kondisi ekonomi peternak dalam penelitian ini adalah bagaimana cara peternak untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kondisi keluarga seperti
kebutuhan akan pangan, sandang, rumah, dan untuk anak sekolah, dapat mendorong peternak untuk menjual komuditi yang dimilikinya, termasuk ternak sapi. Kebutuhan
yang mendesak dapat menyebabkab peternak harus menjual tenak sapinya, walaupun kondisi sapi tersebut sedang bunting atau masih produktif. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian Inggriati 2014 bahwa, faktor ekonomi keluarga berhubungan positif dengan perilaku peternak dalam menerapkan teknis dan manajemen produksi sapi bali
perbibitan. Hal tersebut berarti bahwa semakin banyak kebutuhan ekonomi keluarga, maka peternak akan beternak sapi semakin banyak dengan tujuan untuk sewaktu-
waktu dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.6. Kebijakan pemerintah tentang penyelamatan sapi betina produktive
Kebijakan pemerintah yang mendukung keberhasilan usaha ternak sapi bali perbibitan, seperti penyediaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi KUPS dan
Laporan Akhir KKP3SL-2015
14 penyelamatan betina produktif dengan cara memberikan insentif pada peternak sapi
sebesar Rp. 500.000,- per ekor sapi bunting milik petani, diharapkan dapat meningkatkan motivasi peternak dalam menjalankan usaha ternak sapi perbibitan
Ditjen Peternakan 2010. Semakin kuat motivasi peternak, akan semakin baik perilakunya seperti pengetahuan semakin meningkat, sikap semakin positif, dan
keterampilan semakin baik dalam menjalankan usaha ternak Herzberg dalam Sudrajat, 2008.
Perilaku yang semakin baik dalam mengusahakan peternakan sapi bali perbibitan, akan dapat mengurungkan niat peternak untuk menjual sapi betina yang
masih produktif, karena diyakini akan melahirkan anak sapi yang dapat dijual sebagai sumber pendapatan keluarga. Perilaku yang baik dalam beternak sapi bali perbibitan
di Bali, akan dapat meningkatkan populasi sapi bali, yang pada gilirannya dapat mendukung Program Percepatan Swasembada Daging Sapi PSDS.
Kebijakan tentang larangan pemotongan sapi betina produktif telah diatur dalam UU No. 182009 pasal 18 dan 86, yang pada dasarnya ditujukan bagi upaya
pengembangan peternakan sapi potong di dalam negeri. Dalam hal ini, program penyelamatan dan atau penjaringan betina produktif merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk tetap mencegah terjadinya pengurasan populasi sapi di dalam negeri. Hal tersebut menjadi sangat penting, mengingat salah satu kriteria penunjang
keberhasilan program swasembada daging adalah ketersediaan bibit sapi potong secara berkelanjutan. Namun upaya tersebut nampaknya belum berjalan dengan baik, karena
terbukti pemotongan sapi betina produktif demikian tinggi.
2.7. Tingkat Pemotongan Sapi Betina Produktif