Laporan Akhir KKP3SL-2015
40 pemotongan sapi betina productive sangat dipengaruhi oleh dukungan pemerintah.
Peternak semakin tidak setuju adanya pemotongan sapi betina produktif, apabila dukungan pemerintah semakin tinggi kepada peternak untuk mengembangkan usaha
peternakan sapi bibit. Namun permasalah di tingkat lapangan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dukungan pemerintah terhadap peternak dalam usaha
peternakan sapi bibit sangat rendah. Kemungkinan besar bahwa kondisi tersebut juga menjadi salah satu factor penyebab adanya pemotongan sapi betina productive yang
cukup tinggi di Bali. Oleh karena itu hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak yang berkaitan dengan masalah penyelamatan sapi betina
productive di Bali.
4.5. Penyebaran pemotongan sapi betina produktif di Bali.
Pemotongan sapi betina produktif terjadi di seluruh kabupaten di Bali, karena di setiap kabupatenkota di Bali memiliki Rumah Potong Hewan RPH dan atau
Tempat Pemotongan Hewan TPH. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah RPH di Bali adalah 10 buah, dua RPH diantaranya tidak berfungsi yaitu RPH Temesi
Gianyar dan RPH Seririt Buleleng. Sedangkan TPH di Bali sebanyak 17 buah dan terbanyak adalah di Kabupaten Badung mencapai 13 TPH Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Penyebaran RPH dan TPH di Bali tahun 2015
No Kabupaten
RPH Buah TPH Buah Keterangan
1 Buleleng
2 1 RPH tidak berfugsi
2 Jembrana
1 3
Tabanan 1
2 4
Badung 1
13 5
Gianyar 2
1 RPH tidak berfungsi 6
Klungkung 1
7 Bangli
2 8
Karangasem 1
9 Denpasar
1 Bali
10 17
Demikian banyaknya jumlah TPH di Kabupaten Badung menyebabkan peluang terjadinya pemotongan sapi betina produktif juga semakin tinggi. Peluang
tingginya pemotongan sapi di Kabupaten Badung dapat dipahami, karena Kabupaten Badung selain memiliki daerah tujuan wisata dunia seperti Kuta dan Nusa Dua, juga
Laporan Akhir KKP3SL-2015
41 sebagai salah satu kabupaten yang dekat dengan kota Denpasar sebagai ibu kota
Provinsi Bali. Sebagai sebuah ibu kota provinsi, maka pusat perkonomian akan berlokasi di daerah tersebut, yang menyebabkan tingginya kebutuhan akan daging
termasuk daging sapi. Hasil koleksi data dengan menggunakan Global Positioning Satelit GPS
menunjukan bahwa penyebaran Rumah Potong Hewan RPH dan Tempat Pemotongan hewan TPH adalah seperti Gambar 4.1. Dari Gambar 4.3 nampak bahwa
lokasi atau posisi RPH di setiap kabupatenkota di Bali, umumnya dekat dengan pusat pemerintah dan perekonomian. Kecuali untuk RPH di Kabupaten Buleleng, yang salah
satunya terletak di Kecamatan Seririt, relative jauh dari Kota Singaraja sebagai ibu Kota Kabupaten Buleleng. Selain itu Gambar 4.1 juga menunjukan bahwa Kabupaten
Bangli adalah satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki RPH namun kabupaten Bangli memiliki dua buah TPH.
Gambar 4.1. Lokasi RPH dan TPH di Bali Hasil pemantauan lapangan menunjukan bahwa, di Bali terdapat empat buah
RPH yang cukup modern dilihat dari segi peralatan. Keempat RPH tersebut antara lain: 1 RPH Pesanggaran; 2 RPH Mambal; 3 RPH Temesi dan 4 TPH Tabanan.
Namun RPH Tabanan dan RPH Temesi Gianyar hampir tidak difungsikan secara optimal. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari Dinas Peternakan Kabupaten
Laporan Akhir KKP3SL-2015
42 Tabanan, diketahui bahwa tidak berfungsinya RPH Tabanan, disebabkan oleh biaya
operasional RPH yang relative tinggi, sehingga tidak mampu ditanggung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan. Di lain pihak biaya yang dibebankan kepada
jagal untuk memotong sapi hanya sebesar Rp.12.500,- per ekor dan rata-rata pemotongan setiap hari berkisar antara 6-7 ekor. Sedangkan tidak berfungsinya RPH
Temesi Gianyar disebabkan terbatasnya sapi yang dipotong di Kabupaten Gianyar yang hanya rata-rata 10 ekor per hari, sehingga RPH tersebut menjadi tidak efektif
karena tidak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh RPH tersebut, yang mampu memotong sapi setiap mencapai lebih dari 40 ekor per hari. Kondisi tersebut
menyebabkan RPH Temesi hanya diopersionalkan saat hari raya Lebaran Haji yang hanya setahu sekali. Selanjutnya RPH Mambal Kabupaten Badung dan RPH
Pesanggaran Kota Denpasar berfungsi cukup efektif. Bahkan untuk RPH Mambal, pemotongan sapi dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan malam hari.
Jumlah pemotongan sapi di Kabupaten Badung, mencapai 25-30 ekor per hari. Ppemotongan sapi di RPH Pesanggaran Denpasar rata-rata juga mencapai 25-30 ekor
per hari, sehingga ke dua RPH tesebut dapat dinyatakan telah berfungsi dengan cukup optimal, sesuai denga kapasitas yang dimiliki.
4.6. Pelaku pemotongan sapi betina produktif di Bali.