5.4.2 Analisis faktor non fisik penyebab konversi lahan di tingkat desa Dalam menganalisa faktor-faktor penyebab konversi lahan pertanian di tingkat
desa berdasarkan variabel perubahan struktur mata pencaharian dan aksesibilitas akan di lakukan pada 5 lima desa dalam kecamatan Peusangan.
1. Variabel perubahan struktur mata pencaharian.
Variabel perubahan struktur mata pencaharian dirinci dari sektor pertanian dan non pertanian pada kurun waktu tertentu. Data yang
digunakan adalah data tenaga kerja per desa dalam setiap sektor pekerjaan. Sektor-sektor pekerjaan tersebut adalah petani, pedagang,
industry rumah tangga, pegawai negeri, buruhswasta dan pekerjaan lainnya. Analisa data dengan menghitung persentase perubahan mata
pencaharian masing-masing sektor sehingga didapat hasilnya seperti pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Persentase Perubahan Mata Pencaharian dari Sektor Pertanian ke Non Pertanian Akibat Perkembangan Kota
No Desa
Petani Pedagang
Industri Rumah
Tangga PNS
Buruh Swasta
Lainnya 1
Matang Sagoe -53.3
-78.0 800.0
348.9 24.2
212.5 2
Keude Matangglumpangdua
-100.0 987.0
787.5 1268.8 -13.5
133.3 3
Pante Gajah -100.0
-9.1 -100.0
933.3 32.9
32.6 4
Matang Glp II Mns Timu
-100.0 -82.4
914.3 350.0
15.4 1372.2
5 Matang Glp II Mns
Dayah -88.2
712.5 600.0
34.3 -46.9
1220.0
Sumber: Data Lapangan Setelah Diolah, 2010
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa persentase perubahan mata pencaharian terbesar adalah di Desa Matang Glp II Meunasah Timu
dan terendah di Matangglumpangdua. Sedangkan dilihat dari penurunan masyarakat yang mata pencaharian pertanian terjadi penurunan yang
cukup besar di Desa Matangglumpangdua, Desa Pante Gajah dan Desa Meunasah Timu yaitu masing-masing mencapai 100 selama kurun
waktu tahun 2000 hingga tahun 2010. Tingkat pengaruh variabel perubahan mata pencaharian terhadap konversi lahan pertanian di wilayah
penelitian dapat diketahui dengan analisa regresi yang merumuskan pengaruh antara variabel-variabel terikat dengan variabel bebas. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel persentase laju konversi lahan pertanian, sedangkan variabel bebasnya adalah
persentase perubahan mata pencaharian pertanian sehingga dapat dijabarkan input data dan hasil regresi seperti dijelaskan pada Tabel 5.7,
dan 5.8. Tabel 5.7 Input Data Analisis Luas Konversi Lahan
Berdasarkan Perubahan Mata Pencaharian
No Desa
Y X1
1 Matang Sagoe
13.43 -53.3
2 Keude Matangglumpangdua
100.00 -100.0
3 Pante Gajah
32.91 -100.0
4 Matang Glp II Mns Timu
94.38 -100.0
5 Matang Glp II Mns Dayah
9.81 -88.2
Sumber: Hasil Analisa, 2010
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Konversi Lahan Berdasarkan Perubahan Mata Pencaharian
Hasil Nilai
R - square 0.380
Signifikansi 0.269
Persamaan Y = -68.035 + 1.338 X2
Sumber: Hasil Analisa, 2010
Berdasarkan hasil analisa regresi linear dengan nilai alpha 5 diketahui bahwa perubahan mata pencaharian disektor pertanian tidak berpengaruh
terhadap luas konversi lahan pertanian di desa dalam wilayah penelitian, berdasarkan nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf nyata 5 0,269
0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada keterkaitan antara
perubahan mata pencaharian dengan pola konversi lahan pertanian di Kecamatan Peusangan. Hal ini dikarenakan sumber mata pencaharian
masyarakat di desa penelitian tidaklah seluruhnya tergantung kepada bidang usaha tani, baik pada masa sebelum terjadinya konversi lahan
maupun sesudah konversi lahan. Disamping bekerja sebagai petani mereka juga bekerja sebagai pedagang, industri rumah tangga dan buruh
atau tukang. Sebagian besar pemilik tanah pertanian meskipun sebagian sumber mata pencaharian mereka dari pertanian namun status mereka ada
yang menjadi pegawai negeri maupun swasta. Kesempatan bekerja sebagai pegawai negeri atau pedagang berkaitan dengan perluasan kota
yang cenderung membuka kesempatan kerja yang luas dibidang non
Universitas Sumatera Utara
pertanian. Isu perluasan kota menjadi pemacu sehingga semakin bertambah masyarakat yang sebelumnya bertani cenderung beralih ke
tukang dan buruh konstruksi karena banyaknya pembangunan pertokoan untuk perdagangan maupun untuk pemerintahan. Hasil wawancara
beberapa warga mengatakan mereka bisa memperoleh pendapatan dalam waktu relatif singkat dibandingkan dengan bekerja dalam bidang
pertanian yang memerlukan jangka waktu yang panjang untuk mendapatkan hasilnya.
2. Variabel aksesibilitas X2.