Dampak Negatif Program Pemberdayaan Perempuan melalui

79 Hal tersebut juga dikemukakan oleh “AT” selaku anggota dari kelompok emping bahwa: “Untuk sementara ini faktor penghambatnya hanya pada peserta pelatihan, karenakan anggotanya banyak tapi kuota saat pelatihan hanya 20 orang.” CL 9, 1672016, hal:130 Selain dari terbatasnya jumlah peserta pelatihan, cuaca kalau hujan yang menjadi faktor penentu dari kualitas empingnya juga sangat menjadi penghambatnya, serta tenaga yang tidak mencukupi. Hal tersebut diungkapkan oleh “AW” mengatakan bahwa: “Pada saat lebaran dan liburan permintaan emping ketela meningkat tetapi tenaga tidak mencukupi, cuaca kalau hujan.” CL 4, 2862016, hal:120 Hal serupa juga disampaikan oleh “SU” selaku anggota kelompok emping ketela yang mengatakan bahwa: “Cuaca kalau hujan yang menjadi penghambat besar pengusaha emping ketela, meskipun sudah ada pemanas ruangan tradisional tetapi rasa dari empingnya sendiri berbeda pada saat dijemur dengan panas matahari.” CL 6, 1162016, hal:124 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela adalah terbatasnya jumlah peserta pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dan Dinas PERINDAKOP. Selain itu, faktor tenaga yang tidak mencukupi apabila permintaan konsumen meningkat pada saat lebaran dan liburan, 80 serta cuaca kalau hujan karena para pengrajin emping ketela tidak bisa menjemur olahan empingnya meskipun ada pemanas ruangan, tetapi cita rasa dari empingnya sangat berbeda pada saat dijemur dengan panas matahari. Sehingga faktor produksi menjadi terhambat dan emping ketela belum bisa didistribusikan.

C. Pembahasan

Pembahasan dari data penelitian yang telah peneliti dapatkan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi mengenai penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang yaitu :

1. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui

Aktivitas Wirausaha Emping Ketela Menurut Totok dan Poerwoko 2012:100, pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat, dengan atau tanpa dukungan pihak luar, untuk memperbaiki kehidupannya yang berbasis kepada daya mereka sendiri, melalui upaya optimasi daya serta peningkatan posisi-tawar yang dimiliki. Menurut Kindervatter dalam Anwar, 2007:77 mengatakan bahwa: “pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat”. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan tujuan agar