62
7. Fasilitas Kelompok Telo Mulyo
Fasilitas yang dimiliki kelompok emping ketela yaitu; kompor, panci besar, ember, baskom, mesin penggilingan, deklit, soblok, plastik, dan
alat penumbuk.
8. Pendanaan
Sumber dana kelompok emping ketela Telo Mulyo berasal dari dana pribadi, tetapi ada beberapa peralatan bantuan dari pemerintah. Dana
tersebut digunakan untuk keperluan proses pembuatan emping ketela, pengelolaan dana dikelola oleh bendahara kelompok dan dana pribadi
dikelola masing-masing pengrajin.
B. Data Hasil Penelitian
Pemberdayaan perempuan yaitu usaha sadar bagi perempuan yang tidak berdaya bisa mendapatkan kontrol yang lebih banyak terhadap
kondisi atau keadaan dalam hidupnya serta perempuan dapat berdaya dan mampu memandirikan kehidupannya dan mampu menguasai keputusan
yang berkaitan dengan kehidupannya. Dinamika kelompok yang terjadi dalam kelompok pengusaha
emping ketela dapat dilihat melalui data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
1. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui
Aktivitas Wirausaha Emping Ketela
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan data bahwa penyelenggaraan
program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping
63 ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul meliputi tiga tahap
yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela juga telah
menghasilkan produk emping ketela yang menjadi ciri khas Bantulkarang yang kemudian dipasarkan kepada konsumen. Berikut ini
akan diuraikan mengenai latar belakang serta tahapan-tahapan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela.
a. Awal Terbentuknya Aktivitas Wirausaha Emping Ketela
Kelompok Emping Ketela Telo Mulyo merupakan program dari pemberdayaan perempuan atas saran dari pemerintah, meskipun
pembentukannya hasil dari gagasan pengrajin emping ketela sendiri. Perempuan dalam kelompok ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang
memiliki waktu luang dan perempuan lanjut usia yang memang masih produktif. Anggota maupun pengurus tidak direkrut secara
ketat, hanya bagi siapa saja yang ingin masuk dalam kelompok ini adalah pengrajin emping ketela. Selanjutnya anggota dalam
kelompok ini diberikan pelatihan dan pendampingan agar dapat mengembangkan produk emping ketela. Berdasarkan keterangan
yang diperoleh peneliti, Ibu “BY” menyatakan bahwa awalnya karena para pengrajin emping ketela ingin mencari bantuan berupa
alat-alat dan modal untuk pembuatan emping ketela, namun syaratnya harus mempunyai kelompok sedangkan pengrajin emping
ketela tersebut tidak mempunyai kelompok.