PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI AKTIVITAS WIRAUSAHA EMPING KETELA DI DUSUN BANTULKARANG, RINGINHARJO, BANTUL.

(1)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI AKTIVITAS WIRAUSAHA EMPING KETELA DI DUSUN BANTULKARANG, RINGINHARJO,

BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Aulia Prasetyarini NIM 12102244014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Jangan takut untuk memanfaatkan peluang yang ada di depan mata, hanya karena kita takut gagal, karena kegagalan adalah awal dari kesuksesan (penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk:

1. Ayahanda, Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan do’a – do’a yang mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.


(7)

vii

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI AKTIVITAS WIRAUSAHA EMPING KETELA DI DUSUN BANTULKARANG, RINGINHARJO,

BANTUL Oleh Aulia Prasetyarini NIM 12102244014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) penyelenggaraan pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, (2) dampak program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, (3) faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengurus (ketua, sekretaris, dan bendahara), narasumber, serta anggota kelompok yang terlibat dalam penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dibantu oleh pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman wawancara. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah pengumpulan data, display data, reduksi, dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai sumber dari narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, perencanaan dilakukan oleh pengurus kelompok emping ketela berdasar pada apa yang dibutuhkan oleh anggota kelompok. Pelaksanaan, berawal dari kelompok emping bekerja sama dengan instansi pemerintahan dan swasta dalam melaksanakan program kegiatan yang telah direncanakan oleh pengurus kelompok emping ketela. Evaluasi, dalam program ini dilakukan secara sederhana dengan mencatat hasil kegiatan dan monitoring dari pemerintah selaku pihak penyelenggara pelatihan dan pendampingan. (2) dampak positif penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela antara lain menambah penghasilan keluarga, ibu-ibu mempunyai kegiatan diwaktu luang, dan bertambahnya pengetahuan mengenai cara mengembangkan produk emping ketela. Sedangkan dampak negatif yang dirasakan oleh pengrajin emping setelah mengikuti program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela tidak ada. (3) faktor pendukung program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela antara lain, adanya semangat dari anggota, bahan yang mudah didapat, dan cuaca panas. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu terbatasnya jumlah peserta pelatihan, faktor tenaga yang tidak mencukupi dan cuaca kalau hujan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela Di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul”.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd pembimbing skripsi yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Bapak dan Ibu ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya. 7. Terkasihku Aji Samanta yang selalu setia menemani dan menyemangati selama

proses pembuatan skripsi.

8. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2012 yang memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.


(9)

ix

Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 28 November 2016


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 14

1. Pemberdayaan Perempuan ... 14

a. Pemberdayaan ... 14

b. Pemberdayaan Perempuan ... 16

c. Tujuan Pemberdayaan ... 19

d. Pendekatan Pemberdayaan ... 21

e. Tahap-Tahap Pemberdayaan ... 23 f. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan


(11)

xi

Perempuan ... 26

2.Wirausaha Emping Ketela... 31

a. Pengertian Wirausaha ... 31

b. Jenis-jenis Wirausaha ... 31

c. Wirausaha Sukses ... 33

d. Karakteristik Wirausaha ... 34

e. Aktivitas Wirausaha Emping Ketela ... 37

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Pikir ... 43

D. Pertanyaan Penelitian ... 46

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Penentuan Subjek Penelitian ... 48

C. Setting Penelitian ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Observasi ... 49

2. Wawancara ... 50

3. Dokumentasi ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 53

G. Keabsahan Data ... 55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Emping Ketela Telo Mulyo ... 57

2. Identitas Kelompok Usaha ... 59

3. Letak Geografis Padukuhan Bantulkarang ... 59

4. Tujuan Kelompok Emping Ketela Telo Mulyo ... 60

5. Syarat Penerrimaan Keanggotaan Kelompok Emping Ketela Telo Mulyo... 60

6. Susunan Pengurus... ... 61


(12)

xii

8. Pendanaan ... 62 B. Data Hasil Penelitian ... 62

1. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha

Emping Ketela... 62 a. Awal Terbentuknya Aktivitas

Wirausaha Emping Ketela ... 63 b. Perencanaan Penyelenggaraan Program

Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas

Wirausaha Emping Ketela ... 65 c. Pelaksanaan Penyelenggaraan Program

Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas

Wirausaha Emping Ketela ... 69 d. Evaluasi Penyelenggaraan Program

Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas

Wirausaha Emping Ketela ... 70 e. Hasil dari Aktivitas Wirausaha Emping Ketela .... 72 2. Dampak Program Pemberdayaan Perempuan

Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela ... 73 a.Dampak Positif Program Pemberdayaan

Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha

Emping Ketela... ... 74 b.Dampak Negatif Program Pemberdayaan

Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha

Emping Ketela... ... 76 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program

Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas

Wirausaha Emping Ketela ... 77 a. Faktor Pendukung Program Pemberdayaan

Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha

Emping Ketela... ... 77 b. Faktor Penghambat Program Pemberdayaan

Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha

Emping Ketela... ... 78 C. Pembahasan ... 85

1. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha

Emping Ketela... 80 2. Dampak Program Pemberdayaan Perempuan

Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela... 83 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program

Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas

Wirausaha Emping Ketela ... 85 D. Keterbatasan Penelitian... 86


(13)

xiii BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Ciri-ciri dan Watak Karakter Wirausaha ... 36 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data ... 52


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 45 Gambar 2. Struktur Kepengurusan Kelompok Emping Ketela ... 61


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 93

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 96

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pengurus... 97

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Anggota Kelompok Emping Ketela .. 101

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Masyarakat ... 105

Lampiran 6. Catatan Lapangan ... 108

Lampiran 7. Analisis Data ... 134

Lampiran 8. Foto Kegiatan. ... 175

Lampiran 9. Materi Pembelajaran ... 180


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.

Pemberdayaan Perempuan adalah upaya perempuan-perempuan untuk memperoleh akses dan control terhadap sumber daya, ekonomi, politik, social, budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri.

Menurut Prijono dan Pranarka (1996:44), Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintahan, negara, dan tata dunia dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terwujud diberbagai kehidupan; politik, hukum, pendidikan dan lain sebagainya. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan (2000), Pemberdayaan Perempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai


(18)

2

kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

Jadi Pemberdayaan perempuan adalah pembebasan dalam berkemampuan, berkreatifitas dan kebebasan bertindak, demi tercapainya kesetaraan dan keadilan gender. Pembebasan tersebut dilakukan agar perempuan tidak direndahkan dan tetap dianggap ada dan mampu oleh kaum laki-laki, bahwa perempuan dan laki-laki itu sederajat dalam kegiatan fisik, yang membedakan hanya secara biologisnya saja. Jaman dahulu perempuan hanya bisa didapur, dikamar, dan mengasuh anaknya, tetapi sekarang seiring berjalannya waktu dan emansipassi wanita sangat dijunjung tinggi maka, perempuan dapat berkreatifitas dan bekerja diluar rumah. Tetapi hal itu tidak mengurangi perannya sebagai wanita, bahwa wanita berkewajiban mengasuh anaknya, memasak, dan tetap menomor satukan keluarga.

Pemberdayaan kaum perempuan, termasuk didalamnya organisasi perempuan sangat penting untuk diperjuangkan secara serius melalui upaya-upaya yang sistematis dan berkesinambungan. Banyak upaya yang dapat dilakukan secara bersama-sama dalam rangka membantu pemberdayaan kaum perempuan. Kemiskinan yang dihadapi oleh perempuan membuat mereka tidak banyak memiliki alternative dalam mencari pekerjaan. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak dapat memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang memadai,


(19)

3

menyebabkan mereka tidak dapat berbuat banyak dalam memilih pekerjaan dan menuntut haknya sebagai buruh.

Kaum perempuan haruslah memiliki keterampilan hidup yang memadai sehingga mampu mensejahtrakan hidupnya sendiri. Mereka juga menghadapi dilema antara keinginan mereka untuk bekerja guna memenuhi kehidupan keluarga dan tugas mereka sebagai ibu rumah tangga. Perempuan merupakan sosok penting dalam menentukan kualitas hidup keluarga dan sebagai bagian dari komunitas masyarakat, perempuan memiliki peran dan fungsi yang penting. Perbedaan posisi antara laki-laki dan wanita dalam keluarga hanya sebagian disebabkan oleh alasan-alasan biologis yaitu kuat atau lemah. Walaupun laki-laki berkewajiban untuk mencari nafkah, tetapi tidak menutup kemungkinan juga sebagai perempuan untuk mencari uang tambahan.

Masyarakat yang melangkah ke zaman baru seperti masyarakat saat ini, antara lain mengalami masa emansipasi wanita, yaitu usaha melepaskan diri dari peranan wanita yang terbatas dalam sistem kekerabatan untuk mendapatkan pengakuan status baru, sesuai dengan zaman baru, dalam keluarga maupun dalam masyarakat besar. Dalam hal ini faktor pendidikan antara lain yang menjadi pendorong dari pada perubahan itu. Perbedaan posisi ekonomi menunjukkan kepada perananan apa yang diletakkan pada orang, baik pria maupun wanita, dalam proses maupun pekerjaan mencari nafkah dan pekerjaan rumah tangga. Tetapi pada zaman sekarang antara perempuan dan laki-laki sama atau seimbang


(20)

4

dalam kegiatan mencari nafkah. Karena perempuan pada saat ini sudah memiliki banyak ketrampilan dan mereka juga memiliki motivasi yang tinggi untuk ikut menafkahi keluarga, pada zaman sekarang wanita memiliki perananan yang penting dalam menghidupi keluarga dan membuka lapangan pekerjaan sendiri yang bertujuan juga untuk mensejahterakan masyarakat disekitarnya.

Perempuan sekarang dimanapun derajatnya sudah sama dengan kaum laki-laki yang membedakan hanya pada biologisnya. Karena pada kenyataannya ada beberapa desa yang memiliki perempuan-perempuan kuat dan memiliki etos kerja yang tinggi yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Seperti halnya yang dapat dilihat secara umum dipedesaan adalah kenyataan bahwa pada kebanyakan rumahtangga yang tidak mampu atau miskin, pria dan wanita terpaksa melakukan pekerjaan dibidang (berburuh, berburuh tani) dengan curahan waktu yang panjang tetapi hasilnya (imbalannya) tidak sebanding; hal mana hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya yang paling minimum.

Wirausaha merupakan kegiatan yang menyenangkan dan mudah apabila dilakukan dengan rajin, penuh semangat, dan tidak mudah menyerah. Seperti halnya wirausahawan yang sukses, mereka melaksanakannya dengan rajin dan tidak mudah menyerah meskipun harus gagal berkali-kali dalam menjalankan usahanya. Salah satu peranan terpenting dalam keberhasilan wirausaha adalah ide dan kreatifitas seorang


(21)

5

wirausahawan dalam mengembangkan wirausahanya. Tanpa adanya ide, kreatifitas, dan inovasi-inovasi dalam mengembangkan usahanya maka seorang wirausaha tersebut akan mengalami kegagalan. Kegagalan yang berulang kali akan membuat seorang wirausaha putus asa apabila dalam dirinya tidak memiliki jiwa wirausaha yang kuat.

Tetapi terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan masyarakat sulit untuk melakukan sebuah kegiatan wirausaha. Permasalahan diantaranya yaitu minimnya inoavasi, kurangnya motivasi berwirausaha, sistem pendidikan yang kurang mendukung dalam berwirausaha, dan pengusaha ingin sukses secara instan. Hal-hal tersebut sangat mempengaruhi jiwa wirausaha sekarang ini.

Minimnya inovasi pada pengusaha kecil di Indonesia berdampak pada beberapa pengusaha emping yang belum bisa memberikan inovasi rasa, pemasaran, dan cara pengemasannya pada produk emping ketela. Inovasi ini diperlukan untuk bisa bersaing dengan wirausaha lainnya ditengah persaingan yang semakin ketat di segala lini, ditambah lagi kini ada persaingan bebas.

Kurangnya motivasi berwirausaha baik dari dalam diri maupun dari luar diri sendiri seperti dukungan orang sekitar memang menjadi sebuah kendala dalam mendirikan sebuah wirausaha. Dengan adanya motivasi, segala kemungkinan akan bisa terwujud. Menjadi wirausaha sukses memerlukan motivasi yang luar biasa agar memperoleh hasil yang luar biasa, karena dengan memiliki motivasi yang luar biasa seorang


(22)

6

wirausaha bisa menghargai segala proses pencapaian hasil yang maksimal dari usahanya.

Hal tersebut berdampak pada wirausaha yang ingin sukses secara instan. Pengusaha pemula harusnya memiliki etos kerja yang tinggi dan memiliki sifat keras atau tahan banting dalam menghadapi persaingan berwirausaha. Penyakit pada pengusaha pemula yaitu mereka ingin membesarkan usahanya secara instan. Membesarkan usaha secara instan akan membuat seorang pengusaha pemula jatuh lebih sakit saat mereka mengalami permasalahan dan tidak bisa menyelesaikannya. Akibat dari sifat ini, banyak pengusaha pemula yang gagal.

Mencari uang tidak harus bekerja pagi pulang sore maupun duduk dikantor. Bekerja sekarang dapat dilakukan dimana saja, termasuk wirausaha yang dapat dilakukan dirumah. Seperti yang dilakukan oleh kelompok pengusaha emping ketela yang berada di Padukuhan Bantulkarang. Merupakan salah satu contoh organisasi yang menjadi wadah berkumpulnya ibu-ibu dan para lansia yang mayoritas cenderung mempunyai waktu yang longgar dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja, serta bapak-bapak yang hanya berapa orang saja yang tugasnya membantu untuk menggilingkan ketela yang akan ditumbuk.

Padukuhan Bantulkarang merupakan salah satu dari enam padukuhan yang ada di Desa Ringinharjo Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mata pencaharian penduduk di Padukuhan Bantulkarang beraneka ragam, dari mulai petani, peternak,


(23)

7

pegawai negeri, pamong desa, dan pengrajin. Tetapi di Padukuhan Bantulkarang mayoritas penduduknya adalah sebagai pengrajin emping ketela. Sebab usaha tersebut sudah sejak lama dijalankan oleh sebagian besar penduduk dan usaha tersebut dijalankan secara turun temurun.

Kegiatan wirausaha emping ketela yang dilakukan oleh mayoritas warga Padukuhan Bantulkarang merupakan sebuah kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Dipadukuhan Bantulkarang selain terdapat kegiatan wirausaha pembuatan emping ketela juga terdapat kegiatan wirausaha dalam hal budidaya ikan dan ternak kambing. Akan tetapi peneliti lebih tertarik kepada kegiatan wirausaha emping ketela.

Kelompok usaha emping ketela bertempat di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, dengan jumlah penduduk 1.557 jiwa dari 325 kepala keluarga dengan jumlah perempuan sekitar 700 jiwa, dengan jumlah lansia laki-laki 90 jiwa dan perempuan 101 jiwa, dan dengan jumlah kepala keluarga miskin 77, mempunyai usaha ekonomi produktif yang sudah dilakukan sejak tahun 1975 berupa home industri emping ketela. (Sumber : Observasi wawancara awal)

Usaha ini sekarang ditekuni oleh 47 kepala keluarga dengan produksi mencapai 25kg/hari yang sudah diolah, sedangkan ketela mentah yang belum diolah 1kwintal/hari. Jumlah anggota yang masuk dalam kelompok pengusaha emping ketela saat ini mencapai 47 orang. Melalui kelompok tersebut masyarakat memanfaatkan ketela yang biasanya pada


(24)

8

saat harga ketela murah hanya untuk pakan sapi dan selain itu bahan baku ketela diperoleh dari Bantul dan lainnya didatangkan dari Wonosobo.

Pada saat setelah diolah menjadi emping ketela tersebut maka ketela yang awalnya hanya dijual murah tetapi setelah itu dijual dengan harga yang tinggi. Kelompok emping ketela tersebut membuktikan eksistensinya dengan ada 7 orang pengusaha emping yang sudah memiliki Nomor Pangan Industri Rumah Tangga dan ada beberapa pengusaha emping ketela yang belum memiliki Nomor PIRT. Pengusaha emping ketela yang belum mendapatkan Nomor PIRT karena belum memenuhi syarat untuk mendapatkan Nomor PIRT seperti lingkungan rumah harus bersih, barang-barang yang digunakan dalam proses pembuatan emping ketela juga harus bersih, dan bahan yang digunakan layak untuk dikonsumsi.

Kelompok pengusaha emping bukan hanya memfokuskan pada anggotanya yang ikut kelompok tersebut, tetapi juga masyarakat sekitar terutama kaum perempuan yang mereka belum memiliki pekerjaan kemudian mereka menjadi buruh di tempat pengusaha emping tersebut dan bahkan ada juga yang hanya mengambil bahan mentah ke pengusaha emping tersebut kemudian mereka menumbuknya dan mengeringkan lalu setelah kering mereka menyetorkan hasil emping ketela yang sudah kering tersebut kepada pengusaha emping dimana mereka mengambil bahan mentahnya.


(25)

9

Kelompok pengusaha emping tersebut bukan hanya semata-mata sebuah kelompok saja, tetapi juga sebagai wadah atau tempat lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan. Pembuatan emping yang tidak sulit tersebut membuat masyarakat di Dusun Bantulkarang berlomba-lomba membuat produk emping ketela. Rata-rata yang menjadi pengusaha emping ketela tersebut adalah ibu rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga yang membantu suaminya mencari nafkah selagi mereka sambil mengurusi anak-anak mereka, jadi sebagai sambilan tetapi sekaligus bekerja mencari nafkah.

Kelompok pengusaha emping tersebut juga berusaha menumbuh dan mengembangkan usaha ekonomi melalui sistem ekonomi kerakyatan yaitu melalui Program Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Kelompok pengusaha emping tersebut membantu masyarakat yang belum memiliki pekerjaan serta memberikan ketrampilan juga pada pembuatan emping ketela tersebut. Khususnya buruh emping ketela yang belum masuk kedalam kelompok pengusaha emping ketela agar mereka juga bisa mendapatkan Nomor PIRT serta buruh emping ketela yang belum mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada.

Dusun Bantulkarang terletak tidak jauh dari Kota Bantul yang menjadi ‘icon’ Dusun penghasil emping ketela. Kelompok pengusaha emping ketela sudah memeperkenalkan produk mereka dengan cara produk emping mereka diambil oleh pelanggan yang memang sudah lama mengambil produk emping mereka yang kemudian dipasarkan sampai


(26)

10

keluar kota yaitu dari seputaran DIY di pasar tradisional, toko swalayan, toko oleh-oleh, kemudian Surabaya, Banyumas, Sukaraja dan Jakarta melalui paket/ekspedisi. Kegiatan tersebut tidak lepas dari partisipasi Dinas perindagkop yang melaksanakan pendampingan dengan memberikan pelatihan inovasi produk yaitu berbagai rasa sekaligus memberikan bantuan peralatan berupa kompor gas, soblok dan terpal plastik, selain itu juga didukung dari masyarakat desa untuk mengembangkan produk emping tersebut menjadi lebih luas dan semakin berkembang, yang secara tidak langsung memberdayakan masyarakat di Dusun Bantulkarang. Disamping itu kegiatan usaha emping juga dapat menciptakan peluang usaha serta lapangan pekerjaan dan untuk menghasilkan penghasilan tambahan.

Kelompok pengusaha emping ketela tersebut selain melibatkan peran aktif dari ibu-ibu dan para lansia tetapi juga dari masyarakat melalui kegiatan usaha emping ketela yang menjadi ciri khas Dusun Bantulkarang tersebut dengan memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam aktivitas wirausaha emping ketela. Selain itu, kelompok pengusaha emping ketela juga dibantu oleh Pemerintah melalui Dinas PERINDAKOP. Dalam hal ini, peran Dinas PERINDAKOP yaitu sebagai penyelenggara pelatihan dan pendampingan kelompok emping ketela. Tujuan dari diadakannya kelompok usaha emping ketela yaitu; supaya usaha berkembang didalam negeri dan sampai keluar negeri, untuk mengurangi pengangguran, serta dapat meningkatkan kesejahteraan


(27)

11

masyarakat di Dusun Bantulkarang. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengangkat judul “Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa tenaga perempuan miskin yang belum memiliki keterampilan dalam pembuatan emping ketela.

2. Minimnya inovasi menyebabkan kurangnya semangat pengusaha dalam berwirausaha emping ketela.

3. Kurangnya motivasi berwirausaha emping ketela pada perempuan. 4. Terdapat ibu-ibu dan para lansia yang mempunyai waktu luang,

sehingga perlu diberdayakan dengan berwirausaha emping ketela. 5. Terdapat kaum perempuan yang belum memiliki pekerjaan di sekitar

lingkungan tempat produksi emping ketela.

6. Buruh emping ketela yang belum megoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya bahasan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian ini pada aspek kajian tentang “Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta”


(28)

12 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?

2. Bagaimana Dampak Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta.

2. Dampak pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta.

3. Faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta.


(29)

13 F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta menjadi salah satu informasi bagi penelitian sejenis dan memberikan informasi terhadap kajian-kajian tentang pemberdayaan perempuan bagi jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan mata kuliah yang terkait terutama mata kuliah kewirausahaan. b. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah referensi kajian akademik.

c. Bagi peneliti berikutnya, dapat menjadi referensi mengenai konsep pemberdayaan perempuan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kelompok pengusaha emping yang terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan/ memperbaiki/ meningkatkan potensi dan sumber daya yang ada sebagai upaya pemberdayaan masyarakat terutama perempuan pada waktu yang akan datang.


(30)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pemberdayaan Perempuan a. Pemberdayaan

Menurut Agus Ahmad Syafi’i (2001:70), pemberdayaan berasal dari kata asing “empowerment”, secara bahasa pemerdayaan berarti penguatan dan secara teknisi istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pembangunan.

Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2004:77), secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Menurut Totok dan Poerwoko (2012:100), pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat, dengan atau tanpa dukungan pihak luar, untuk memperbaiki kehidupannya yang berbasis kepada daya mereka sendiri, melalui upaya optimasi daya serta peningkatan posisi-tawar yang dimiliki. Sedangkan menurut Hikmat (2001:3), konsep pemberdayaan dalam wacana pemangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.


(31)

15

Menurut Payne (dalam Isbandi Rukminto Adi, 2002:162) mengatakan bahwa:

“pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambaan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan”.

Menurut Kindervatter (dalam Anwar, 2007:77) mengatakan bahwa: “pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat”.

Menurut Kartasasmita (dalam Anwar, 2007:1) memberdayakan masyarakat yaitu:

“upaya memperkuat unsur-unsur keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan atau proses memampukan dan memandirikan masyarakat”.

Pemberdayaan merupakan usaha sadar dan terencana oleh masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya serta meningkatkan harkat dan derajat masyarakat dan melepaskan masyarakat tersebut dari belenggu kemiskinan. Menurut Anwar (2007:1) istilah keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan individu-individu lainnya dalam


(32)

16

masyarakat untuk membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.

Menurut uraian beberapa pengertian mengenai pemberdayaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan usaha sadar dan terencana untuk memperoleh kekuatan atau kemampuan yang dilakukan oleh masyarakat yang berupa partisipasi maupun membentuk jaringan kerja, dalam mengambil keputusan dan tindakan, untuk mengembangkan potensi dari dalam diri individu masing-masing, agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dan kemudian dapat meningkatkan derajat dan harkat martabat serta kesejahteraan masyarakat terutama bagi keluarga. b. Pemberdayaan Perempuan

Secara istilah perempuan adalah orang atau manusia yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui : sedangkan wanita adalah perempuan yang teelah dewasa atau kaum putri dewasa (Anwar, 2007:6). Menurut Jufri (dalam Anwar, 2007:6) menyatakan bahwa perempuan yang berpendidikan rendah cenderung berperan ganda, akan tetapi peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap semakin banyaknya waktu untuk kegiatan positif menjauh dari pekerjaan pertanian atau nelayan dan beralih kepada kerajinan tangan. Sementara itu, menurut konsep gender, perempuan merupakan sosok yang lemah lembut, cantik, emosional, irrasional, sabar, cengeng, dan keibuan (Fakih, 2004:7).


(33)

17

Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara.

Menurut Sri Rejeki dalam Remiswal (2013 : 34) menyatakan bahwa, “perempuan merupakan sumber daya manusia yang memiliki peranan dalam pembangunan bangsa. Namun perempuan masih sukar mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena disebabkan lima faktor yaitu: (1) sistem tata nilai budaya yang masih menggunakan pola patriarkhi; (2) masih banyak peraturan perundang-undangan dengan bias gender sehingga

perempuan kurang mendapat perlindungan yang setara dengan laki-laki; (3) adanya kebijakan dan program pembangunan yang dikembangkan secara bias gender, sehingga perempuan kurang mendapat kesempatan mengakses, mengontrol, berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan; dan (4) adanya pemahaman dan penafsiran ajaran agama yang kurang tepat sebagai akibat dari banyak pemuka agama yang mengggunakan pendekatan tekstual dibanding kontekstual.”

Berdasarkan pada beberapa pengertian diatas, maka perempuan adalah seseorang yang bisa hamil, melahirkan anak, sosok yang lemah lembut, serta mereka cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan perempuan masih sukar mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Sangat berbeda antara perempuan pada jaman dulu dengan perempuan pada jaman sekarang. Perempuan pada jaman dahulu hanya bisa didapur, dikamar, dan mengasuh anaknya. Tetapi sekarang seiring berjalannya waktu dan adanya emansipasi wanita yang dipelopori oleh R.A. Kartini, perempuan dapat beraktivitas dan bekerja diluar rumah, selain itu perempuan pada jaman sekarang kedudukannya hampir sama dengan laki-laki apabila dilihat dari segi pekerjaan.


(34)

18

Tetapi hal tersebut tidak mengurangi peranan wanita yang berkewajiban mengasuh anak dan tetap menomor satukan keluarga. Menurut Aliedha (2010) pemberdayaan perempuan merupakan suatu usaha, proses yang bertujuan memberikan kemampuan bagi perempuan sehingga perempuan dapat lebih banyak berperan dalam masyarakat. Perempuan tidak lagi pasif dan tidak tertinggal. Pemberdayaan perempuan merupakan upaya meningkatkan kemampuan perempuan dalam memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya dalam seluruh aspek kehidupan (Kemensos, 2011:11). Menurut Kementerian Sosial RI (2012:13) Pemberdayaan kaum wanita adalah aktivitas refleksi, suatu proses yang mampu diisiasikan dan dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri (self education).

Menurut Mely G Tan (dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari, 1997:12), mengatakan bahwa:

“pemberdayaan perempuan adalah meningkatkan keinginan, tuntunan membagi kekuasaan (sharing power) dalam posisi setara (equal), representasi serta partisipasi dalam pengambilan keputusan, yang menyangkut

kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

Dari beberapa pengertian mengenai pemberdayaan perempuan diatas maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya perempuan dan laki-laki itu sama, yang membedakan adalah kalau


(35)

19

perempuan melahirkan anak dan menyusui. Serta perempuan juga berhak mendapatkan pendidikan pekerjaan yang layak dan memiliki kedudukan yang sama antara perempuan dan laki-laki dalam berpartisipasi dan pengambilan keputusan.

Jadi, pemberdayaan perempuan adalah usaha sadar bagi perempuan yang tidak berdaya bisa mendapatkan kontrol yang lebih banyak terhadap kondisi atau keadaan dalam hidupnya (mencakup fisik dan intelektual, keyakinan, nilai dan pemikiran), serta perempuan dapat berdaya dan mampu memandirikan kehidupannya dan mampu menguasai keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya.

Pemberdayaan perempuan juga memiliki sedikitnya tiga aspek dalam pemaknaan terhadap konsep pemberdayaan wanita yaitu: a) penciptaan kondisi yang mampu mengembangkan potensi wanita; b) penguatan potensi (modal) sosial wanita untuk meningkatkan mutu kehidupan mereka; dan c) pencegahan, perlindungan, serta pengentasan kaum wanita dari ketertindasan dan kemarginalan di segala bidang (Kemensos RI, 2012:13).

c. Tujuan Pemberdayaan

Menurut Edi Suharto (2009:60), tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun


(36)

20

karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri (Ambar Teguh Sulistiyani, 2004:80). Serta Meita Wulan Sari (2013:91) juga mengemukakan bahwa tujuan pemberdayaan seyogyanya didasarkan pada kebutuhan riil (real-needs) masyarakat dan bukan hanya sekedar kebutuhan yang dirasakan (felt-need).

Dari beberapa pendapat diatas mengenai tujuan dari pemberdayaan, dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberdayaan merupakan proses memberi kekuatan kepada masyarakat terutama kaum perempuan agar mereka tidak mudah ditindas dan hak-hak perempuan dapat terpenuhi. Selain itu juga untuk memandirikan masyarakat serta mampu menghadapi tantangan global yang saat ini kemajuannya sangat pesat, terutama dalam kegiatan perkonomian. Pada saat ini masyarakat dituntut mampu mengembangkan sumber daya yang ada melalui ketrampilan yang mereka miliki. Karena melalui ketrampilan yang masyarakat miliki maka itu akan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat, tentunya pemberdayaan melalui ketrampilan tersebut didukung dengan kebutuhan masyarakat luas. Apabila proses pemberdayaan tersebut sesuai dengan yang masyarakat butuhkan tentunya proses tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan masyarakat.


(37)

21 d. Pendekatan Pemberdayaan

Mencapai tujuan pemberdayaan memerlukan proses dalam pelaksanaannya, menurut Suharto (dalam Edi Suharto, 2009:67-68) proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan pendekatan sebagai berikut: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan dan pemeliharaan.

Proses dan pencapain tujuan pemberdayaan masyarakat adalah: 1) Pemungkinan

Proses pemungkinan adalah menciptakan suasana yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang secara optimal. Selain itu juga dengan adanya pemberdayaan mampu menghapuskan masyarakat dari kelompok-kelompok tertentu yang dapat menghalangi tercapainya pemberdayaan. Sehingga masyarakat dapat berkembang sesuai dengan kreativitas tanpa adanya batasan atau perbedaan ras, suku dan agama.

2) Penguatan

Penguatan berarti memperkuat kemampuan dan pengetahuan yang sudah dimiliki dalam masyarakat khususnya dalam memecahkan berbagai masalah maupun dalam hal memenuhi kebutuhan. Pemberdayaan merupakan upaya mengembangkan kemampuan masyarakat dan mengembangkan kepercayaan diri masyarakat yang bertujuan agar masyarakat dapat mandiri. 3) Perlindungan


(38)

22

Perlindungan dalam pemberdayaan dimaksudkan untuk melidungi kelompok yang lemah agar tidak selalu tertindas dengan kelompok yang kuat. Adanya pemberdayaan maka dapat meminimalisir adanya persaingan yang tidak sehat antar kelompok. Karena disini kelompok yang kuat merasa bahwa mereka dapat berbuat apa saja terhadap kelompok yang lemah tanpa memikirkan dampak dari yang dilakukan. Oleh karena itu, pendekatan pemberdayaan berupa perlindungan disini sangat berguna untuk membebaskan seseorang/kelompok dari penindasan.

4) Penyokongan

Penyokongan juga berarti dorongan atau motivasi masyarakat agar mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas yang dijalaninya. Motivasi ini bertujuan untuk mendorong agar masyarakat tidak terjatuh kedalam posisi yang lebih lemah. Selain itu, penyokongan ini bermaksud untuk menjadikan masyarakat yang bertanggung jawab serta memiliki motivasi untuk dapat hidup yang lebih baik.

5) Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah dalam hal menjaga agar kondisi dimasyarakat selalu kondusif dan seimbang antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Dengan adanya pemeliharaan maka memungkinkan setiap orang untuk memperoleh kesempatan


(39)

23

dalam berusaha. Oleh karena itu, maka masyarakat dapat hidup berdampingan sesuai dengan apa yang mereka rencanakan demi mencapai tujuan bersama.

Dari beberapa uraian mengenai pendekatan pemberdayaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses pemberdayaan dapat tercapai apabila kelima aspek tersebut dapat terpenuhi. Serta dalam pelaksanaannya harus saling mendukung dan memberikan motivasi antara pihak yang kuat dan pihak yang lemah, dan pihak yang kuat mampu memberikan dorongan, peluang dan kesempatan kepada yang lemah untuk berusaha. Pada tahap akhir adanya pemeliharaan yaitu agar semua yang telah berjalan dapat terjaga dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan demi mencapai tujuan dan kebutuhan bersama yang masyarakat inginkan.

e. Tahap-tahap Pemberdayaan

Demi mewujudkan pemberdayaan agar dapat mencapai tujuan apa yang telah direncanakan, tentunya ada proses atau tahapan-tahapan yang harus dilewati. Sama halnya dengan pemberdayaan juga memerlukan beberapa tahapan-tahapan agar pemberdayaan dapat berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan yang masyarakat harapkan.

Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2004:83) tahapan-tahapan yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

“(a) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan


(40)

24

peningkatan kapasitas diri, (b) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan, (c) tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.”

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut:

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku, dalam tahap ini pihak pemberdaya berusaha untuk menciptakan kondisi dan memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan, agar proses pemberdayaan tersebut dapat berjalan secara efekti dan efisien. Melalui tahap penyadaran maka masyarakat akan terbuka oleh kondisi yang sedang mereka hadapi. Setelah mereka mengetahui maka masyarakat akan mampu mengetahui apa yang mereka lakukan untuk menghadapi kondisi tersebut.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, dan kecakapan ketrampilan. Pada tahap kedua ini akan dapat berjalan apabila tahap pertama masyarakat telah mampu melewatinya. Pada tahap ini masyarakat akan mencari tahu apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Keadaan ini akan membantu masyarakat untuk belajar ketrampilan, sehingga dapat membuka


(41)

25

wawasan pengetahuan tentang ketrampilan kepada masyarakat yang nantinya akan bermanfaat bagi mereka untuk kedepannya. 3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan

ketrampilan yang diperlukan. Pada tahap terakhir ini dapat membentuk masyarakat menjadi masyarakat yang mandiri dan memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang luas akan kondisi masyarakat yang mereka hadapi. Kemandirian dan ketrampilan masyarakat akan terbentuk apabila masyarakat mampu membuat inovasi dilingkungan masyarakatnya, yang nantinya inovasi tersebut mampu mengembangkan diri mereka untuk mencapai tujuan pemberdayaan yang mereka harapkan.

Sedangkan menurut Oda (2011), proses pemberdayaan perempuan mencakup kegiatan:

“a) menemukan masalah, hambatan dan peluang untuk mengembangkan perikehidupan mereka melalui Partisipatori Reseach Apraisal (PRA). Merencanakan kegiatan hasil identifikasi dengan menggunakan teknik perencanaan partisipatif, b) mengakses sumber daya yang tersedia (baik internal maupun eksternal) yang bisa mendukung kegiatan masyarakat, c) melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan sebelumnya, d) membangun dan melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi untuk membantu perempuan dalam menilai perkembangan, melakukan perubahan kegiatan yang diperlukan dan menetapkan kegiatan selanjutnya.”

Menurut uraian tentang tahapan-tahapan pemberdayaan di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan pemberdayaan harus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Masyarakat


(42)

26

perlu adanya penyadaran terlebih dahulu agar masyarakat mampu melihat kondisi yang ada diluar sebelum mereka melaksanakan ketrampilan yang mereka kuasai. Setelah tahap tersebut berhasil maka langkah selanjutnya yaitu memberikan ketrampilan dasar dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kondisi mereka, agar masyarakat mampu berdaya dan hidup mandiri.

Setelah itu apabila masyarakat telah mampu mandiri dengan usaha ketrampilan maka tahap selanjutnya adalah, mendampingi dan mengembangkan keterampilan mereka agar dapat membuat inovasi baru yang bermanfaat untuk masyarakat. Serta selain pendampingan juga diperlukan adanya evaluasi agar masyarakat mengetahui kekurangan dan nantinya mayarakat dapat memperbaiki ketrampilan tersebut untuk kedepannya agar lebih baik.

f. Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan

Dalam penelitian ini penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan meliputi tiga tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1) Perencanaan

Menurut Didin Kurniadin dan Imam Machali (2013:129) perencanaan adalah aktivitas pengambilan keputusan tentang sasaran (objectives) yang akan dicapai, tindakan


(43)

27

yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran tersebut, dan siapa yang akan melaksanakan tugas tersebut. Sedangkan menurut Djudju Sudjana (2006: 8-9) fungsi perencanaan (planning) adalah kegiatan bersama orang lain dan/atau melalui orang lain, perorangan dan/atau kelompok, berdasarkan informasi yang lengkap, untuk menentukan tujuan-tujuan umum (goals) dan tujuan-tujuan khusus (objectives) program pendidikan luar sekolah, serta rangkaian dan proses kegiatan untuk mencapai tujuan program. Aspek dalam perencanaan meliputi (a) apa yang dilakukan; (b) siapa yang harus melakukan; (c) kapan dilakukan; (d) di mana dilakukan; (e) bagaimana melakukannya; (f) apa saja yang diperlukan agar tercapai tujuan yang maksimal (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2013:127).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah kegiatan awal yang dilakukan untuk memulai suatu kegiatan usaha. Didalam tahap perencanaan ini suatu kegiatan meliputi siapa, dimana, tujuan, sasaran dan obyek, serta jenis kegiatan yang akan dilakukan.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam mengadakan program terdiri dari dua kegiatan yaitu: penggerakan dan pengorganisasian. Menurut


(44)

28

Didin Kurniadin dan Imam Machali (130:2013) pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan atau pembagian pekerjaan yang dialokasikan kepada sekelompok orang atau karyawan yang dalam pelaksanaannya diberikan tanggung jawab dan wewenang sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sementara penggerakan adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada yang dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2013:131).

Pada tahap pelaksanaan ini ada dua kegiatan yaitu penggerakan dan pengorganisasian. Dimana kedua kegiatan tersebut sangat penting untuk kegiatan usaha emping ketela yang akan dijalani. Penggerakan dilakukan untuk mengarahkan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan. Selain itu pengorganisasian yang berguna untuk mengatur segala kondisi atau kedaan didalam sebuah kegiatan usaha, agar kegiatan usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar dan segala hambatan dapat dipecahkan bersama.


(45)

29

Menurut Djuju Sudjana (2006:9-10) penilaian (evaluating) adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data untuk masukan dalam pengambilan keputusan mengenai program yang sedang dan/atau telah dilaksanakan.

Anas Sudijono (2012:23) mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

a) Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di tengah-tengah proses belajar sedang berlangsung, evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang telah disampaikan dan untuk mengetahui kesesuaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

b) Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah selesainya seluruh materi atau pelajaran diberikan. Tujuan dari evaluasi sumatif sendiri adalah untuk menentukan nilai dari peserta didik setelah menempuh program pelajaran sesuai dengan jangka waktu tertentu.


(46)

30

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi formatif yang dilakukan pada saat proses kegiatan sedang berlangsung, yang kedua evaluasi sumatif yaitu dilaksanakan setelah kegiatan selesai. Kedua evaluasi tersebut memiliki tugas yang berbeda namun kedua evaluasi tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui sejauh mana peserta disik mengerti akan kegiatan dan memberikan penilaian tentang kegiatan peserta didik.

4) Dampak

Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif. Menurut Djuju Sudjana (2006:95), pengaruh (outcome) adalah dampak yang dialami peserta didik atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak adalah akibat yang ditimbulkan karena adanya suatu sebab yang telah dilakukan. Dampak dapat berupa negatif dan positif, sesuai dengan individu masing-masing dalam menyikapi suatu kejadian yang telah dialami.


(47)

31 2. Wirausaha Emping Ketela

a. Pengertian Wirausaha

Menurut Prawirokusumo dalam Suryana (2006:10), pengertian wirausaha adalah:

“mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup”. Menurut David E. Rye (1996) dalam PO Abas Sunarya (2011:35), pengertian wirausaha adalah:

“wirausaha adalah seoorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru. Wirausaha berani mengambil resiko yang terkait dengan proses pemulaian usaha”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah mereka yang memiliki kemampuan, kemauan dan berani dalam mengambil resiko dari usaha yang dilakukannya, serta pandai melihat peluang-peluang yang ada didepan mereka yang ada untuk dilaksanakan. Seorang wirausaha agar menjadi wirausaha yang sukses harus mampu mengambil resiko, tidak putus asa dan tetap memiliki jiwa untuk tetap semangat belajar dan berusaha.

b. Jenis-jenis wirausaha

Kewirausahaan memiliki berbagai bentuk baik secara langsung untuk menjalankan usaha dan dengan penuh semangat atas dasar pikiran sendiri, hingga meniru dengan keberhasilan orang lain.


(48)

32

Menurut Williamson dalam Winardi,J (2003) menyampaikan jenis-jenis kewirausahaan, diantaranya sebagai berikut:

“1) Innovating Entrepreneurship, 2) Imitative Entrepreneurshipp, 3) Fabian Entrepreneurship, 4) Drome Entrepreneurship”.

Jenis-jenis kewirausahaan diantaranya sebagai berikut: 1) InnovatingEntrepreneurship

Entrepreneurship demikian dicirikan oleh pengumpulan informasi secara agresif serta analisis tentang hasil-hasil yang dicapai dari kombinasi-kombinasi baru yang berupa faktor-faktor produksi. Orang-orang (para entrepreneurship) dalam kelompok ini umumnya bereksperimen secara agresif dan mereka tampil mempraktekkan transformasi-transformasi kemungkinan-kemungkinan atraktif.

2) ImitativeEntrepreneurship

Entrepreneurship demikian dicirikan oleh kesediaan untuk menerapkan (intinya:meniru) inovasi-inovasi yang berhasil diterapkan oleh kelompok para inovating entrepreneur.

3) Fabian Entrepreneurship

Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap yang teeramat berhati-hati dan skeptical (yang mungkin sekedar sikap inersia) tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, bahwa apabila mereka tidak


(49)

33

melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif mereka didalam industri yang bersangkutan.

4) Drome Entrepreneurship

Entrepreneurship demikian (drome berarti : malas) dicirikan oleh penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam produksi, sekalipun hal tersebut mengakibatkan mereka akan rugi dibandingkan dengan para produsen lainnya.

c. Wirausaha sukses

Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha, kata wira artinya pahlawan atau pejuang, sedangkan usaha artinya adalah perbuatan, sikap, atau berbuat sesuatu. Wirausaha adalah orang yang menjalankan wirausaha/usaha itu sendiri. Orang yang memiliki jiwa wirausaha mampu melihat peluang kesempatan bisnis dengan cara mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan, serta memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan tempat usaha, misalnya: dalam mengelola modal, mencari sumber daya sebagai bahan usaha, dan sumber daya manusia sebagai tenagakerja.

Wirausahawan sukses adalah keinginan setiap orang. Menyikapi kondisi perekonomian di Indonesia yang hingga saat ini belum menentu, dimana masih begitu banyak pengangguran, sulitnya mencari pekerjaan, maka menciptakan lapangan kerja


(50)

34

sendiri merupakan salah satu solusi terbaik dalam memecahkan masalah perekonomian tersebut. Untuk itu harus menemukan peluang usaha yang tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang nantinya benar-benar dapat menigkatkan taraf hidup masyarakat. Wirausaha apapun bentuknya ternyata terkendala dengan permodalan, pemasaran produk, bahkan adapula wirausahawan yang harus jatuh bangun untuk mencapai kesuksesan. Wirausahawan yang bisa sukses hingga saat ini mungkin dapat dikatakan tidaklah banyak, namun memang terdapat beberapa diantaranya yang memang sudah berhasil dalam merintis usahanya dari bawah hingga mencapai puncak kesuksesan. Dengan peralatan seadanya dan dengan modal yang kecil, wirausahawan tersebut bisa sukses.

d. Karakteristik wirausaha

Menurut Winardi (3003:38) dalam Yuyus Suryana (2011:56), mengemukakan sejumlah tipikal entrepreneur yang antara lain mencakup:

“lokus pengendalian internal; para intrepreneur beranggapan bahwa mereka berkemampuan untuk mengendalikan nasib mereka sendiri, mereka mampu mengarahkan diri mereka, dan juga mereka menyukai otonomi. Tipikal wirausaha tersebut antara lain; 1) tigkat energi tinggi, 2) kebutuhan tinggi akan prestasi, 3) toleransi terhadap ambiguitas, 4) kepercayaan diri, 5) berorientasi pada action”.


(51)

35

1. Tingkat energi tinggi; para entrepreneur merupakan manusia yang persisten, yang bersedia bekerja keras dan berupaya meraih keberhasilan.

2. Kebutuhan tinggi akan prestasi; yaitu termotivasi untuk bertindak secara individual untuk melaksanakan pencapaian tujuan yang menantang.

3. Toleransi terhadap ambiguitas; bahwa para entrepreneur merupakan manusia yang bersedia menerima resiko, dan mentoleransi situasi yang menunjukkan tingkat ketidakpastian yang tinggi.

4. Berorientasi pada action; berupaya bertindak mendahului munculnya masalah, ingin menyelesaikan tugas secara cepat, dan tidak berrsedia menghamburkan waktu yang berharga. Menurut Meredith (2005) dalam Yuyus Suryana (2011:62);

“seorang wirausaha haruslah seorang yang mampu melihat kemasa depan. Melihat ke depan berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pmecahannya”.


(52)

36

Untuk menjadi wirausaha tersebut seseorang harus memiliki karakter sebagaimana terlihat dalam tabel 1.

Tabel 1. ciri-ciri dan watak/karakter wirausaha

CIRI-CIRI WATAK

Percaya diri Kepercayaan (keteguhan)

Ketidaktergantungan Optimisme

Berorientasi tugas dan hasil

Kebutuhan atau haus akan prestasi Berorientasi laba atau hasil Tekun dan tabah

Tekad, kerja keras, motivasi Energik

Penuh inisiatif

Pengambil resiko Mampu mengambil resiko Suka pada tantangan

Kepemimpinan Mampu memimpin

Dapat bergaul dengan orang lain Menanggapi saran dan kritik

Keorisinilan Inovatif (pembaharu)

Kreatif Fleksibel Banyak sumber Serba bisa Berorientasi kemasa depan

Pandangan ke depan Perspektif

Sumber : Meredith (2005)

Dari pernyataan diatas maka karakter wirausaha merupakan tabiat; watak; sifat atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Pentingnya karakter dalam kewirausahaan yaitu bahwa karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan seorang wirausaha. Sedangkan ciri-ciri atau watak karakter yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah motivasi untuk berprestasi, berorientasi kemasa depan, tanggap dan kreatif dalam


(53)

37

menghadapi perubahan, memiliki jaringan usaha, dan memiliki jiwa kepemimpinan serta rasa percaya diri yang tinggi.

e. Aktivitas wirausaha emping ketela

Di era modern saat ini, peluang bisnis semakin hari semakin menggiurkan dan menguntungkan. Untuk bisa terus bertahan dalam dunia bisnis maka seorang wirausaha harus mampu berinovasi dalam mengembangkan produk maupun memikirkan prospek kelanjutan dari produk yang dijalankannya. Salah satu bidang usaha yang sangat menjanjikan adalah industri makanan kecil, yaitu emping ketela. Usaha ini tergolong dalam industri rumahan, namun memiliki omzet yang cukup menggiurkan. Dalam menjalankan usaha ini tidak membutuhkan modal yang besar tetapi, hanya ketekunan dan inovasi untuk membuat produk emping ketela tersebut lebih menarik dari sebelumnya.

Ketela merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan emping ketela, bahan dasar tersebut juga tidak susah untuk dicari. Maka dari itu untuk membuat produk emping ketela ini tidak memerlukan modal yang terlalu banyak. Selain itu emping ketela juga memiliki manfaat bagi tubuh kita untuk membantu perkembangan.


(54)

38 B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Wildan Saugi dan Sumarno (2015) tentang Pemberdayaan Perempuan melalui Pelatihan Pengolahan Bahan Pangan Lokal. Dampak dari pemberdayaan perempuan melalui pelatihan pengolahan bahan pangan lokal adalah (a) teridentifikasi kebutuhan dusun dan penyiapan tim pengelola program agar tim yang telah dipilih dapat mengelola program sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (b) pelaksanaan proses pemberdayaan tersebut membentuk kelompok usaha bersama yang berguna untuk menjalin kemitraan dengan pihak pemerintah dan swasta, mengajukan izin produksi untuk memperoleh sertifikat P-IRT dari Dinas Kesehatan Purbalingga, (c) masing-masing dari warga perempuan dusun Pagerjirak, Kejobong, Purbalingga menjadi bertambahnya pengetahuan dan keterampilan mengenai pelatihan pengolahan bahan pangan lokal, serta diperolehnya pendapatan hasil usaha penjualan produk. Pelatihan tersebut selain untuk meningkatkan keterampilan tetapi juga berguna untuk memberdayakan masyarakat yaitu meningkatkan kualitas hidupnya, (d) setelah pelatihan tersebut selesai, adanya program pemberdayaan perempuan berkelanjutan yang dibuktikan dengan telah adanya pengembangan produk atau variasi produk, dan terbentuknya kemandirian tim.Dampak yang dirasakan oleh dusun Pagerjirak melalui program pemberdayaan perempuan melalui pelatihan tersebut selain menambah penghasilan juga dapat


(55)

39

memperkenalkan produk olahan bahan pangan lokal yang ada didusun tersebut semakin dikenal masyarakat luar. Melihat hasil penelitian, penelitian tersebut memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini yaitu mengetahui dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya program pemberdayaan perempuan. Dampaknya dari segi ekonomi yaitu diperolehnya pendapatan usaha dari penjualan produk, secara sosial yaitu terjalinnya kemitraan untuk mengembangkan produk kemasyarakat luar, bertambahnya pengetahuan keterampilan tentang pengolahan bahan pangan tersebut, dan membentuk kemandirian perempuan. Perbedaannya ialah pada penelitian yang relevan tersebut tidak memiliki tujuan mengetahui faktor penghambat dan pendukung dari program pemberdayaan perempuan.

2. Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Arum Laras Wangi (2015) tentang Pemberdayaan Perempuan melalui Pengelolaan Sampah Plastik di Desa Sidorejo, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Dalam penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui pengelolaan sampah plastik tersebut dilakukan tiga tahap yaitu; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. A) perencanaan program pemberdayaan perempuan melalui pengelolaan sampah plastik yang meliputi sosialisasi mengenai sampah plastik dan cara pengelolaan sampah plastik tersebut agar menjadi nilai ekonomis yang diselenggarakan untuk ibu-ibu melalui kegiatan PKK, pembuatan proposal kegiatan dan yang terakhir


(56)

40

melakukan musyawarah terbuka antar desa dikecamatan Purworejo, b) pelaksanaan program pemberdayaan perempuan meliputi pelatihan pemanfaatan dari botol bekas dan plastik kemasan bekas tentunya plastik yang masih bisa untuk dipakai yang kemudian diolah menjadi kerajinan tangan seperti, tas, bunga, dan gantungan kunci. Metode yang digunakan dalam pengelolaan sampah plastik ini yaitu dengan metode praktek dan ceramah, jadi warga belajar terutama ibu-ibu dapat langsung memperagakan pembuatan kerajinan tangan yang diajarkan oleh tutor, c) evaluasi dalam program pemberdayaan perempuan melaui pengelolaan sampah plastik ini yaitu warga belajar langsung memperagakan sebuah kerajinan yang mereka buat, yang nantinya penilaian langsung dilakukan oleh tutor melalui pengamatan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan dampak positif yang dapat dirasakan melalui program pemberdayaan perempuan tersebut adalah bertambahnya penghasilan keluarga melalui kerajinan tangan yang telah mereka buat dan mereka pasarkan, ibu-ibu memiliki waktu luang yang termanfaatkan melalui kegiatan pengelolaan sampah yang dijadikan kerajinan tangan, dan termanfaatkannya sampah plastik yang berserakan. Melihat hasil penelitian, penelitian tersebut memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini yaitu mengetahui penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan dan dampak yang diperoleh dari program pemberdayaan perempuan tersebut dari sisi ekonomi menambah penghasilan keluarga, serta termanfaatkannya waktu luang yang dimiliki ibu-ibu. Perbedaannya


(57)

41

ialah pada penelitian yang relevan tersebut tidak memiliki tujuan mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemberdayaan perempuan, sedangkan pada penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pemberdayaan perempuan.

3. Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan Dyah Respati (2009) tentang Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan Sumberdaya Pedesaan Upaya Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan (studi di Lereng Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta). Didalam penelitian ini menjelaskan bahwa akses kontrol perempuan miskin masih terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan pangan dan pemeliharaan rumah serta kegiatan kemasyarakatan. Perempuan miskin kurang memiliki kesempatan untuk melakukan kontrol terhadap kegiatan produktif. Disini diperlukan pendekatan untuk mengembangkan sadar gender bahwa perempuan dan laki-laki itu memliki hak yang sama dalam berekspresi, berkreasi, berpendidikan, serta dalam hal memilih pekerjaan. Pemberdayaan perempuan miskin disini sebagai upaya meningkatkan kualitas perempuan miskin agar mampu memanfaatkan sumber daya dipedesaan melalui kegiatan bercocok tanam dan beternak sesuai dengan keadaan lingkungan yang mendukung, dan adanya pelatihan-pelatihan tentang pertanian, peternakan, teknologi pengelolaan dan sumberdaya


(58)

42

pedesaan. Serta perempuan miskin dapat mengoptimalkan apa yang dimiliki agar tidak terbelenggu oleh perbedaan gender.

Perempuan miskin memanfaatkan sumber daya pedesaan dengan cara-cara tradisional seperti bertani, memperoleh kayu-kayuan, rumput untuk makanan ternak, dan hasil kebun apa saja yang dapat dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Perempuan miskin memiliki keterbatasan modal, pengetahuan dan keterampilan, keterbatasan akses dan kontrol terhadap sumberdaya pedesaan, oleh karena itu diperlukannya stimulasi untuk membangkitkan kemauan dan kemampuan perempuan miskin. Mereka belum banyak memanfaatkan sumberdaya terkait modal yang dikelola oleh lembaga, namun mereka hanya memanfaatkan hasil dari modal yang mereka kelola sendiri seperti arisan. Dalam pengentasan kemiskinan di pedesaan melibatkan perempuan miskin agar senantiasa dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dipedesaan untuk kegiatan produktif dengan memperhatikan potensi dan daya dukung yang dimiliki secara berkelanjutan dan berguna untuk kedepannya. Pemberdayaan melalui penguatan peran perempuan miskin secara aktif dalam pemanfaatan sumberdaya pedesaan perlu diprioritaskan untuk meningkatkan pendapatan perempuan dan keluarga, serta pemanfaatan sumberdaya pedesaan secara optimal. Melihat hasil penelitian, penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu memanfaatkan sumberdaya pedesaan yang sudah tersedia dan memprioritaskan pemberdayaan melalui penguatan peran perempuan


(59)

43

untuk meningkatkan pendapatan perempuan dan keluarga. Program pemberdayaan perempuan ini juga membahas tentang laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam berkreasi, berekspresi, dan berpendidikan, agar perempuan tidak hanya terbatas pada pangan dan pemeliharaan rumah serta dalam memilih pekerjaan.

C. Kerangka Berpikir

Padukuhan Bantulkarang merupakan salah satu dari enam padukuhan yang ada di Desa Ringinharjo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi yang dapat dikembangkan di Padukuhan Bantulkarang adalah home industrinya yang beraneka ragam. Antara lain home industri tempe kedelai, sagon, emping ketela, dan yang paling dibanggakan di Padukuhan Bantulkarang ini adalah produk olahan emping ketela. Mata pencaharian penduduk di Bantulkarang beraneka ragam, dari mulai petani, peternak, pegawai negeri, pamong desa, dan pengrajin. Tetapi di Padukuhan Bantulkarang mayoritas penduduknya adalah sebagai pengrajin emping ketela. Sebab usaha tersebut sudah sejak lama dijalankan oleh sebagaian besar penduduk dan usaha tersebut dijalankan secara turun-temurun. Dengan adanya pengrajin emping ketela, kaum peremuan menjadi diberdayakan karena dalam proses pembuatan emping ketela dilakukan oleh kaum perempuan. Pemberdayaan peremuan yang dilakukan oleh pengrajin emping ketela sangat membantu dalam menstabilkan kesejahteraan ekonomi masyarakat khususnya kaum perempuan di Dusun Bantulkarang.


(60)

44

Wirausaha emping ketela yang berada di Padukuhan Bantulkarang merupakan salah satu usaha industri rumahan yang berbahan dasar ketela atau singkong. Ketela memang bahan dasar makanan yang mudah didapat dan bisa dikreasikan menjadi produk makanan yang beraneka macam, misalnya keripik ketela, dan gethuk. Emping ketela tersebut dalam pembuatannyapun juga sangat mudah serta dapat disajikan dalam berbagai rasa. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Bantulkarang, terutama ibu-ibu yang memang pengrajin emping ketela serta ibu-ibu yang memiliki waktu luang, dan lansia. Kegiatan tersebut merupakan sebuah inovasi dimana pemberdayaan kaum perempuan sangat diperhatikan dalam menstabilkan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki dalam memperoleh penghasilan dan kesejahteraan. Pengrajin emping ketela memanfaatkan hasil kebun berupa ketela yang kemudian dijadikan produk olahan emping ketela yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk membantu kebutuhan rumah tangga.

Produk emping ketela tersebut pertama kali dipasarkan hanya dengan satu rasa yaitu rasa gurih (bawang). Kemudian seiring berjalannya waktu dibentuklah kelompok pengusaha emping ketela yang menjadi wadah berkumpulnya pengrajin emping ketela. Kelompok tersebut akhirnya membentuk struktur organisasi yang memiliki tujuan program antara lain, mengembangkan produk emping ketela dengan berbagai varian rasa, memasarkan produk emping ketela sampai keberbagai daerah, dan mensejahterakan masyarakat. Dengan adanya kelompok tersebut pemberdayaan kaum perempuan akan semakin jelas terlihat, apalagi ditambah


(61)

45

dengan meningkatnya keterampilan kaum perempuan dalam memproduksi emping ketela.

Bagan 1. Kerangka Berpikir Terdapat bahan pembuatan emping ketela yang belum diproduksi secara maksimal. Selain masih banyaknya waktu luang yang dimiliki ibu rumah tangga.

Kelompok pengusaha emping ketela

Masukan

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui pengusaha emping ketela

Proses

Keluaran Bahan pembuatan emping ketela

yang sudah termanfaatkan dan ibu rumah tangga yang memiliki aktivitas kegiatan diwaktu luang sehingga terjadi pemberdayaan perempuan yang berhasil


(62)

46 D. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori dan kerangka pikir maka pertanyaan yang hendaknya dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Padukuhan Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?

a. Bagaimana perencanaan penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Padukuhan Bantulkarang. Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?

b. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Padukuhan Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?

c. Bagaimana evaluasi penyelenggaraan program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Padukuhan Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta? d. Apa saja hasil dari kegiatan wirausaha emping ketela tersebut? 2. Bagaimana Dampak Program Pemberdayaan Perempuan Melalui

Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Bantul, Yogyakarta?


(63)

47

a. Bagaimana dampak positif adanya program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Padukuhan Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta? b. Bagaimana dampak negatif adanya program pemberdayaan

perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Padukuhan Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan perempuan

melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta ?

a. Apa saja faktor pendukung yang mempengaruhi program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta? b. Apa saja faktor penghambat yang mempengaruhi program

pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta?


(64)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2013:9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Disini peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan bagaimana Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta.Dalam penelitian ini semua data yang diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis yang selanjutnya digunakan untuk menarik kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif ini diharapkan mampu mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Dampak Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta.

B. Penentuan Subyek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi anggota kelompok emping ketela dan warga masyarakat. Informasi yang digali untuk anggota kelompok yaitu untuk mencari tahu informasi tentang penyelenggaraan


(65)

49

program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela. Narasumber memberikan informasi tentang persiapan proses pelatihan. Informasi yang akan digali dari anggota kelompok, yaitu berupa tanggapan adanya kelompok ini dan manfaat yang didapat dan dampak dari adanya kelompok emping ketela ini. Sedangkan warga sekitar memberikan informasi berupa dampak dan manfaat bagi lingkungan sekitar. Subjek yang diambil oleh peneliti untuk digunakan sebagai sumber data penelitian berjumlah 11 orang.

Objek dari penelitian ini adalah pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela. Cara seorang perempuan dapat berdaya, melalui kelompok emping ketela yang ada di Dusun Bantulkarang.

C. Setting Penelitian

Setting penelitian ini yaitu dilakukan di Padukuhan Bantulkarang. Alasan pemilihan tempat lokasi penelitian dikarenakan sudah ada kelompok emping ketela. Selain itu tempat penelitian ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memungkinkan penelitian berjalan dengan lancar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi diartikan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010: 199). Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada


(66)

50

Penyelenggaraan kelompok usaha emping ketela. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan mengenai pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela. Diharapkan dengan mengobservasi kelompok usaha emping ketela, peneliti mampu menggambarkan secara mendetail apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut dan seperti apa bentuk pembedayaan perempuan yang dilakukan oleh kelmpok tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu, Prastowo (2010) dalam (Prastowo, 2012:212). Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan kelompok usaha emping ketela di Dusun Bantulkarang. Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semistruktur. Hal ini dikarenakan wawancara tersebut sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Selain itu dalam wawancara ini pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-idenya. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk melengkapi dan


(67)

51

menguatkan data/informasi untuk menjawab rumusan masalah yang peneliti lakukan. Wawancara dilakukan kepada pengurus seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa anggota serta wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakat.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelititan kualitatif (Sugiyono, 2009: 329).

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen seperti foto, arsip-arsip, serta laporan kegiatan. Informasi yang bersifat dokumentatif sangat bermanfaat guna pemberian gambaran secara keseluruhan dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai lembaga serta kegiatannya.


(68)

52

Adapun teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data

No Aspek Sumber Data Teknik

1 Penyelenggaraan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Bantul, Yogyakarta – Perencanaan

penyelenggaaan program – Pelaksanaan

penyelenggaraan program – Evaluasi penyelenggaraan

program – Hasil program

Pengelola kelompok usaha emping ketela Observasi, Wawancara, Dokumentasi

2 Dampak Program

Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Wirausaha Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Bantul, Yogyakarta – Dampak positif

– Dampak negative

Pengelola kelompok usaha emping ketela Observasi, Wawancara, Dokumentasi

3 Faktor pendukung dan penghambat Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas Emping Ketela di Dusun Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul, Bantul, Yogyakarta – Faktor pendukung

– Faktor penghambat

Pengelola kelompok usaha emping ketela Observasi, Wawancara, Dokumentasi

E. Instrumen Penelitian

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2009: 306). Dalam


(69)

53

penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen peneliti sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2009: 307).

Berdasarkan pendapat di atas maka instrumen dalam penelitian ini merupakan pedoman sederhana berupa pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dimana pedoman-pedoman tersebut akan digunakan sebagai pedoman untuk mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dilaporkan apa adanya kemudian diinterpretasikan secara kualitatif untuk diambil kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya penuh (Sugiyono, 2009: 333). Adapun tahap teknis analisis data yang digunakan meliputi :


(70)

54 1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2009: 338). Selain itu disajikan secara sistematik agar mudah dibaca maupun dipahami sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas.

Reduksi data didalam penelitian ini dimaksudkan dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok, disusun secara sistematik sehingga memberikan gambaran secara jelas terkait dengan hasil pengamatan. Kemudian peneliti membuat ringkasan terhadap data yang telah diperoleh dan dikumpulkan agar peneliti mudah dalam mengendalikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Display data

Setelah data direduksi maka tahap selanjutnya yaitu mendisplaykan data. Data yang diperoleh dilapangan berupa uraian deskriptif kemudian disajikan secara sederhana untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2009: 341).

Penyajian data dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah


(71)

55

didapatkan. Sehingga peneliti dapat mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan

Tahap ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Habermas adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2009: 345).

Pada tahap ketiga ini merupakan tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya, sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.

Dari hasil studi tersebut dilakukan pembahasan dari analisis serta evaluasi sesuai dengan kriteria yang ada. Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan kemudian dianalisis. Berangkat dari analisis ini kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dipandang penting dan bermanfaat.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif terdapat uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas, uji validitas eksternal, uji reliabilitas, dan uji obyektivitas. Namun yang utama dilakukan adalah uji kredibilitas. Uji kredibilitas


(72)

56

diantaranya ada perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, member check.

Dalam penelitian ini keabsahan data yang digunakan triagulasi dimana pengecekan data melalui ini diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 372). Sehingga terdapat trianggulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Disini peneliti menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data yaitu menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang diterapkan pada sumber yang berbeda-beda untuk memperoleh informasi. Sehingga keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber karena menggunakan teknik yang sama pada sumber yang berbeda-beda. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.


(73)

57 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Emping Ketela Telo Mulyo

Kelompok Usaha “Telo Mulyo” merupakan salah satu kelompok yang bergerak dalam bidang industri makanan yaitu emping ketela. Kelompok Usaha “Telo Mulyo” berlokasi di Sentra Industri Emping Ketela Bantulkarang, Ringinharjo, Bantul. Kelompok ini berdiri sekitar 2 tahun lalu pada tahun 2014 yang beranggotakan beberapa bapak-bapak dan perempuan yang mayoritas adalah ibu rumah tangga. Kondisi industri emping ketela saat ini sedang berkembang pesat, hal ini dikarenakan konsumen lebih memilih makan ringan yang sehat dan higienis. Dengan adanya kecenderungan masyarakat tersebut merupakan peluang besar bagi industri emping ketela yang tidak mengandung kolesterol tinggi.

Pengrajin emping ketela ini telah banyak menghasilkan produk emping ketela setiap harinya. Sementara untuk pemasaran dari produk emping ketela melalui pelanggan yang memang sudah lama mengambil produk emping ketela kemudian dipasarkan diseputaran DIY dilakukan dipasar tradisional, toko swalayan, toko oleh-oleh, kemudian diluar kota Yogyakarta yaitu Surabaya, Banyumas, Sukaraja, dan Jakarta melalui paket/ekspedisi. Kelompok Usaha Emping Telo Mulyo mempunyai beberapa kegiatan yang rutin dilaksanakan, antara lain yaitu pertemuan rutin bagi pengurus dan anggota kelompok yang beragendakan untuk


(74)

58

silaturahmi dan melakukan evaluasi. Kegiatan rutin lainnya yaitu pelatihan dan pendampingan antara pengurus dan pengelola kelompok emping. Untuk menciptakan produk emping ketela agar berkembang dari segi rasa yang beraneka macam dan dari segi pengemasan agar lebih menarik. Kelompok Emping Ketela Telo Mulyo juga sering mengizinkan perwakilan dari anggota kelompoknya untuk mengikuti pameran.

Kelompok Emping Ketela Telo Mulyo berdiri pada tahun 2014, yang diketuai oleh Ibu Sutinah, beliau seorang wanita yang sangat aktif dalam kegiatan masyarakat baik ditingkat dusun maupun desa. Sehari-harinya Ibu Sutinah ini berprofesi sebagai pengrajin emping ketela. Mulanya ide terbentuknya kelompok ini atas saran dari pemerintah serta para pengrajin emping ketela yang khawatir akan produk emping ketelanya tidak bisa berkembang kalau dibiarkan dan tidak diibentuk kelompok secara resmi. Keadaan tersebut membuat khawatir sehingga para pengrajin emping ketela di Dusun Bantulkarang berkumpul untuk bermusyawarah membentuk kelompok emping ketela yang kemudian mendapat dana bantuan dari pemerintah. Selama kelompok Telo Mulyo berdiri, telah banyak kegiatan yang dilakukan, mulai dari pelatihan dan pendampingan pembuatan produk emping ketela serta juga mengikuti pameran-pameran pangan.


(75)

59 2. Identitas Kelompok Usaha

Nama Sentra : Industri Kecil Emping Ketela Nama Usaha : Kelompok Usaha “Telo Mulyo” Jenis Produksi : Emping ketela berbagai rasa

Tempat Usaha : Dusun Bantulkarang , Desa Ringinharjo , Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul Jumlah Anggota : 50 Orang

3. Letak Geografis Padukuhan Bantulkarang

Padukuhan Bantulkarang merupakan salah satu dari enam padukuhan yang ada di Desa Ringinharjo Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Padukuhan Bantulkarang berjarak kurang lebih 15 KM dari pusat kota Yogyakarta. Akses ke Padukuhan Bantulkarang dapat ditempuh melalui beberapa jalur yaitu lewat jalan Bantul dan jalan Parangtritis. Wilayah Padukuhan Bantulkarang berada disebelah selatan Kantor Bupati Bantul dan Pasar Bantul. Padukuhan Bantulkarang bisa disebut dengan Padukuhan yang sudah maju dikarenakan letaknya yang masih sangat dekat dengan kota dan hal tersebut bisa dilihat dari fisik dan non fisiknya. Padukuhan Bantulkarang terletak di paling timur Desa Ringinharjo. Wilayah Padukuhan Bantulkarang berbatasan dengan:

• Sebelah Barat : Padukuhan Gumuk

• Sebelah Utara : Padukuhan Mandingan dan Soropaten • Sebelah Timur : Jalan Wakhid Hasim/Jalan Bantul


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

187 Lampiran 10. Surat-Surat


(6)