83 Pada pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui
aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang tidak sepenuhnya melalui tahapan seperti yang telah dikemukakan oleh
Oda. Tahapan yang belum dilaksanakan secara maksimal pada program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha
emping ketela ini yaitu tahap evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh kelompok masih berkisar pada evaluasi saat selesai kegiatan dan
pelatihan belum melakukan evaluasi program secara keseluruhan, karena beberapa kali hanya melakukan monitoring. Jadi untuk
mengetahui hasil dari kemajuan program belum dapat teridentifikasi dengan jelas.
2. Dampak Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Aktivitas
Wirausaha Emping
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas
wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang ini telah memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh pengrajin emping ketela. Menurut
Djuju Sudjana 2006:95, pengaruh outcome adalah dampak yang dialami peserta didik atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari
masukan lain. Dampak tersebut yaitu menambah penghasilan keluarga, ibu-ibu dapat bekerja tanpa harus meninggalkan rumah,
lebih mandiri, mampu mengembangkan produk yang berkualitas, dan
84 mampu mengenalkan produk olahan emping ketela kepada
masyarakat luas. Dari hasil penelitian mengenai program pemberdayaan
perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang maka dapat diketahui bahwa penyelenggaraan program
tersebut berdampak positif bagi semua lapisan masyarakat mulai dari anggota kelompok sampai masyarakat Dusun Bantulkarang. Adanya
beberapa dampak positif yang dirasakan oleh pengrajin emping ketela sampai saat ini, bahkan membuat pengrajin emping ketela tidak
memiliki dampak negatif yang ada setelah mengikuti program pemberdayaan perempuan ini.
Secara umum dampak yang dirasakan oleh pengurus maupun anggota Kelompok Emping Ketela Telo Mulyo yaitu, pemasukan
tambahan bagi keluarga, kesejahteraan tentu saja meningkat, waktu luang tidak terbuang sia-sia, serta ibu-ibu yang bekerja tidak harus
meninggalkan rumah dan anak-anaknya. Aktivitas wirausaha emping ketela di Dusun Bantulkarang tidak lepas dari peranan kaum
perempuan, karena proses produksi emping ketela ini hampir secara keseluruhan pembuatannya dilakukan oleh tangan-tangan perempuan
ibu rumah tangga. Serta dengan adanya kelompok Telo Mulyo yang mayoritas anggotanya perempuan ini maka ketela yang awalnya hanya
menjadi pakan sapi dan proses produksi yang belum bisa berkembang
85 kini dapat diolah menjadi emping ketela dan dapat berkembang
sampai keluar kota.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pemberdayaan
Perempuan
Terdapat faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas
wirausaha emping ketela. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi program pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha
emping ketela. Faktor pendukung pemberdayaan perempuan melalui aktivitas wirausaha emping ketela yaitu : 1 adanya semangat dan
motivasi diri dari anggota kelompok dan bantuan dari pemerintah, 2 modal tidak sulit karena sudah dicukupi dengan adanya bahan baku
yang mudah didapat, 3 peralatan untuk proses pembuatan emping ketela yang mudah dicari, 4 dan faktor cuaca panas yang sangat
mendukung dalam proses pembuatan emping ketela. Faktor penghambat dalam program pemberdayaan perempuan
melalui aktivitas wirausaha emping ketela juga ada. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1 terbatasnya jumlah peserta pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah dan Dinas PERINDAKOP, 2 faktor tenaga yang tidak mencukupi apabila permintaan konsumen
meningkat pada saat lebaran dan liburan, 3 faktor cuaca kalau hujan karena para pengrajin emping ketela tidak bisa menjemur olahan
empingnya meskipun ada pemanas ruangan.
86
D. Keterbatasan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu peneliti mengharapkan berbagai masukan
dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga penelitian yang akan datang menjadi lebih baik. Kekurang sempurnaan penelitian ini
karena adanya keterbatasan pemahaman metodologi penelitian yang digunakan, adanya keterbatasan waktu dan pikiran, serta keterbatasan
penguasaan materi tentang pemberdayaan perempuan melalui kelompok emping ketela.